empat belas : tertarik dan malu

55 8 0
                                    

Tak luput dari typo ya zeyeng((:

**

Jea akhirnya jenguk Haechan, walau ini dikatakan telat. Seenggaknya Jea masih bisa memenuhi janjinya untuk ngejenguk Haechan di rumah sakit. Untung aja si Haechan masih betah sama rumah barunya.

"Gue penasaran lu sakit gini untuk nyari perhatian bokap-nyokap lo lagi, Chan?" Jea membenahi beberapa alat makan setelah membantu Haechan untuk sarapan.

Jangan salah, meski Haechan di antara teman-temannya adalah orang yang biasa aja. Sebenernya Haechan ini anak kolongmerat yang punya yayasan sekolah internasional, yang pasti bukan sekolah mereka. Yayasan itu juga masih di daerah-daerah tempat tinggal mereka.

Alasan simpel Haechan yang tidak mau bersekolah di sana, karena Haechan ingin mencoba hidup sebagai seorang yang indenpenden tanpa bantuan tangan ayahnya. Ah jika diingat lagi sedari TK hingga SD lulus pun, Haechan sudah terlalu menyiksa karena orang tuanya memakai kekuasaan untuk mengekang Haechan.

Setiap sekolah pasti ada aja para pengawal, atau nggak punya teman yang angkuhnya minta ampun, berlomba memamerkan kekayaan.

Awal Haechan dan Jea juga terbilang agak aneh. Mereka bertemu juga bukan real karena sama-sama berada di sekolah yang sama awalnya. Haechan masih tetap di sekolah yang mewah dan yap orang-orang kasta tinggi.

Entah karena takdir atau hanya kebetulan, Haechan yang muak selalu menjadi anak yang penuh kekang. Sewaktu kelas sebelas di acara event di sekolahnya, Haechan berupaya kabur untuk sehari saja dia menghirup kebebasan, dan itu berhasil Haechan lakukan. Tanpa disangka saat kabur, Haechan tidak sengaja mengumpat di gang sempit, dari sanalah mereka bertemu. Jea yang menangis di sudut gang sempit yang gelap. Haechan yang penasaran pun menghampiri.

Mungkin aja kalau Haechan gak memberanikan diri untuk mendekati Jea yang menangis kala itu, mungkin aja Haechan gak pernah bisa ngerasain hidup remaja yang sesungguhnya.

Rasanya Haechan memngingat kembali rasa terima kasih selalu terngiang-ngiang di kepala Haechan.

Hanya Jea yang tau siapa Haechan. Teman-teman yang lainnya sama sekali tidak tahu latar belakang Haechan yang asli. Cukup menjalankan pertamanan yang begini, bagi Jea nggak perlu ngumbar dan Haechan juga tidak mau terbuka banyak, Jea menghargai Haechan sebagai temannya.

Haechan membuang muka menghadap jendela ruang inapnya, siluet matahari masuk menyilaukan, Haechan menyukainya.

Kepala Haechan pusing dan bingung. Dia semakin merasa serba salah dalam hidupnya. Semakin dewasa, Haechan merasa tak berguna melakukan apapun untuk hidupnya. Sama saja Haechan lakukan pun kalau mereka hanya menganggap Haechan hanya melakukan lelucon bocah ingusan.

"Gue beneran sakit, Je." suara Haechan parau, dia ngerasa semuanya gak adil.

Perlahan semua orang ninggalin dia secara perlahan.

Haechan menoleh ke Jea, "Kalo lu anggap sakit gue bercanda dan Jaemin yang sakit beneran itu, yaudah sana keluar dari sini," Haechan ga marah, cuma agak kecewa aja.

Jea temen satu-satunya yang bisa nerima segala Haechan. Wajar aja Haechan agak kecewa dengan perbedaan Jea yang perlahan mulai berubah gak seperti semasa mereka sedekat itu. Jea makin sibuk dengan Jaemin yang entah hubungan mereka itu apa.

Kening Jea mengerut merasa aneh dengan ucapan Haechan yang menyinggung soal Jaemin.

"Kok jadi bahas si Jaemin dah? Apa banget dah. Jaemin sama lo gada kaitannya ego! Gue cuma terpaksa ngerawat Jaemin, ck" Jea kesal sendiri teringat gimana ribetnya ngurus satu manusia yang kayak emak-emak, super rempong.

ARTISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang