Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka(diri)mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (maka demikianlah pula kamu akan kembali kepada-Nya)".
[QS. Al-A'raf (07) ayat 29]
Terkadang, oleh sebagian kalangan seperti beberapa kawan saya merasa gundah akan umat Islam saat ini. Umat saat ini menunjukkan gejala-gejala penyakit kronis, termasuk dalam hal beragama. Banyak dari kita yang mementingkan ritual alias formalitas dalam menjalankan agama. Sedangkan esensi yang melatarbelakangi agama itu sendiri dilupakan. Dalam istilah rekan saya, umat Islam saat ini : "Terlalu ingat syariat, sampai lupa hakikat."
Umat saat ini benar-benar mementingkan ibadah ritual. Bahkan sampai-sampai, ibadah ritual itu dianggap sebagai inti dari agama itu sendiri. Sedangkan yang selainnya, dianggap sampingan belaka. Coba tengok, ketika seseorang membahas agama, maka yang terbesit dalam pikiran orang pada umumnya adalah Shalat, Zakat, Puasa, Haji, dll. Dan semua itu adalah ibadah ritual. Sedangkan fungsi agama yang lain seperti pembentuk mental kerja keras, bersikap jujur, menaati hukum, membangun masyarakat, dianggap hanya sampingan belaka.
Banyak dari kita yang sudah merasa menjalani semua perintah agama, hanya dengan melakukan semua yang ada dalam lima rukun Islam. Padahal, agama tidaklah sesempit itu. Agama itu bukanlah hanya tentang shalat, zakat, puasa, haji, dll. Agama Islama adalah lebih dari itu. Jika kita bercermin kepada sejarah turunnya Islam, Islam tidaklah diturunkan supaya orang-orang disekitar Nabi Muhammad itu menjalani shalat, zakat, puasa, dan ibadah ritual lainnya, melainkan untuk mengubah peradaban manusia yang awalnya barbar, menjadi sangat beradab.
Itulah fungsi agama yang sesungguhnya, membangun bumi dan juga masyarakatnya supaya bisa lebih baik. Maka dari itu, semua perintah Allah seperti shalat dan ibadah ritual lainnya, sebenarnya ditujukan untuk tujuan utama manusia, yaitu menjadi khalifah di muka bumi yang membangun bumi. Namun, sudahkah umat Islam sadar akan hal itu?
Parahnya lagi, sudah menyempitkan agama dalam ibadah ritual saja, banyak umat yang menjalani ibadah ritualnya secara tidak maksimal. Masih bersifat formalitas dan gugur kewajiban.
(Seringkali kita tak tahu manfaat dan hikmah dari suatu ibadah, sehingga membuat kita malas menjalani ibadah tersebut, jikalau pun kita menjalaninya, maka itu hanya sekadar gugur kewajiban. Sumber gambar : https://nationalgeographic.grid.id/read/13308686/hati-hati-malas-gerak-jadi-salah-satu-penyebab-kematian-terbanyak-di-dunia?page=all)
Dari mana kita tahu kalau umat Islam saat ini seperti itu? Hal itu dapat kita ketahui ketika kita membuat asumsi tentang ibadah itu sendiri. Tentu kita setuju kalau Allah itu adalah Tuhan yang baik dan menginginkan kebaikan pada hamba-hambanya. Maka, untuk mewujudkan keinginan itu, Allah memberikan petunjuk yang sebagiannya terdapat dalam perintah-perintah-Nya kepada para hamba-Nya seperti manusia agar dapat menjalani kehidupan yang bahagia. Oleh karena itu, salah satu dari perintahnya adalah untuk beribadah kepada Allah. Pastilah perintah menyembah atau beribadah ini akan membawa dampak positif pada manusia sendiri. Maka dari itu, parameter keberhasilan dalam beribadah kepada Allah adalah berupa dampak positif yang diberikan kepada manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertidur Dalam Kemunduran Islam
SpiritualUmat Islam yang di dalam Al-Quran sendiri disebut sebagai umat terbaik kini menjadi tidak terbaik. Di mana-mana umat Islam dapat merasakan kemunduran yang mereka jalani. Lantas kapan umat Islam akan bangkit sebagaimana pada masa keemasannya dulu? Ka...