Maya sangat senang akhirnya Gibran mau ia ajak pergi. Ia sebenarnya tidak tau kenapa ia berani mengajak Gibran pergi. Ia hanya ingin tau lebih dalam tentang Gibran.
Gibran dan Maya akhirnya pergi berdua menggunakan mobil Gibran.
Di perjalanan,
"Bran, kamu kan belum punya SIM kok berani bawa mobil sendiri?" tanya Maya
"Karna lo gabisa kena asap rokok. Kalo lo kena asap rokok gue yang repot nanti"
"Loh kok kamu tau tentang aku Bran?"
"Udah jangan berisik! Lo bisa diem gasih? Gue tuh lagi nyetir!"
Maya menghembuskan napas beratnya. Gibran emang jutek sih galak juga. Tapi disisi lain hatinya ia merasa bahwa Gibran ini sebenarnya anak baik.
"Lo ngapain sih malem-malem ngajak ke sungai gini?" protes Gibran
"Bran, disini tuh sejuk banget, tenang ga berisik. Cuma ada suara air mengalir"
"Tapi lo ga pake jaket gitu, lo ga kedinginan?"
Maya kaget mendengar ucapan Gibran. Ia baru sadar bahwa baju yang ia kenakan itu lengan pendek. Maya langsung dengan spontan memeluk tubuhnya sendiri.
"Udah ayo pulang aja, kalo ganiat pergi ya gausah pergi! Buang-buang waktu gue aja!" teriak Gibran
Maya meneteskan air matanya saat Gibran membentaknya. Baru kali ini ia merasa sangat ketakutan saat dibentak oleh seseorang. Melihat Maya yang menangis, Gibran sangat kebingungan dan langsung mendekati Maya.
"Udah diem. Gue Cuma becanda" singkat Gibran
Maya diam menatap Gibran. Ia lalu menggenggam tangan Gibran.
"Bran, kamu mau ga jadi pacar aku?" lirih Maya
Gibran sangat terkejut dengan ucapan Maya, walau suaranya lirih tapi Gibran bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Ini adalah pertama kalinya ada cewe yang ngungkapin perasaannya ke Gibran. Gibran lalu perlahan memundurkan langkahnya dan kedua tangan mereka merenggang lalu lepas. Mata Maya masih sendu penuh air mata. Pikirannya benar-benar kosong. Entah kenapa ia mengucapkan hal bodoh itu.
Jarak Gibran dan Maya sudah lumayan jauh. Kedua manusia itu tidak berani saling mendekat atau salah satunya mendekat. Yang satu terus melangkah mundur,sementara yang satunya lagi tetap diam ditempatnya masih dengan air mata yang jatuh ke tanah setelah melewati pipi putihnya.
Bibir Maya bergetar, ia seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi lidahnya sangat kelu.
Gibran pergi menuju mobilnya meninggalkan Maya sendirian disana. Entahlah Gibran merasa terkejut dengan pernyataan dadakan dari Maya .
Gibran menyetir kasar mobilnya. Saat mobilnya berhenti di lampu merah,tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras. Gibran langsung teringat Maya.
Di perputaran jalan depan, Gibran langsung membalikan laju mobilnya untuk kembali menghampiri Maya. Saat sampai disana kembali, Gibran tidak menemukan Maya. Ia sangat kebingungan dan terus mencari Maya di sekitaran taman itu sambil hujan-hujanan. Hingga ia pasrah lalu kembali ke mobilnya.
Malam ini sangat dingin. Hujan sudah reda memang tapi hawa dingin masih setia berkeliaran. Maya pingsan terbaring diatas sofa yang sudah lumayan kusut, ada beberapa lubang disana dan busanya pun ada yang keluar seperti mengintip suasana dunia. Ia diselimuti oleh selimut yang kecil, hanya bagian kakinya saja yang tertutup selimut itu.
Tak lama kemudian Maya tersadar dan ia sangat terkejut saat ia menyadari kalo ia tidak berada dirumahnya sekarang. Langit-langit rumah itu hanya dengan terpal dan pagarnya terbuat dari anyaman bambu. Maya sangat pusing. Ia memegang keningnya sambil berjalan pelan mencari sosok orang yang mungkin bisa menjelaskan apa yang telah terjadi pada dirinya sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED ( Tanpa Judul )
Romance"Gue juga ngrasain apa yang lo rasain. Tapi mau gimana lagi. Mereka udah terlanjur percaya sama informasi itu dan juga benci sama gue. Mungkin ini karma buat gue May, karna gue udah pernah nyobain barang haram itu. Tapi please May jangan tinggalin g...