THE WORST MOTHER (part 2)

15.5K 1.3K 90
                                    

Welcome back all😍

Cusss eksesusi ya.. Aku tunggu notif vote dan komennya😍

Laff yuu all😳

Arinda menangis sesenggukan di ruang tamu. Sudah hampir dua hari Vanesha tidak pulang, dan dua hari itu pula seolah dunianya runtuh.

Berulangkali Arinda mencoba menghubungi Vanesha, namun seolah gadis itu menutup semua akses media komunikasinya. Gadis itu seolah sedang membangun tembok besar diantara dirinya dan sang mommy.

Arinda kembali harus menelan pil pahit kala Alif seolah menutup semua celah Arinda untuk menemui Vanesha.

'Ting-Tong'

Tak ada niat Arinda untuk membukakan pintu apartemennya untuk siapapun, ia terlalu menyedihkan untuk sekedar menemui tamunya.

Seketika Arinda mendongak kala mendengar pintu apartemennya terbuka dari luar.

"Vanesh..", lirih Arinda dengan suara terckat menahan tangis.

Vanesha melengos, ia masuk begitu saja tanpa mempedulikan Arinda.

"Ness..", panggil Arinda, ia membuntuti Vanesha yang kini berada di kamarnya, mengeluarkan sebuah koper besar dari almarinya.

"Nes.. Kamu mau kemana sayang?", tanya Arinda khawatir dengan air mata menganak sungai, ia berusaha mencegah Vanesha yang sedang memasukan bajunya ke dalam koper.

"Nes.. Please, jawab mommy..", pinta Arindaa.

Vanesha menatap datar Arinda, "Vanes mau tinggal sama daddy. Vanes nggak bisa terus-terusan tinggal disini"

Arinda menggeleng, "don't do sayang.. Mom nggak bisa hidup tanpa kamu..", tangis Arinda memohon.

Seketika Vanesha berdecak, "terus apa mom?! Vanes harus tinggal disini?! Maaf mom Vanes nggak akan tahan tinggal satu atap bersama seorang ibu yang setiap hari kerjaannya pulang malam, mabuk-mabukan, keluar rumah dengan pakaian sexy, selalu pulang bersama pria yang berbeda-beda! Vanes nggak tahan hidup bersama seorang pelacur!", tegas Vanes.

Tubuh Arinda seketika luruh ke lantai, wanita itu mengusap air matanya kasar.

"Kamu tau nak?..", lirih Arinda dengan suara menahan tangis, kata-kata Vanesha begitu menyakiti hatinya.

Vanesha seolah tak peduli, gadis yang mulai beranjak remaja itu justru sibuk dengan kopernya, gadis itu menulikan pendengarannya.

"Mom juga nggak pernah meminta bahkan membayangkan ada diposisi seperti ini.. Sama seperti kamu.. mommy juga ingin memiliki keluarga yang normal..hikss..Mom nggak akan paksa kamu untuk tinggal bersama mom kalau kamu memang tidak mau.. Mom cukup tau diri, betapa buruknya mom sebagai seorang ibu---"

Arinda tak kuasa menahan tangisnya, wanita itu berulang kali meremas dadanya yang terasa begitu sesak.

"Mom juga nggak akan memaksa kamu untuk memaafkan mom.. Karena mom sadar.. Mom benar-benar salah..hikss.. Satu hal yang harus kamu tau nak.. Nggak ada satu orang pun ibu yang nggak mencintai anaknya.."

Vanesha tak bergeming, mata gadis itu berkaca-kaca, namun egonya yang masih labil seolah berkuasa, gadis itu menatap wajah sang mommy dengan congak.

"Udah? Atau masih ada lagi omong kosong lain yang harus Vanes dengar?"

Sekali lagi Arinda tertegun, ini bukan putrinya.. Putrinya memiliki sifat yang lemah lembut dan penyayang.

Sekuat tenaga Arinda berdiri, ia menghampiri Vanesha yang berdiri di dekat pintu bersama koper besarnya.

Vanesha tak menolak saat Arinda memegang kedua tangannya.

Namun hati Vanesha seolah dihantam ribuan batu saat melihat senyum penuh kegetiran menghiasi wajah pucat sang mommy yang kini menatapnya dalam.

"Nak.. sekarang kamu boleh marah sama mommy.. Keluarkan semua amarah kamu untuk mommy.. Tapi, setelah ini, buka lah lembaran baru bersama daddy dan keluarga barumu nanti.. Tetaplah menjadi Vanesha yang selama ini mom kenal, Vanesha yang lemah, lembut dan penyayang, kamu terlihat bukan seperti Vanesha saat begini.", Arinda tersenyum masam.

Vanesha mengalihkan pandangannya, "Vanes pergi.", pamit gadis itu tanpa menoleh pada sang mommy.

Selepas kepergian Vanesha, tangis Arinda kembali pecah. Wanita itu tidur dikasur bekas milik Vanesha, yang mungkin tak akan pernah gadis itu tempati lagi.

Perlahan tangis Arinda mulai surut, wanita itu mengambil album foto yang tergeletak di nakas.

Air matanya kembali menetes kala menatap foto ketika dirinya sedang mengandung Vanesha 8 bulan.

Satu-satuya foto yang ia punya saat mengandung Vanesha, itupun diambil tidak sengaja.

Hatinya seolah tercabik-cabik kala mengingat semua perkataan Vanesha tadi, semuanya terasa seperi sebuah belati yang menikamnya berulang kali.

Benar apa kata Vanesha, ia adalah ibu terburuk di dunia ini.. Ia adala ibu yang paling egois.

Kesadaran Arinda perlahan mulai hilang, pandangannya tiba-tiba menghitam.. Hingga akhirnya semua menjadi gelap.

Cut😬

Imperfect Mommy [END/COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang