Part 23

11.8K 701 7
                                    

Teman sejati adalah teman yang selalu ada dalam duka maupun suka

Almeera Zahwa Assegaf

***

Sekarang aku dan Ustad Jufri sedang menunggu Gus Usman. Yah Gus Usman akan datang malam ini. Jujur saja aku merindukannya. Sifat tadzimnya terhadap guru itu yang membuatku merindukannya. Gus Usman yang selalu menemaniku.

"Gus, kopine wenak tenan " ucap Ustad Jufri

"Umi yang buat, Umi emang jagonya buat kopi" pujiku pada Umi

"Ada rahasianya gus?" tanya Ustad Jufri

"Ada" jawabku

"Apa Gus?"

"Baca basmalah" jawabku enteng

"Kalau itu sih harus gus"

"Lah iya tad"

Ustad Jufri melanjutkan meminum kopi buatan umi.

Tiba-tiba ada suara klakson mobil. Aku dan Ustad Jufri saling pandang. Tanpa aba-aba kami langsung keluar ndalem. Dan benar saja Gus Usman.

Kami mempersilahkannya masuk. Aku memanggil khadamah untuk membuatkan minuman untuk Gus Usman.

"Ndak usah repot-repot gus" ucap Gus Usman

"Santuuyy aja Gus" ucapku santai

Kami pun bersendau gurau. Di tambah lagi cerita-cerita para santri Al-Mubarok. Santri di sana kocak. Mungkin saja membuat Gus Usman kewalahan. Tapi di pesantren Al-Mubarok cukup ketat. Sekali salah bisa saja digundul.

"Oh ya gus, ini ada dodol dari Abah, kemaren Abah habis ziarah" ucapnya

"Sampaikan makasih pada beliau"

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dan ternyata Zahwa dan temannya datang untuk menemui Kak Lia. Entahlah urusan apa.

Sekitar pukul 9 Zahwa keluar. Segera saja akau panggil Zahwa untuk meluruskan masalah kami. Mumpung ada saksi. Aku tak masalah ada yang mengetahui tentangku dan Zahwa sekarang. Yang aku takut adalah ada berita bahwa aku Alyas merebut calon istri orang. Sungguh sama sekali tidak lucu.

Zahwa duduk dihadapanku. Zahwa menunduk. Sedangkan temannya yang aku tahu bernama Dina dan Muna diam seperti tidak tahu apa-apa.

Aku hembuskan nafas kasar untuk memulai pembicaraan

"Dek?" panggilku

"Iya kak" jawabnya lirih dan masih menunduk

"Afwan, kakak tau kakak ikhwan pengecut dan sebagainya, karena kakak ndak bisa mengkhitbah adek, tapi kakak lakuin itu semua karena untuk menjaga nama keluarga" terangku pada Zahwa

"Iya Kak, Zahwa tau, Zahwa juga minta maaf" ucapnya yang terus menunduk

"Ini semua takdir Allah dek, insya Allah menjadi yang lebih baik untuk diri kita" ucapku

"Iya Kak"

Zahwa mulai menatapku, Ya Allah wajah teduhnya mungkin yang akan aku rindukan setelah Zahwa menikah dengan Gus Zul.

Zahwa meneteskan air mata yang sedari tadi ia bendung. Ya Allah ingin rasanya aku menghapus air matanya.

"Kalau saja takdir menakdirkan kita, Kakak akan mengkhitbah dan kita akan bersama dan........" ucapanku terpotong

"Alllyyyaaaassss" teriak Abi yang membuatku kaget

Aku menatap Abi yang terus berjalan ke arahku Dan tiba-tiba....

DARUSALAM LOVE✔(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang