Chapter 7

6.1K 521 16
                                    

Aku menarik lepas tanganku dengan keras. Melihat sekeliling untuk menemukan banyak mata penasaran berlalu-lalang yang melihat kearahku. Aku tidak mengenal mata-mata itu. Juga tidak pernah kupedulikan pandangan orang lain terhadapku. Sudah sejak lama aku mengabaikan banyak mata. Sekarang juga begitu. Jadi salah besar jika Decon menarik aku dengan paksa dan membawa aku ke trotoar jalan seperti ini. Karena dia tidak akan pernah mempermalukan aku, sebaliknya. Dengan apa yang dia lakukan maka itu berarti dia mempermalukan dirinya sendiri. Wajahnya kerap ada di surat kabar dan pastinya banyak mata yang mengenalnya. Dia tidak waras jika terlibat skandal denganku.

"Apa yang kau inginkan, Decon? Hubungan apapun yang terjalin antara kita telah berakhir sejak kau memperlakukan aku dengan caramu itu."

"Jadi sekarang kau mengubah profesimu menjadi pengasuh bayi? Sangat tidak cocok sama sekali." Dia mengejek.

Amarah masih menari di matanya. Dia harusnya telah mendapatkan apa yang dia inginkan. Aku diam saja saat itu, mungkinkah dia akan berpikir demikian setiap dia datang mendekat padaku?

Salah jika memang itu yang dia pikirkan. Dia tidak mengenalku.

"Masa bodoh dengan apa yang kau katakan, Decon. Aku tidak peduli. Urusanku mau jadi apa aku. Berhenti ikut campur dengan apa yang aku lakukan. Karena aku bukan milikmu."

Dia meraih lenganku, kuat cengkramannya membuat aku ingin menarik diri tapi dia tidak melepaskan aku. Decon sudah benar-benar pada tahap gilanya. Aku tidak habis pikir karenanya. Apa yang begitu membuat dia memperlakukan aku seperti ini. Harusnya dia sadar kalau aku hanyalah wanita bayaran yang tidak akan mungkin bisa dia miliki seutuhnya. Jika saja dia tidak berbuat diluar batas maka aku masih bisa dia rasakan sekarang.

Tapi karena ulahnya yang membuat aku sadar kalau aku tidak ingin bertahan menjadi wanita yang sama. Aku sudah muak menjual tubuhku dan tidak akan lagi bisa kumasuki dunia hitam yang telah berjasa besar menyelamatkan hidupku. Aku ingin memiliki masa depan. Tidak perlu cerah, cukup jangan pekat saja di dalamnya.

"Decon, lepaskan aku. Kau tidak memiliki hak menyentuhku. Enyahkan tanganmu." Aku menahan diri agar tidak berteriak. Dia tidak bisa terus menguji batas sabarku.

"Aku mencintaimu sialan. Kau tidak mengerti juga. Apa susahnya menerima perasaanku dan hanya menjadi satu-satunya wanitaku. Akan kubuat hidupmu bergelimangan harta."

Dia menekan bahuku. Mendorong hingga aku berakhir dengan menempel pada batang pohon besar hingga membuat aku meringis kesakitan. Decon sudah gila, segala tenaga yang dia keluarkan untuk menyakitiku benar-benar tidak dia tahan. Dia memakai semua kemampuannya dan aku tahu kalau apa yang dirasakan Decon bukanlah cinta. Tidak ada cinta yang menyakiti orang yang dicintainya. Pria ini terobsesi padaku. Membuat aku takut dia akan berbuat hal yang tidak menyenangkan padaku.

"Kau membuat aku tidak bisa melepaskanmu. Aku tidak akan pernah rela kau pergi dariku, Anditha. Pilihanmu hanya satu, bersama denganku!" Setiap suku katanya mengandung hal mutlak untuk diikuti. Decon berubah drastis. Tidak ada lagi pria hangat. Yang ada di depanku saat ini adalah pria pemaksa yang akan melakukan segala macam cara untuk bisa membuat aku jatuh di bawah kakinya.

"Kau gila, Decon. Aku bisa melaporkanmu atas apa yang kau lakukan. Kau menyakiti aku, Decon?" Kucoba mengatakan padanya kalau dia menyakiti aku. Karena dia menekan bahuku dengan tekanan yang sangat kuat. Bahkan kakiku sempat berputar tadi saat dia menyeret aku sampai ke tempat ini.

Beberapa orang yang tadinya hanya melihat sambil berjalan, mulai berhenti dari langkah mereka. Beberapa dari mereka saling berbisik dengan teman berjalan mereka. Mungkin ada yang bersimpati dengan apa yang aku alami tapi bisa juga karena mereka melihat wajah Decon yang bengis dan seolah siap memakanku hidup-hidup.

Terjerat Pesona Om - Versi Lengkap Di PlaystoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang