[Mengevaluasi Diri] Ketika Akal Direndahkan

117 60 1
                                    

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal.

[QS. Ali-Imran (03) ayat 190]

Akal merupakan seperangkat kemampuan manusia dalam menggunakan pikirannya yang berfungsi untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Berbeda dengan otak yang lebih cenderung ke bentuk fisik, akal lebih ke arah proses kerja otak. Tentu semua jenis makhluk hidup yang termasuk dalam kingdom animalia memiliki otak, tapi hanya manusialah yang memiliki akal. Buktinya, hanya manusia makhluk satu-satunya yang mampu membangun peradaban di bumi ini. Hal itu disebabkan karena akal mereka. Oleh sebab akal dan kepenguasaan ilmu pengetahuan yang kita miliki, Allah memberikan tugas khalifah fil ardh kepada manusia untuk membangun bumi menjadi lebih baik.

Tentu sebabnya, kita sebagai manusia patut bersyukur kepada Allah karena Dialah yang telah memberikan akal supaya manusia dapat memecahkan masalah yang ada pada kehidupannya. Namun, ada sebagian dari umat Islam yang memandang rendah penggunaan akal. Menurut mereka, akal dan produknya berupa ilmu pengetahuan itu bersifat trial and error. Sedangkan wahyu itu bersifat mutlak kebenarannya. Jadi, menurut mereka "buat apa kita pakai akal dan ilmu pengetahuan kalau sudah ada wahyu yang sudah pasti benar?". Bahkan, anehnya lagi, ada orang yang mengharamkan penggunaan akal, terutama dalam beragama. Menurut mereka, penggunaan akal itu dapat mendorong manusia menuju atheisme atau tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Mereka membangun paradigma seperti itu berdasarkan pengamatan mereka terhadap para ilmuwan yang memiliki kecenderungan atheisme karena akal atau ilmu pengetahuan yang mereka miliki.

Lantas, argumen mereka diperluas dengan beberapa hadits.  Seperti hadits yang berbunyi : "Barang siapa yang memahami Al-Quran (agama) dengan akalnya (bil ra'yi), maka tempatnya adalah neraka!" (HR. At-Tirmidzi). Menurut mereka, hadits itu shahih karena diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, sehingga tampak argumen mereka berada di atas angin.

HR. Imam At-Tirmidzi

Barang siapa yang memahami Al-Quran (agama) dengan akalnya (bi ra'yih), maka tempatnya adalah neraka!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Barang siapa yang memahami Al-Quran (agama) dengan akalnya (bi ra'yih), maka tempatnya adalah neraka!

Nah, saya rasa di sanalah letak ironinya. Di kala Eropa berusaha bangkit dari keterpurukannya pada abad pertengahan yang disebabkan oleh gereja, orang Eropa menyuarakan penggunaan ilmu pengetahuan sebagai langkah awal menuju peradaban tingkat tinggi. Tetapi, malah sebagian dari kita ada yang  mengharamkan penggunaan akal karena takut terjebak kepada atheisme. Lantas, saya bertanya-tanya dalam hati : "Apakah iya, Islam mengharamkan penggunaan akal ya?"

Sebelum saya beranjak ke hadits yang digaungkan mengharamkan akal, saya terlebih dahulu mencari sumber primer agama Islam, yaitu Al-Quran dalam mencari jawaban atas pertanyaan saya. Dan sejauh pencarian saya terhadap Al-Quran, tak dapat saya temukan satu ayat pun yang melarang penggunaan akal. Bahkan yang ada malah sebaliknya, ayat-ayat Al-Quran banyak mendorong umat Islam menggunakan akal semaksimal mungkin.  Justru Allah dalam Al-Quran mengecam keras kebodohan yang disebabkan karena tidak menggunakan akal.

Tertidur Dalam Kemunduran IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang