Bias Dalam Memahami Takdir

111 56 3
                                    

"Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya".

[QS. Al-Hajj (22) ayat 10]

Ada pun kelemahan kita yang kedua adalah terdapat kesalahpahaman dalam memaknai kata Takdir. Hal ini setidaknya perlu dibahas karena maju tidaknya suatu peradaban, ditentukan oleh kepahaman Takdir yang mereka pahami. Jangan sampai pembahasan kita sampai sejauh ini menjadi sia-sia belaka karena ada pandangan : "Buat apa kita berusaha memajukan umat kalau Allah  sudah mentakdirkan kita mundur?" atau "Kadangkala manusia ada di atas dan di bawah. Umat Islam sudah pernah di atas dan sekarang ada di bawah. Maka dari itu jalani saja!"

Pembahasan Takdir mungkin bukanlah pembahasan yang baru, bahkan bisa dibilang sangat teramat klasik karena sudah pernah menjadi perbincangan oleh ulama' atau ilmuwan pada zaman dahulu di abad pertengahan. Namun, seringkali ada beberapa orang yang akhirnya sulit memahami konsep takdir yang sebenarnya karena terdapat kebingungan antara teori yang dikenalkan oleh guru-gurunya dengan praktik di dalam kehidupan nyata.

Oleh karena tidak sinkronnya antara teori dengan praktik di kehidupan sehari-hari,  maka seharusnya kita tahu bahwa terdapat kekeliruan dalam memahami konsep takdir yang saya rasa harusnya membawa dampak positif bagi kehidupan ini. Kekeliruan tersebut  ada pada pandangan yang menyamakan antara takdir dengan nasib. Bahwa semua yang ada di dalam dunia ini sudah ditentukan oleh Allah dan manusia harus tinggal menjalani saja semua ketentuan itu. Tak boleh protes, tidak terima, apalagi memberontak.

Dalam urusan takdir, banyak orang yang terpecah menjadi dua golongan yang saling ekstrim. Golongan pertama adalah mereka yang percaya bahwa takdir sepenuhnya berada di tangan manusia. Kepercayaan ini umumnya dianut oleh orang yang selalu perfect dalam bekerja, ambisius, progressif, dan memiliki semangat yang tinggi. Namun, orang yang seperti ini umumnya sangat sulit mengatur kondisi psikis-nya. Ketika mereka gagal, mereka langsung drop dan kecewa. Lalu mungkin bisa jadi kemudian akan bunuh diri.

Yang kedua adalah mereka yang menganut kepercayaan bahwa takdir seluruhnya berada di tangan Tuhan dan manusia tak akan pernah bisa campur tangan dalam urusan takdir itu. Umumnya, para penganut kepercayaan ini memiliki sifat yang tabah, penyabar, dan mudah menerima keadaan. Tetapi, mereka juga orang yang sulit diajak maju karena mudah merasa puas akan keadaan yang ada, sebab mereka menganggap itu adalah ketentuan terbaik dari Tuhan.

Idealnya, umat Islam harus bertindak di antara golongan pertama dan kedua. Umat Islam harusnya memiliki semangat yang tinggi, bekerja keras, berpikiran maju,  dan mereka juga memiliki sifat yang tabah dan sabar akan keadaan buruk yang menimpa mereka.

Surah Al-Hadid (57) : 23

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Tertidur Dalam Kemunduran IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang