Keesokan harinya, Gibran berangkat ke sekolah dengan membawa setangkai bunga ditangannya. Tapi ia sangat bingung,sepanjang ia melewati koridor sekolah manuju kelasnya semua orang memandangnya dengan rasa tidak suka. Gibran merasa semua ini aneh.
Maya sedang duduk dibangkunya, ia kemudian di kagetkan oleh Anabel.
"May..May.. lo liat ini!" perintah Anabel sambil menyodorkan ponselnya
Maya membaca tulisan yang ada di ponsel Anabel. Ia langsung terkejut di tengah aktivitas membacanya dan langsung mengecek ponselnya sendiri.
Maya membuka chat grup sekolahnya, dan disana sangat ramai dengan siswa sekolahnya yang mengumpat Gibran ini itu.
Maya terperanjat lalu keluar dari kelas hendak mencari Gibran. Saat ia baru beberapa meter meninggalkan kelas, ia melihat Gibran bejalan kearahnya sambil tersenyum dan ia melihat Gibran membawa bunga ditangannya.
Maya berlari mendekati Gibran dan memaksa tangan Gibran untuk mengikutinya. Maya membawa Gibran keluar sekolahnya sambil berlari. Tangan mereka bertautan. Gibranpun sangat bingung dengan perlakuan Maya. Lalu maya menghentikan larinya setelah ia sampai di sela-sela perumahan. Sela-sela itu hanya selebar satu meter kira-kira.
"May lo kenapa sih" tanya Gibran sambil mengatur napasnya yang terengah-engah
Maya lalu menunjukan isi chat grup sekolah yang ada di ponselnya kepada Gibran. Maya tau Gibran tidak bergabung dengan grup sekolah karena ia memang anak baru.
"Tidak mungkin.." lirih Gibran
"Aku gatau siapa yang nyebarin ini Bran.."
"Tapi disekolah yang tau ini kan cuma gue sama...elo.." ucap Gibran
Maya menggelengkan kepalanya menandakan bahwa bukan dirinyalah yang menyebarkan informasi itu.
Tanpa pikir panjang,Gibran lalu pergi meninggalkan Maya.
Maya menangis sejadi-jadinya. Ia jongkok sambil merengkuh tubuhnya sendiri.
Gibran berlari entah kemana, ia tidak tau arah. Dan tiba-tiba segerombolan preman menghentikannya.
Di kelas,
Maya masih terus menangis di bangkunya, wajahnya ia tutupi dengan kedua lengannya. Anabel tidak bisa melakukan apapun. Ia hanya bisa mengelus rambut panjang Maya sambil menenangkan Maya.
"Bel, aku mau pergi nyari Gibran..tolong ijinin aku yaa" lirih Maya lalu pergi meninggalkan kelas sambil membawa tas miliknya.
Anabel tidak bisa mencegahnya. Ia tau perasaan sahabatnya itu.
Maya pergi menuju rumah anak jalanan yang dulu pernah menolongnya. Ia mencoba mencari tau keberadaan Gibran, tapi ternyata Gibran tidak disana. Maya sangat khawatir. Ia memikirkan hal-hal negatif yang mungkin akan dilakukan Gibran.
Hingga sore hari Maya masih terus mencari Gibran tapi hasilnya nihil. Lalu Maya memutuskan untuk pergi kerumah Gibran.
Saat Maya melihat Mamahnya Gibran, Maya langsung memeluk Mamahnya Gibran.
"Tante..maafin Maya.." isak Maya di dalam pelukan Mamahnya Gibran.
"Kamu kenapa sayang?"
"Gibran tante.."
"Gibran kenapa sayang?"
"Maafin Maya tante.."
"Lho maaf kenapa sayang..Gibran gapapa kok"
"Hah? Tante tau darimana kalo Gibran gapapa"
"Tuh dia ada dikamarnya"
Maya meletakan tas gendongnya di kursi ruang tamu lalu berlari menaiki tangga menuju kamar Gibran.
Maya membuka kamar Gibran dan melihat Gibran sedang berdiri menatap luar jendela. Maya lalu berlari dan memeluk Gibran dari belakang.
Gibran sudah tau kalo Maya datang kerumahnya. Ia melihat Maya dibawah tadi dari jendela kamarnya.
"Gibran..jangan pergi.." ucap Maya masih memeluk Gibran
"diem*"
"Aku janji,aku akan ngungkap siapa yang udah nyebarin informasi itu"
"Gausah" singkat Gibran
"Tapi Bran, dia udah keterlaluan"
"Gue udah tau siapa orang itu"
Gibran melepas pelukan Maya, ia membalikan tubuhya agar bisa menghadap ke Maya.
"Ya ampun Bran kamu kenapa? Ko pipi kamu lebam gitu" tanya Maya panik
"Tadi gue dirampok"
"Apa?"
"Tapi karena gue dirampok gue juga jadi tau siapa dalang dibalik semua ini"
"Maksud kamu?"
"Gue pulang kerumah jalan kaki, dan gue denger seseorang ngomongin gue. Gue berhenti dan dengerin semua omongan mereka. Gue paham banget sama suara salah satu diantara mereka"
"Suara siapa Bran?"
Gibran hanya diam. Ia kemudian tersenyum sambil mencubit kedua pipi Maya.
"Lo tuh emang ya kepo banget jadi orang" ucap Gibran masih dengan mencubit kedua pipi Maya
"Gue ga akan ngungkapin siapa orang itu,yang harus gue lakuin sekarang adalah membuktikan bahwa gue udah negatif sama barang haram itu" lanjut Gibran
Maya mengangguk tanda setuju.
"Yang penting lo selalu nemenin gue, selalu ada disamping gue. Gue butuhin lo May" ucap Gibran sambil mengacak rambut Maya
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED ( Tanpa Judul )
Romance"Gue juga ngrasain apa yang lo rasain. Tapi mau gimana lagi. Mereka udah terlanjur percaya sama informasi itu dan juga benci sama gue. Mungkin ini karma buat gue May, karna gue udah pernah nyobain barang haram itu. Tapi please May jangan tinggalin g...