Hari ini adalah jadwal kelas 12 untuk simulasi UNBK. Anak-anak 12 IPA 1 sudah pada berbaris amburadul di depan ruangan tempat simulasi. Enaknya jadi anak IPA 1, mereka selalu saja mendapat sesi pertama.
Reza berdiri paling depan. Mengomando teman-temannya agar tidak berisik. Rendy, Jeje dan Yudi di sebelahnya malah sibuk joget sambil menyenandungkan lagu cendol dawet. Kata Rendy mereka harus pemanasan sebelum menghadapi soal-soal UN yang membingungkan.
Padahal ini hanya simulasi yang tentu murid-murid tidak pernah menjawabnya dengan sungguh-sungguh.
Beberapa dari mereka ada yang berdiri malas-malasan karena pagi ini mendung. Merutuki jika seandainya tak ada simulasi, mereka bisa gelar terpal di belakang kelas untuk tidur.
Tapi demi kepentingan Nusa dan rara mereka harus bangkit dan semangat menghadapi soal-soal yang akan memusingkan.
Tak lama akhirnya mereka masuk. Langsung grusak-grusuk heboh karena rebutan mau pilih laptop yang paling bagus. FYI dikarenakan jumlah komputer sekolah yang tidak mencukupi, para murid harus meminjamkan laptopnya untuk dipakai simulasi dan ujian nanti.
Bahkan ada di antara mereka yang langsung sumringah kala melihat laptop milik sendiri. Langsung mengadakan pertemuan haru karena harus meminjamkan laptop yang membuat beberapa dari mereka harus menghentikan nonton Drakor sementara.
Tempat duduk diatur dua grub dengan posisi saling tatap. Tanpa ada penghalang yang membuat mereka senang karena dapat gosip bersama.
"Kalian bisa langsung log in!" Suruh pak Raga selaku operator dari ujian mereka kini.
Semua menurut. Mulai sibuk memasukkan username dan kata sandi di kartu ujian yang kemarin diberikan sekolah. Mereka pun kompak menghela nafas saat melihat layar yang muncul sehabis log in. Merasa kecewa pada orang yang memutuskan untuk mengawali ujian simulasi ini dengan matematika yang indah dan mengasikkan.
Pak Zul selaku kepala sekolah memasuki ruangan. Mengecek jika simulasi ini dapat berjalan dengan lancar dan tanpa adanya kendala. Tak lupa sebelum itu ia menyuruh murid-murid tercinta nya untuk berdoa menurut kepercayaan masing-masing.
Sebelum nya pak Zul sempat meminta untuk mengambil gambar. Selesai berfoto ia memutuskan untuk duduk di samping pak Raga. Mulai sibuk dengan ponselnya. Entah ngapain tapi murid-murid ini yakin jika pak Zul sedang meng-upload foto tadi di Facebook atau strory WhatsApp.
"Pak bilik 5 nambah 2 jam!" Dimas berteriak kecil yang membuat Gita di sebelahnya tak tahan untuk menoyor cowok itu.
Anak-anak yang duduk tak jauh dari Dimas tentu mendengar itu. Mencoba menahan tawa dan umpatan agar tak meledak. Semua tau Dimas anak gamers yang demen Nongki-nongki di warnet. Jadi udah pada maklumi kalo jiwa anak warnet nya kebawak kalo berhadapan sama PC gini.
Semua mulai sibuk mengerjakan. Ralat, tidak semua. Mungkin yang bener-bener niat simulasi aja yang fokus. Yang lainnya sibuk ngobrol. Ada juga yang merutuki karena kesel kenapa laptopnya nggak dipake buat main game Feeding Frenzy dan Zuma aja.
Tapi sepertinya Allah mengabulkan doa anak-anak laknat. Listrik tiba-tiba mati yang membuat beberapa laptop ikutan mati. Tapi mereka nggak panik. Malah lagi nahan diri biar nggak teriak kegirangan.
Keadaan mulai rusuh saat pak Raga dan pak Zul keluar. Meninggalkan murid-murid yang sekarang heboh selebrasi sambil mengucap syukur. Una sebagai admin instagram kelas langsung sigap. Mengeluarkan ponsel dan merekam moment ini untuk dijadikan insta story IG.
Saat merekam Flash ponselnya Una nyala. Membuat mereka berfikir bagus juga mendung-mendung gini ngidupin flash hp. Berasa kayak lagi di konser gitu. Jadi dengan kompak mereka semua langsung mengeluarkan ponsel dan menyalakan flash. Mulai menggila menggoyang-goyangkan ponsel ke atas diiringi lagu Seberkas sinar milik Nike Ardilla yang dikomando Rendy, Jeje, Reza dan Yudi dengan amburadul.
Pas lagi ambyar ambyar nya listrik kembali menyala. Membuat konser unfaedah itu terhenti. Tapi pas mereka mau duduk untuk lanjut ujian, listrik padam kembali. Bukan cuman otak murid-murid ini yang lagi sengklek ternyata. Tapi listriknya juga.
Pak Raga masuk sebentar dan menyuruh mereka tenang dan tidak panik. Tapi boro-boro panik mereka malah sudah heboh karena listrik yang mati padam membuat laptop juga ikutan nyala mati.
Rendy di tempat duduknya terdiam. Iri karena laptopnya dari tadi nyala terus nggak kayak laptop Jeje yang udah DJ an idup mati idup mati. Tapi Rendy punya akal yang bisa dipakai untuk mikir. Dia pun teriak.
"WOY NYALA WOY NYALA!"
Semua mengumpat. Menatap miris Rendy yang heboh karena flash hp nya nyala.
Untung aja listrik kembali nyala dan pak Raga masuk bilang kalau keadaan sudah baik-baik saja. Mereka kembali sibuk berkutat dengan soal soal. Sembari sama-sama tersenyum kecil karena setidaknya ada satu lagi kenangan indah yang dapat mereka ingat saat sudah dewasa.
Gatau, tiba-tiba kepikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY IN MADRASAH
RandomUPDATE KALO INGET KENANGANNYA! 🐍🐍🐍 Jika kalian pikir anak Madrasah aliyah sebelas duabelas dengan pesantren, kalian salah. Ma sama saja dengan SMA umum biasa. Hanya saja, pembelajaran agama lebih yang mereka terima, membuat mereka selalu berpiki...