Ingat gak, readers? Waktu kita sekolah. Senangnya bukan main. Kita masuk sekolah dasar tuh happy-happy mulu sama teman-teman. Kayaknya gak bakal susah gitu ya? Tapi, fase kayak gini pun gak lepas dari nyinyiran teman-teman. Ya gak? Bahasa kerennya sekarang bully kali ya? Yang kayaknya zalim gak hanya terdapat pada mulut saja, tapi tangan dan kaki juga ikutan. Hahat, kalian.
(Hahat : Jahat)
♀️ : "Jangan main sama aku ya, kamu bau."
♂️ : "Iiih, kenapa sih dijelasin gak ngerti-ngerti.? Gak pinter kamu, ah."
♀️ : "Sana an, gendut. Makan apa aja sih, kamu?"
♂️ : "Lama banget sih. Kayak cewek."
♀️ : "Pinter kayak si A gitu lho. Udah ganteng, pinter."Dan makin banyak kenyiyiran didapat tidak hanya dari lingkungan luar. Tapi di dalam rumah juga sering dan bahkan jadi rutinitas setiap hari.
Pesan Moral :
Terkadang usia sebelum 12 tahun tuh lekat banget ingatan bagaimana orang² yang memperlakukan kita. Body shaming dan inlegensi kita benar-benar jadi paparan nyata dan sasaran empuk bagi siapa saja. Tak bisa terelakan. Biar gak merambat, coba kita edukasi adik² kita, sepupu² kita, ponakan² kita atau anak² tetangga betapa memuji dan berkata baik adalah kunci disukai oleh banyak orang. Katakan pada mereka, "Orang Nyinyir gak bakal masuk surga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangguh Jadi Korban Nyinyir
Non-FictionGak ada satu manusia pun yang lepas dari komentar orang lain. Pernah dinyinyirin gak, readers? Bete? Marah? Malu? Mau ngumpet? Pingin lari? Semua pasti pernah ngerasain. Atau sekarang lagi dilema. Hal-hal kecil bisa jadi membuat kita dinyinyirin. Ta...