3; Cinta Rahasiaku

710 71 20
                                    


Mungkin.

Ini sudah saatnya untuk menyerah.

Karena mencoba pun, rasanya sudah terlampau sering.

Kun itu hanya manusia biasa.

Yang bisa lelah juga muak.

Kalau memang sudah tidak di hargai lagi, untuk apa berdiam diri?

                             ***

Kun tertunduk gugup. Pasalnya, malam ini ia akan mengambil sebuah keputusan besar yang mungkin akan sangat mempengaruhi hidupnya.

Bukan untuk menikah apalagi untuk mengakhiri hidupnya.

Kun tidak gila.

Ia hanya ingin mengucapkan sesuatu pada seseorang. Yang belakangan ini berpredikat sebagai kekasihnya.

Itupun jika sikap acuh, tak ingin di atur, juga perlakuannya menutupi keberadaan Kun beserta hubungan di antara mereka, masih bisa di toleransi untuk ukuran sepasang orang yang katanya saling mencintai.

Jika mengingat semuanya apa masih pantas dan wajarkah dirinya menyebut pria itu sebagai kekasihnya?

Entah mendapatkan ilham juga dorongan dari mana, mendadak Kun teringat akan semua itu.

Mendadak ia merasa kalau dalam sebuah hubungan kata cinta saja belum cukup untuk membuktikan. Di perlukan perlakuan dan perbuatan yang senada untuk memperkuat suatu hubungan.

Dan Kun tak pernah menyaksikan ataupun merasakan rentetan pembuktian itu darinya.

                             ***

Sudah hampir satu jam lamanya ia menunggu, tapi si dia yang di harapkan belum muncul juga batang hidungnya.

Berkali Kun membenarkan tatanan rambutnya, yang sering kali jadi berantakan lantaran tersapu kencangnya angin pantai.

Oh ya. Kun lupa memberitahu, bahwa saat ini ia sedang berada di tepi pantai, di tengah acara berliburnya ke Thailand.

Iya.

Kun kesini, karena dorongan promosi dari Ten temannya. Dia begitu gencar menyuruh Kun untuk mendatangi kota kelahirannya yang katanya indah bukan main.

Kun sih menurut-menurut saja. Lagipula, berlibur di sela pekerjaan yang menumpuk lumayan ampuh untuk mengurangi stress akibat beban pikiran.

Beban pikiran yang di maksud tidak lain tidak bukan di sebabkan oknum bernama Sicheng itu.

Yang sialnya. Entah kebetulan macam apa. Tiba-tiba saja Kun bertemu dengannya di tengah jalan saat ia hendak menikmati hidangan laut bersama Ten.

Seketika mood-nya hancur.

Terlebih saat melihat tatapan matanya. Yang begitu lurus. Dingin. Dan tajam. Sangat jauh dari tatapan cinta khas seorang kekasih.

Kun? Sakit.

"Kenapa pacarmu lama sekali sih?"

Mungkin dia lelah. Sampai mengomel begitu. Tapi itu bukan Ten. Dia adalah Lucas. Si turis Hongkong yang... bagaimana menjelaskannya ya? Yang menyadarkan Kun mungkin?

Karena yang di katakan nya benar, jadi Kun diam saja.

"Sebagai PRI-A harusnya dia bisa menghargai waktu juga perasaan seseorang yang menunggunya. Bukannya malah membiarkanmu begini," ia mendengus, "beruntung ada aku yang menemanimu."

Benar.

Kalau bukan dengan dia. Kalau bukan karena dia sudah di pastikan Kun takkan berani mengambil langkah seberani ini. Terlebih untuk hitungan orang penakut sepertinya.

DuniaKunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang