Hari demi hari Gibran lewati dengan sangat berat. Bullian dimana-mana, caci-maki selalu terdengar jika Gibran melewati mereka. Gibran harus kuat, ia harus sabar.
Gibran tengah duduk di bangkunya,ia tampak sibuk menscrol naik-turun ponselnya.
Maya datang dari pintu belakang kelas. Ia mengendap-ngendap menuju bangku Gibran. Ia sedikit mengintip apa yang Gibran lihat diponselnya, Gibran lebih dulu menyadari kalau dibelakangnya ada Maya.
"Ada apa?" tanya Gibran
"Emm gapapa" jawab Maya sambil menarik bangku dan duduk disamping Gibran.
Maya menyangga dagu dengan salahsatu tangannya sambil menatap Gibran. Ia mengamati Gibran dari ujung rambut Gibran sampai ujung sepatu Gibran.
"Kenapa sih?" ucap Gibran yang merasa risih
"Bran, kamu yakin mau daftar sekolah polisi?" tanya Maya
"Sok tau, lo tau dari siapa?"
"Itu tadi aku liat kamu ngisi form pendaftaran sekolah polisi. Aku ga buta Bran, aku liat sendiri"
"Bukan urusan lo"
"Ehh ehh mana yang bulan lalu ngungkapin isi hatinya di pantai? Siapa sih yaa aku lupa?"
" Iya iya"
"Kamu lupa kalo aku pacar kamu?"
"Ga"
"Trus tadi apa?"
"Udah lah May, masalah sepele gausah diperbesar. Gue lagi gamau ribut"
"Hmm iya iya yaudah Maya maafin"
"Emang siapa yang minta maaf?"
"Kamu"
Gibran memutar kedua bola matanya malas.
"Aku bisa bantu kamu Bran, besok Minggu kamu kerumah aku yaa"
"Ngapain?"
"Udah dateng aja"
Maya lalu pergi meninggalkan Gibran menuju bangkunya. Disana sudah ada Anabel,Elang dan Irvan
"May, lo ko tetep mau sama Gibran sih? Dia kan pengguna narkoba" ejek Elang
"Bukannya gimana May,lo kan deket sama Gibran. Lo ga nglakuin apa-apa tapi ikut di bulli ama anak se sekolahan. Sorry May gue cuma takut lo kenapa-kenapa" ucap Anabel
"Jauhin Gibran May, gue takut lo akan terjerumus sama kaya dia"
"Aku gapapa ko temen-temen. Justru sebenernya orang kaya Gibranlah yang harusnya kita rangkul,kita suport. Gibran udah berubah,dia rajin terapi dan mulai sejak bulan lalu darahnya udah negatif dari narkoba. Aku mohon sama kalian, bantu Gibran, jangan kucilin dia apalagi buly dia" jelas Maya
Anabel dan Elang mengangguk tanda mengerti. Sementara Irvan diam-diam mengepalkan tangannya sambil menatap tajam Gibran yang sedang memainkan ponsel di bangkunya.
Hari ini adalah hari minggu,Maya sengaja bangun lebih awal karena Gibran akan datang kerumahnya.
Sekarang pukul 8 pagi, Maya sudah mandi. Ia sangat cantik dengan rambut yang ia kuncir satu dengan poni tipis ciri khasnya.
Maya masih didalam kamar. Sambil menunggu kedatangan Gibran,ia memutar lagu milik Bondan Prakoso - Not With Me secara berulang-ulang.
Sampai akhirnya ada chat masuk, dan itu chat dari Gibran.
Maya langsung berlari menuju depan rumahnya.
"Lo lama banget sih bukain pintunya" ucap Gibran
"Hah ga kok, aku aja dari kamar kesini lari Bran bukan jalan..yaudah yuk masuk"
Mereka berdua lalu duduk di ruang tamu.
"Emm bentar ya Bran, aku nyari Ayah dulu. Kamu disini aja"
"Hah Ayah?"
"Iya Ayah aku..bentar yaa"
Gibran sangat bingung. Kenapa Maya harus memanggil ayahnya.
Tak lama kemudian Maya menggandeng lengan Ayahnya mendekati Gibran. Saat Ayah Maya melihat Gibran,beliau sangat terkejut.
"Lho kamu anak yang dulu saya razia kan?"
"MATI GUE" ucap Gibran dalam hati.
"Emm halo om, saya Gibran teman...ehh pacarnya Maya" ucap Gibran ragu + takut
Ayah Maya tak percaya dengan apa yang diucapkan Gibran. Lalu Maya menuntun Ayahnya untuk duduk bersama.
"Gini Yah, Gibran ini Ayah pasti udah kenal kan. Jadi dia itu Gibran yang Maya maksud tadi malem Yah. Dia udah berubah dan pengin terus berubah jadi lebih baik lagi. Dia mau daftar sekolah polisi Yah, Ayah pasti tau kan apa aja yang perlu disiapin? Tolong ajarin Gibran ya Yah..please.." ucap Maya sambil memohon
Gibran sekarang tau alasan Maya untuk menyuruhnya datang hari ini.
"Yasudah Ayah akan ajarin Gibran semampu Ayah yaa? Yang pasti pas Ayah lagi free kaya hari ini" ucap Ayah Maya
Maya sangat senang mendengar keputusan Ayahnya dan langsung memeluk Ayahnya.
"Oke Gibran, kita pemanasan dulu yaa lari-lari kecil keliling komplek" ucap Ayah Maya dan langsung dibalas sebuah anggukan oleh Gibran.
Ayah Maya dan Gibran sedang berlari mengitari komplek. Maya menyemangati Gibran dari depan rumahnya. Setelah dihitung-hitung Ayah Maya dan Gibran sudah mengelilingi komplek sebanyak lima kali. Padahal komplek Maya cukup luas.
"Cape Bran?" tanya Maya sambil mengelap keringat Gibran dan memberikan Gibran minum
"Ohh he'ehh..haduhhh cape banget May. Tadi Ayah lo bilang pemanasan kan? Tapi inimah bukan pemanasan May" ucap Gibran sambil terengah-engah mengatur napasnya.
"Stt jangan keras-keras Bran,nanti Ayah denger gimana?"
"Oke udahan istirahatnya Bran, kita lanjut latihan lagi" ucap Ayah Maya tiba-tiba menghampiri mereka.
Ayah Maya melatih beberapa latihan fisik untuk Gibran. Fisik yang kuat adalah salahsatu syarat untuk lulus ke sekolah polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED ( Tanpa Judul )
Romansa"Gue juga ngrasain apa yang lo rasain. Tapi mau gimana lagi. Mereka udah terlanjur percaya sama informasi itu dan juga benci sama gue. Mungkin ini karma buat gue May, karna gue udah pernah nyobain barang haram itu. Tapi please May jangan tinggalin g...