"Pusing gue lama-lama. Perasaan pas SD nentuin modus cuman pilih data yang paling banyak muncul. Nah dah SMA malah ada data tunggal data kelompok nya." Mila menggerutu kesal saat melihat materi yang baru saja diajarkan guru matematika mereka.
"Iya, ternyata bukan cuman manusia aja yang berkembang, rumus pun berkembang." Timpal Runi.
Andin yang sedang sibuk mencatat materi tentang rumus modus data kelompok itu menghentikan pekerjaannya dan menatap teman-temannya.
"Kalian nggak boleh mengeluh kayak gitu. Nabi Muhammad aja waktu menyebarkan agama Islam pantang menyerah. Bahkan sampai dia dicaci maki dan dilempari batu sekalipun, dia tetap nggak menyerah untuk menyebarkan agama Islam. Nah kita yang hanya berusaha untuk mengerjakan soal-soal kayak gini aja udah ngeluh. Bisa-bisa nabi Muhammad kecewa karna umatnya yang mudah mengeluh kayak gini." Nasehatnya panjang lebar.
"Iya juga ya, malu gue jadinya sama nabi Muhammad. Beliau bener-bener memperjuangkan Islam bahkan sampai kematiannya. Nah gue yang cuma berjuang untuk masa depan gue sendiripun udah ngeluh."
"Heem, tapi inget kesuksesan setiap orang nggak harus diukur dari seberapa jagonya dia dalam matematika." Amanda mulai membuka suara untuk ikut menyerukan pendapatnya.
Runi mengangguk setuju. "Yes gue juga setuju ni. Matematika emang penting tapi matematika nggak bisa menjamin orang-orang bisa sukses juga kedepannya. Karna sukses itu diukur dari seberapa kita taat sama Allah dan bagaimana kita bisa mampu melawan segala ujian di hidup ini."
"Tapi karna kita suka matematika, kita harus berkembang di passion kita."
"Tapi jangan lupa, tetap ingat Allah. Jadi insyaallah kita bisa menjadi orang-orang yang sukses dunia akhirat."
Mereka saling tersenyum satu sama lain. Sementara dua orang di belakang mereka yang sedang menonton video mukbang di YouTube malah melongo.
"Bahasan mereka berat amat ya, Bel."
Human-humannya:
-Amanda
-Andin
-Mila
-Runi
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY IN MADRASAH
RandomUPDATE KALO INGET KENANGANNYA! 🐍🐍🐍 Jika kalian pikir anak Madrasah aliyah sebelas duabelas dengan pesantren, kalian salah. Ma sama saja dengan SMA umum biasa. Hanya saja, pembelajaran agama lebih yang mereka terima, membuat mereka selalu berpiki...