Part 10

13K 745 8
                                    

Tersenyumlah
Pancarkan wajah ayumu
Tersenyum lah
Sungguh senyumanmu membuat tentram

Muhammad Alyasa Hadid Assegaf

***

Zahwa POV

Saat ini aku berada di rumah baru Pakde Yai Ali dan Bude Yai Sarah. Yah, Kak Alyas sekarang sedang mengintrogasiku. Ditambah lagi Kang Usman dan Ustad Jufri juga mengintrogasiku. Rasanya seperti di dalam ruangan polisi bertanya ini bertanya itu. Mau tidak mau aku jawab pertanyaan Kak Alyas dan yang lain apa adanya tanpa ada tambahan maupun pengurangan.

"Terus lanjutannya gimana Ning?" tanya Ustad Jufri

Aku tarik napas dalam-dalam mencoba menjawab

"Waktu itu aku mendekati Kak Salsa, sekedar menemani Kak Salsa agar tidak kesepian, tapi Kak Salsa justru mengusirku, karena aku merasa tidak enak...." ucapku terjeda
"Aku pun meninggalkan Kak Salsa sendiri dan ketika beberapa langkah aku mendengar suara Kak Salsa berteriak, aku pun membalikan badan dan ternyata Kak Salsa tertabrak oleh mobil sedan" ucapku panjang lebar

Kak Alyas menatapku, mungkin saja sedang berfikir. Tapi enatahlah yang dipikirkan itu apa. Oh yah aku lupa tanya pada Kak Alyas tentang perjodohannya dengan Ning Sila. Tapi kalau saja aku tanya takut dikira cemburu atau semacamnya. Hello aku tidak cemburu hanya saja ingin tahu.

"Kenapa bengong?" ucap Kak Alyas membuyarkan lamunanku.

"Eh itu itu" ucapku gugup

"Itu apa?"

"Eh tidak, Gus Kak Alyas ini sudah selesaikan? Zahwa izin ke asrama sama Dina dan Mbak Muna"

Kak Alyas mengangguk pertanda iya. Aku pun juga izin pada Bude Sarah. Bude Sarah memelukku. Beliau begitu percaya padaku. Keyakinannya membuatku semangat. Akhir-akhir ini aku down karena berita tentang kalau aku yang membunuh anak Kak Salsa tersebar seantero Pondok Pesantren Darussalam. Ditambah lagi berita batalnya perjodohanku dengan Kak Alyas yang dibatalkan oleh Kakek Yai. Membuat aku dipermalukan oleh santri-santri. Aku hanya diam di kamar. Sekarang tempat teramanku di kamar. Ketika semua menyalahkanku, bahkan ada yang terang-terangan mengatakan aku ini munafik. Hanya teman di kamarku saja yang mempercayaiku dan membelaku. Rasanya aku ingin keluar dari Pondok Pesantren Darussalam. Namun, aku tidak ingin keluar sebelum masalah ini kelar, ditambah lagi aku masih menimba ilmu di Institut Darusalam. Sedangkan Alif adikku sudah boyong kemarin, sudah pindah pondok dan sekolah pula.

Kembali lagi ke awal. Aku cium punggung tangan Bude Sarah. Aku izin kepada semua orang yang di ruangan.

Setelah keluar dari Ndalem Bude Sarah, tiba-tiba Kak Alyas memanggilku dengan suara pelan. Aku membalikan badan, Kak Alyas sudah di depanku dengan jarak yang lumayam jauh. Kak Alyas memberiku sebuah surat. Aku tatap surat dalam amplop itu.

"Apa ini Gus Kak Alyas? Tanyanya

"Ah ini... Baca saja nanti kalau sudah di kamar" jawab Kak Alyas

Terdengar suara deheman dari Dina dan Mbak Muna. Aku plototi mereka berdua, mereka pun diam dengan saling berbisik.

"Ya sudah dek, kakak ada urusan, Assalamu'alaikum"

DARUSALAM LOVE✔(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang