6 - Bucin

89 10 0
                                    

"HUAAAAAAAA!!!"

April merengek tak jelas di bangkunya. Dengan Fiza, Sani, Riana dan Runi yang memandanginya miris sendiri.

"Si Akbar sibuk nge game mulu...makannya gue putusin..."

"Duh Pril, lo terlalu protektif tau nggak." Komen Sani. Ia sudah pusing sendiri mendengar rengekan April tentang dirinya yang baru putus dari Akbar.

"Apaan sih San, April bener kali. Cewek tuh butuh di perhatiin. Kalo si cowok aja sibuk nge game mulu tanpa mentingin ceweknya, ya mending di putusin. Di awal aja diperjuangan. Endingnya tetep aja game yang dinomor satukan. Cowok macam apa itu." Selak Riana tak terima pendapat Sani. Ia kini mulai mengelus-elus pundak April lagi.

Runi memandang teman-temannya. "Menurut gue sih, dua-duanya salah." Katanya kalem. "April terlalu protektif Akbar nya nggak perduli. Kalo udah begitu, hubungan emang nggak bakal bisa dilanjutin."

Fiza yang tadi sibuk dengan HP-nya mulai menoleh pada teman-temannya. "Hem, Cowok tu nggak suka di protektif Pril. Karena mereka ngerasa kalau yang harusnya protektif itu justru mereka yang cowok. Dan si Akbar juga salah, karna lebih mentingin game daripada Lo nya. Padahal cewek pengen selalu diperatiin dan dipeduliin."

Selesai Fiza memberikan sedikit ceramah, ia bangkit dari duduknya dan melangkah keluar.

"Mau kemana, Za?" Tanya April bingung.

"Nangis di wc, gue baru diputusin juga karna punya banyak kontak cowok." Katanya dengan lirih.

Sad girls.


Human-humannya:
-Fiza
-April
-Sani
-Riana

STORY IN MADRASAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang