Nyinyiran itu sebenarnya datang saat kita masih bayi lho, guys. Gak percaya?
Begitu kita lahir, kita pasti disama-samain mirip Ayah atau Ibu. Ya, Mama dan Papa. Mommy atau Daddy. Terserah lah ya. Yang penting orang tua kalian mau dipanggil apa.♀️ : "Hidungnya gak mirip mamanya,ya??'
♂️ : "Ini kaki gede banget kayak kaki tukang."
♀️ : "Astagfirullahaladzim. Hitam banget, nak. Kayak bokong panci."
♀️ : "Duh, udah besar kok masih pakai pampers?"
♀️: "Masih ngedot. Kok dibiarin sih??"Walau tertuju pada Ibunya, tetap saja. Bayi yang belum tahu apa-apa pasti cuma mlongo aja. Gak cuma nyinyiran ke Ibunya, Itu nyinyir ke bayi juga, guys.
Salah apa coba anak ini?(Karena kita fokus pada diri kita. Maka saya pakai sudut pandang kita saat kecil ya.)
Pesan moral :
Lambat laun, kita makin belajar apa itu sindiran bila tidak diajarkan feedback positif dari keluarga dan lingkungan. So, jika menjenguk kerabat atau keluarga yang tingkat kemiripan bayi dan orang tua tidak mencapai 25,8%, jangan dinyinyirin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangguh Jadi Korban Nyinyir
Non-FictionGak ada satu manusia pun yang lepas dari komentar orang lain. Pernah dinyinyirin gak, readers? Bete? Marah? Malu? Mau ngumpet? Pingin lari? Semua pasti pernah ngerasain. Atau sekarang lagi dilema. Hal-hal kecil bisa jadi membuat kita dinyinyirin. Ta...