Kita sudah terbiasa mendengarkan cerita orang-orang. Dari cerita kebaikan sampai keburukan. Kita kadang jadi 'telinga' banyak orang. Atau bahkan kita yang mencari tampungan cerita kita sendiri.
Hal yang menarik adalah bila apa yang kita dengar adalah hal yang membawa kebahagiaan. Berbuah kebaikan. Bahkan yang mengena itu bisa mengubah pola pikir kita jadi semakin bermanfaat. Ini tentu poin lebih yang ingin kita dapatkan. Jadi impact yang kita rasakan, bukan hanya masukan atau reaksi kita terhadap sebuah cerita saja. Tapi kita pun malah banyak belajar dari hal tersebut.
Nha, setelah muncul lagi nih. Istilah ghibah dan fitnah yang sudah luas dikenal orang lain. Bedanya ya, guys. Ghibah itu membicarakan keburukan orang yang nyata. Kalau fitnah ya tentu saja membicarakan orang lain yang beritanya gak benar. Tapi ya masak gak boleh? Ya jelas gak boleh kalau langsung 'goreng' cerita orang. Apalagi menjelek-jelekkan. Niat itu penting. Andai kata 'terpaksa' membicarakan orang lain, tentunya karena niat mencari solusi.
Contoh nih :
Do :
"Eh iya nih. Si A sukanya minjem duit tapi gak dibalikin. Buat jaga-jaga, kalau dia mau minjam duit kita, kita kasih tahu aja kalau kita gada duit lebih. Jadi kita bohongin dia. Kasian."Don't :
"Sukanya si A minjemin duit. Ogah ah. Paling² dipakai buat shopping gak jelas. Aaa... Mungkin tas yang dia punya hasil hutang."Pesan moral :
Pentingnya tidak meneruskan sesuatu yang hanya kita anggap buruk. Stop di kita bila lawan bicara kita uda berbicara unfaedah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangguh Jadi Korban Nyinyir
Non-FictionGak ada satu manusia pun yang lepas dari komentar orang lain. Pernah dinyinyirin gak, readers? Bete? Marah? Malu? Mau ngumpet? Pingin lari? Semua pasti pernah ngerasain. Atau sekarang lagi dilema. Hal-hal kecil bisa jadi membuat kita dinyinyirin. Ta...