dua belas : minta tolong

51 10 0
                                    

Jea daritadi cuma duduk sambil gembungin kedua pipinya bosan. Udah beberapa menit Jea dan Jaemin ditinggal seruangan oleh Jaehyun, yang katanya mau balik ke rumah untuk ngambil pakaian dan keperluan lainnya. Mata Jea menjurus lurus ke bawah. Sedangkan Jaemin lagi baca novel yang diterjemahkan.

Jika dikira, ini udah tujuh kalinya Jea menghela napas dengan wajah melamun. Bahkan Jaemin kadang melirik raut Jea yang kebaca bosannya.

"Bosen?" tanya Jaemin setelah menaruh novel di atas nakas.

Jea langsung melirik sinis nan tajam, menusuk masuk mata Jaemin.

"Apa Anda berperan menjadi orang bodoh?" Jea menghempaskan lagi kasar helaan napasnya, lalu mendongak melihat seluruh wajah Jaemin. "Ck, idiot," dan membuang muka jutek.

Jaemin merespom dengan raut wajah bingung yang santai aja. Karena Jaemin sekarang sudah mulai bisa menerima bagaimana seorang Jea yang pedasnya luar biasa bikin pengen nyabein mulutnya tuh.

Jaemin mengambil buku lainnya di atas nakas, beda dengan yang dari dia baca. Lantas Jaemin menyodorkannya pada Jea. Jea sontak terkejut dan terheran-heran.

"Gue gak suka buku khayalan anak remaja," komentar remeh Jea ngeliat cover bukunya.

Jaemin terkekeh kecil. "Siapa yang nyuruh lo mengharuskan untuk suka buku ini?"

Jea terdiam menatap Jaemin.

Jaemin kembali menyodorkan bukunya penuh antusias. Jaemin tersenyum saat tangan Jaemin memaksa tangan Jea untuk mengambilnya.

"Kalo lo sampe suka itu buku, gue bakal ngabulin satu permintaan yang lo mau," walau dari kalimatnya bagi Jea kurang bisa dipercaya. Tapi saat ngeliat wajah serius seorang Jaemin menandakan bahwa kalimat Jaemin bukan iming-iming semata.

"Kalo misalkan gue gak suka, lo bakal apa?" Mata Jea menatap tajam.

Jaemin menghempaskan tubuhnya ke belakang, berniat menyender sembari kedua tangan yang bersidekap santai.

"Lo bikinin bekal gue tiap hari lah!"

Mata Jea sontak melotot besar, "lh kok gituh!?"

"Ya,"

"Jaemin!"

"Apa?"

"Gak adil!"

"Bodo."

"Ish,"

"Ish,"

"Gausah ikutin lo pe'a!"

"Gausah ikutin lo pe'a!"

"Jaemin diem!"

"Jea diem!" Jaemin sambil terkekeh kecil, karena Jea ngegemesin di mata Jaemin.

"Tau ah!" Jea memutarkan kedua matanya sebal. Dan Jaemin cuma ketawa-ketiwi aja.

***

Di sekolah adalah hari tersibuknya Jea, apalagi osis setiap harinya juga rapat. Sebenernya mah yang kerja cuma beberapa, dan sisanya yah cuma santai-santai aja. Tapi beda sama Hyujin yang emang ketos itu lagi santai, selesai rapat tugas Hyujin cuma memantau anak buahnya.

Hyujin lagi duduk sendirian di ruang osis, sembari ngadem dan seperti lelaki pada umumnya.

"Anjir, lawannya..."

"WOY KADAL JELANTAH!"

Toa masjid bakal kalah sama suara melengking khasnya milik Jea. Jea yang dateng sambil ngegenggam kantung belanjaan dan juga tas di punggungnya. Jea berjalan mendekati tempat duduk Hyujin. Dan saat Jea teriak itu, hp Hyujin hampir aja mau terjun bebas kalo nggak dia sigap tangkapnya. Seluar biasa itu memang suara Jea.

ARTISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang