Libur semester telah tiba. Hari ini aku akan pulang ke rumah. Aku tidak sabar berbagi cerita dengan Umi.
Aku diantarkan oleh Pakde Ali, Bude Sarah, dan Kak Alyas. Sedangkan Kakek dan yang lain hanya menitip salam dan mereka juga membawakan berbagai makanan untuk abi dan umi ku. Mereka membawakan banyak sekali jajan-jajanan dan yang lain. Itu semua juga untuk tetangga dan para murid Majelis Darussalam.Sekitar 2 jam lebih dalam perjalanan. Allhamdulillah kita sudah sampai dikediaman abi dan umi.
Kami disambut dengan ramah. Aku langsung mencium tangan abi dan umi dengan tadzim. Rasa rindu yang terpendam kepada beliau tidak bisa aku simpan lagi. Aku langsung memeluk mereka.
Para murid abi dan umi menghidangkan minuman dan jajanan untuk kami
"Alyas apa kabar kamu Le" tanya Abi
"Alhamdulillah sehat wal'afiat Paklik yai"
"Alhamdulillah"
Kami pun terus berbincang mengenai keadaan Majelis Darussalam. Yah rencana Abi mau menjadikan Majelis Darussalam ini menjadi Pondok Pesantren Darussalam 2. Tapi itu hanya rencana saja. Kata abi, abi fokus untuk berdakwah kepada masyarakat. Sedangkan pembangunan pondok diserahkan pada suamiku nanti.
"Abi, Zahwa takut calon suami Zahwa nanti keberatan, apalagi membangun pondok itu butuh biaya yang cukup banyak" ucapku pada Abi agar Abi bisa mengerti.
"Nduk, Abi juga sepemikiran denganmu, tapi ini semua justru calonmu sendiri yang minta"
"Tapi Zahwa takut Abi"
Abi pun memberi wejangan untukku. Dan memang kata Umi sendiri juga sama. Calon suamiku sendiri yang meminta. Dari kejadian ini aku mulai faham calon suamiku insya Allah orang yang baik.
"Adik bulan depan kalian silaturahmi ke rumah kami, bulan depan insya Allah kami pindah rumah di samping pondok" terang Pakde yai Ali kepada Abiku
"Sudah selesai Kang Mas pembangunannya?" tanya Abiku
"Alhamdulillah sudah Adik"
"Pakde, kok Zahwa baru tahu kalau Pakde yai mau pindah, dan pembangunan rumah di dekat pondok Zahwa juga tidak tahu" ucap Zahwa
"Nggih Nduk, pakde sama Bude sudah lama merencanakan ini semua, tapi yo ndak kelakon-lakon, Alhamdulillah nya Alyas dan Dimas mau membangun rumah buat keluarga" terang Budhe Sarah.
"Betul Nduk, sekarangkan Alyas sedang membangun bisnis cafe yah alhamdulillah hasilnya buat pembangunan rumah" tambah Pakde Yai Ali
"Oh iya syukur alhamdulillah" ucapku
"Le, cafe mu katanya di daerah sini" ucap Abi ku.
"Inggih Paklik Yai, di daerah perbukitan, dari sini membutuhkan waktu 30 menit" terang Kak Alyas
"Kalau begitu ayo kita semua berkunjung ke cafe Kak Alyas" ucapku dengan semangat
Kami pun memutuskan untuk berkunjung ke cafe Kak Alyas.
Burung-burung bernyanyi dengan syahdunya. Air terjun terdengar dengan derasnya. Pohon-pohon rindang yang menyejukan mata.
"Masya Allah"
Tanjakan yang diiringi perpohonan. Pemandangan yang begitu indah menyejukan mata. Sungguh tempat yang cocok untuk berwisata.
Sekitar 30 menit kita sampai di cafe. Nama cafenya cafe "Ini keren". Cafe ini sungguh indah. Cafe ini berdominan alam. Cocok sekali cafe ini jadi pariwisata.
Kami pun dihidangkan makanan cafe di sini. Ikan bakar, ikan goreng, dan masih banyak sekali menu di sini.
"Enak sekali ini Le" ucap Umiku
"Alhamdulillah Bulik Yai" ucap Kak Alyas
Kami makan dengan khidmat, makanan ini rasanya sungguh enak. Ditambah lagi kita bisa melihat pemandangan yang sejuk di sini, sungguh nikmat sekali.
"Alhamdulillah"
Kami pun selesai makan, kami pun berkeliling cafe.
Sudah cukup kami berkeliling cafe ini. Kami pun pulang ke kediaman Abi.
***
Sudah 5 hari aku di rumah. Aku di sini sibuk, jadwal padat. Aku kira di rumah bakal tidur, malas-malasan. Eh... ternyata sebaliknya. Warga kampung di sini jika ada santri yang sudah lama mondok. Para warga akan berpikiran bahwa santri tersebut sudah pandai sekali. Padahal hal itu belum tentu benar. Seperti aku contohnya, aku banyak jadwal dari kemarin, dari mengisi kajian di Majelis Darussalam, menjadi saritilawah di acara pengajian, menjadi mc di acara nikahan, mengisi kajian dakwah anak remaja masjid dan masih ada lagi. Huh.... Padahal ilmuku tak seberapa. Tapi aku syukuri. Ilmu yang aku cari bertahun-tahun bermanfaat bisa aku amalkan.
"Ustadzah...." suara seorang memanggilku. Yah aku di sini dipanggil ustadzah. Hehe rasanya berlebihan.
"Ada apa Put? Tanyaku padanya.
" Gini Ustadzah kulo bade cerita kalih sampeyan ustadzah" ucap Putri
"Cerita apa?"
"Yah cerita tentang perjalanan cinta saya ustadzah, bolehkan cerita?"
"Silahkan" ucapku
Putri pun bercerita tentang perjalanan cintanya dari awal sampai sekarang. Aku salut mendengarnya. Dimana dia yang saling mencintai dengan laki-laki yang bernama Syaiful. Eh tapi di desaku ini manggilnya bukan Syaiful tapi Sepul hehe, maklum lah lidah orang desa.
Yah kisah mereka yang tak direstui orang tua karena faktor keluarga Syaiful yang maaf ekonominya kurang. Tapi mereka terus berusaha sampai mereka sudah menikah kemarin. Aku akui jempol untuk mereka. Entahlah jika aku yang mengalami diposisi mereka.
***
Malam ini ada kajian dakwah di Majlis. Biasanya Umi yang ngisi. Tapi umi malah menyerahkannya padaku. Aku pun maju. Aku mulai membuka kitab Safinatun Najah.
Sekitar jam 8 mengaji kitab pun selesai. Para murid pun pulang ke rumah masing-masing. Tapi ada juga yang menginap di Majelis. Yah karena di Majelis ada kamar. Pernah dulu Abi tanya padanya. Kenapa tidak pulang. Dia malah menjawab ingin mengabdi pada Abi dan untuk mengurus Majelis Darussalam ini. Aku salut padanya. Sebut saja Kang Qosim. Beliau orang Tuban. Kang Qosim ini sudah lama di sini sejak berdirinya Majelis ini. Sampai keluargaku menganggapnya sebagai saudara. Kang Qosim itu ibarat tangan kanan Abi. Sekarang Kang Qosim sudah jadi Ustad. Keren lah Kang Qosim. Hei tunggu jangan mengira aku suka sama Kang Qosim. Kang Qosim itu sudah berkeluarga. Rumah Kang Qosim ada di sebelah Majelis Darussalam. Yah, walaupun masih dalam tahap pembangunan.
Dan seperti biasa. Malam ini kulantunkan ayat-ayat Allah. Aku mulai terus menghafal ayat demi ayat. Biasanya aku murojaah dengan Kakek sekarang sendiri. Kadang sama abi atau umi, kalau mereka tidak sibuk.
***
Jam 10 pagi ini aku mulai siap-siap untuk keberangkatanku. Memang lebih tepatnya jam 4 sore biar sampai sana langsung mahgrib. Banyak sekali yang Umi bawakan untuk aku bawa ke Pondok Darussalam.
Putri menghampiriku dengan banyak sekali barang bawaannya.
"Assalamu'alaikum" salam Putri
"Wa'alaikum salam" jawabku
Putri menghampiriku. Dia memberiku banyak sekali makanan untuk aku bawa ke Pondok Darussalam. Aduh... ribet banget sebenarnya dari Umi yang membawakan banyak barang-barang dan makanan ditambah lagi Putri membawakan aku makanan yang banyak. Tapi yah mau gimana lagi. Kalau aku menolak pasti membuat mereka kecewa.
"Matur suwun nggih Put" ucap ku
"Inggih sami-sami ustadzah" jawab Putri
"Ngomong-ngomong ini ngerepotin lho...." ucapku
"Hehe mboten ngerepoti ustadzah" ucap Putri
Aku dan Putri terus berbincang-bincang sampai waktu dzuhur. Kami pun melaksanakan sholat berjamaah di Mushola Majelis Darussalam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DARUSALAM LOVE✔(Sudah Terbit)
RomanceSeorang putri Kyai pendiri majlis Darusalam yang cerdas nan cantik yang menjalankan pendidikan di pondok pesantren Darusalam milik kakeknya. Baca juga sequel dari cerita Darusalam Love yang judulnya Tulisan Ghifari yah...☺ #Zahwa #Alyas