Jea yang baru balik dari rumah sakit itu pun, membanting tubuhnya di atas sofa dan merebahkan tubuhnya, senyaman-nyamannya. Bukan berarti Jea nggak kesel sama semua ini, secara garis bawah Jea terpaksa ngelakuin ini.
"Dek, ru balik?" Jaehyun yang ngebawa semangkuk mie dan sebotol cola itu pun duduk di sebelah Jea.
Jea melirik sinis Abangnya, "pikir lo?"
"Oh, capek." dengan santai Jaehyun minum cola nya.
"Jae, minta dikit dong."
"Apa?"
"Itu, mie, gue laper."
Jaehyun langsung mengumpeti makanannya, "gak. Bikin sendiri sana, manja!"
Nggak mendapat apa yang dia mau, Jea mencebikkan bibirnya kesal, lalu mencibir Jaehyun untuk meluapkan kekesalannya. Serius demi apa pun, Jea emang lagi kelaperan, tapi karena lagi malas masak ya maunya minta aja.
Ting nong~
"Sana buka!" perintah Jea ke Jaehyun.
Jaehyun mendelik sinis sembari bibirnya yang menyeruput mie di tengah-tengah, "gwak. Lwo ajwa, gwuwe lwagwi mwakwan." ucapnya gak jelas, karena Jaehyun ngomong sembari makan.
Jea jadi kesal sendiri. "Ngomong apaan sih lo, njir!?" cepet tua juga Jea lama-lama.
Srupp--
"Congek amat lo lama-lama. Gue bilang, lo ae yang buka, gak liat Abangnya lagi makan, ya?" omel Jaehyun kesel, kedua alis yang saling tak berbentuk sama.
Jaehyun pun mendorong pantat adiknya dengan kaki yang emang sengaja biar Jea aja yang ngebuka pintu. Dengan kesabaran Jea untuk hari ini, Jea misuh-misuh sembari membukakan pintu depan.
Krek
Namun di depan pintu, kening Jea malah mengerut aneh, sekaligus bingung sendiri. Berdiam diri di tempat tanpa mengatakan sepatah kata pun, kayaknya Jea emang mempersilahkan orang itu yang menjelaskannya lebih dahulu.
"Benar ini rumahnya mba Jeanna Jung?" tanya si pengantar, kalau dari yang Jea liat ini si pengantar pizza.
Jea menyipitkan kedua matanya, semakin bingung. Jea terdiam sebentar sambil berpikir-pikir kembali. Perasaan dirinya tidak memesan makanan delivery di tempat makan apa pun. Orang tadi aja ingin makan juga males masak.
Gerakan reflek, Jea menggaruk-garuk kulit kepalanya yang gak gatal, "maaf, pak." katanya kikuk, "tapi saya nggak pesen makanan antar begini." terakhir Jea menggaruk pangkal hidungnya, kali ini memang agak gatal.
Si pengantar makanan tersebut nampak bingung sendiri, pasalnya alamat yang dituju memang alamat rumah Jea. Tapi Jea benar-benar tidak merasa memesan makanan antar apa pun.
Semakin bingung, si pengantar makanan menjelaskan pelan-pelan. "Gini, mba. Saya beneran disuruh mengantar ke tempat ini. Yang beli atas nama pemilik Jeanna Jung, kan? Soalnya temen mba yang bernama Na Jaemin yang memesankannya untuk disampaikan ke tempat mba."
Jea semakin mengerutkan kening lebih dalam, pasalnya Jea agak heran sama pemikiran Jaemin yang tiba-tiba jadi orang baik. Perasaan Jea nggak melakukan apa pun, mengendus hawa gak enak, Jea malah terdiam sambil berspekulasi lainnya.
"Mba," abang delivery itu melambaikan tangan di hadapan Jea. Jea tersentak, lalu segera sadar.
"Yaudah deh saya terima. Ini udah dibayar kan?" tanya Jea.
Abang delivery mengangguk. "Semuanya udah dibayar sama temen mba, ongkir juga sama." Jea mengangguk paham.
Setelahnya, Jea kembali ke dalam rumah sembari menenteng sekotak pizza ukuran besar. Mentang-mentang Jaemin orang kaya, sok banget ngasih makanan begini, pikir Jea negatif.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTIST
Fanfiction[LENGKAP] (2) Gak suka, tapi cuma demen. Gak sayang, tapi kadang ngangenin. Gak cinta, tapi bikin bahagia. Yaudah intinya dibaca aja dulu. ⚠beberapa typo dan bahasa yang kasar. 07 November 2019- ©anonters