tiga puluh lima : rasa sakit

49 8 0
                                    

Seperti biasa, Anna akan selalu berkunjung ke rumah Jea. Ya, selalu bahkan akhir-akhir ini sering ke rumah Jea. Sesering itu sampe ga tau udah berapa kali.

Jea yang punya sifat pemalu, pendiam, dan nggak banyak bicara itu agak sungkan dengan cerewetnya Anna yang keblingeran. Bukan terganggu juga, lebih kepada takut ga bisa ngimbangin obrolan dengan Anna.

Anna itu gadis periang, bahkan dalam satu jam. Anna itu kalo udah ngomong kek petasan kentut. Apa aja ada bahan yang dia omongin. Tentang kesukaannya sama orang, kejadian lucu-lucu, dan hal menyenangkan lainnya. Pokoknya banyak banget yang dibahas sama Anna.

Seperti sekarang, Anna udah berasa kea rapper Cardi B. Jea cuma diam merhatiin wajah Anna setiap kali bicara. Muka Anna lebih terkesan kalem, tapi ga ngerti juga kenapa punya bibir yang cerewet gitu. Beda sama Jea punya tampang jutek, tapi pendiam.

Jea jadi iri, kapan ya dia bisa seperti Anna yang terbuka dan periang?

Anna kalo marah dia akan tunjukin, kalo lagi seneng bakal ditunjukkin juga. Semuanya ga ada yang ditutup-tutupin. Anna selalu memamerkan kondisi yang ada di dalam hatinya. Dan Jea orang yang selalu tau itu.

Meski begitu, Jea sangat menyayangkan Anna hanya punya teman satu. Hanya Jea. Entah kenapa teman-teman di kelasnya pada benci dengan sikap Anna. Padahal menurut Jea itu keren. Selama ini gak ada sikap menyebalkan Anna. Jea selalu suka ketika Anna bisa mengekspresikan perasaannya secara terang-terangan.

Diam-diam, Jea mengagumi Anna.

Untuk hari ini, ga tau kenapa. Jea ngerasa ada hal aneh dalam diri Anna yang nggak seperti biasanya. Walau masih tetap cerewet dan periang. Tapi ada satu hal yang bisa Jea baca dari raut mukanya.

Jea bisa liat, kalau tatapan itu lebih mengarah pada ketakutan yang sengaja ditutup-tutupi. Sayangnya Jea bukan detektif, dia cuma asal nebak aja dari aura yang Anna keluarkan. Hawa hari ini juga rasanya seperti ada sesuatu.

Entah apa. Jea nggak mau berpikiran negatif soal itu semua. Mungkin cuma perasaannya aja, atau mungkin cuaca hari ini aja jadi agak ngubah suasana hati Jea atau mungkin pikiran Jea sendiri yang kemana-mana.

"... Jea dengerin aku ngomong nggak sih?" Anna mengurucutkan bibirnya kesal, sebab Jea cuma diam dan datar memandangi Anna.

Jea meneguk salivanya gugup, "iya, iya. Ini lagi didengerin, kok."

Anna memutarkan bola matanya, lalu memeluk erat bantal di kamar Jea.

"Masa sih? Daritadi aku cerita, kamu cuma ngelamun aja tuh."

Jea langsung ngegeleng gak enak hati, "ah nggak kok, An. Aku dari tadi dengerin. Serius." Jea memandang kukuh Anna, sementara Anna mendengus kesal.

"Emang tadi aku lagi cerita apa?" Tuntu Anna.

Manik mata Jea berkelana, sedang otaknya lagi mikir-mikir kembali apa yang Anna ceritakan padanya. Melihat hal itu, Anna mendengus sebal lagi. Nah, kan pasti ga merhatiin, batin Anna.

Anna menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Pakaian Anna hari ini lumayan tertutup, yang biasanya bakal pakai kaos lengan pendek, namun kali ini Anna memakai baju berlengan panjang.

Bukan masalah buat Jea, itu juga hak Anna untuk memakai apapun.

Secara nggak sengaja, mata Jea menyipit. Seperti menyadari sesuatu.

"Anna," panggil Jea, pandangannya menatap Anna datar.

"Iya?"

"Kamu ... Lagi kenapa?"

Tentu, Anna terkejut. "Hah, aku nggak lagi kenapa-napa."

Jea menggeleng, "di leher kamu ada tanda bekas apa?"

ARTISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang