Lebih dari yang orang lain ketahui, ia begitu mencintai dengan segenap jiwa raganya.
Dari saat pertemuan pertamanya, ia sadar ada hal tak wajar yang terjadi pada hatinya.
Senandung harmoni cinta seolah bisa terdengar setiap kali ia melihatnya tersenyum.
Memang. Sesederhana itulah cerita cintanya kini.
Yang tersembunyi dari semua jiwa juga mata yang menatap.
***
Selain tersenyum, Johnny tak punya cara lain untuk menolak tawaran perjodohan yang di ajukan padanya.
Di sebabkan karena kesuksesan yang terlalu cepat menghampirinya, Johnny seringkali jadi sasaran empuk untuk di jadikan sebagai calon pendamping hidup.
Sudah tak asing lagi, setiap kali ia menghadiri pesta-pesta atau jamuan dari kawan atau sekedar rekan bisnis sesaatnya, puluhan bahkan ratusan gadis cantik yang bertubuh indah, nan rupawan di tujukan padanya.
Seperti sekarang, yang di lakukan Johnny hanya menolaknya secara halus. Bersampul alasan bahwa dirinya belum tertarik untuk berkomitmen dengan siapapun.
Klise bukan?
"Sebenarnya tipe idealmu itu seperti apa sih? Kenapa rasanya sulit sekali mencarikan perempuan yang cocok untukmu?"
Itu Doyoung, kawan lama sekaligus rekan bisnisnya dari sektor properti.
Pria bermarga Kim itu menatapnya dengan tatapan mencibir. Seringai setengahnya, menghiasi wajah putihnya. Tapi meskipun di matanya Doyoung mempunyai wajah yang manis, sudah bukan rahasia umum lagi bahwa ternyata pria berjulukan kelinci itu merupakan pihak atas.
Yang senang menggagahi dan mencumbui Taeyong sang sekertaris pribadinya.
"Aku hanya belum berminat, Young."
Lagi-lagi Johnny berkilah, berharap Doyoung akan kembali percaya dan berhenti bertanya.
Tapi nampaknya, untuk saat ini cara lamanya tidak akan ampuh lagi.
Karena bukannya diam, Doyoung justru makin menatapnya. Menelusuri bola matanya dengan arogansi penilaian perfeksionis yang begitu kuat.
Dengan gerakan lambat, Doyoung mendekatkan dirinya pada Johnny. Samping jasnya ia tarik, hingga Johnny terpaksa harus sedikit membungkuk agar bisa mendengar bisikan panasnya.
"Kalau kau pria normal tentunya kau akan tertarik terhadap wanita-wanita yang sudah ku tawarkan padamu. Aku tak pernah memilihkanmu wanita sembarangan, aku tahu mana yang pas dan bisa memuaskanmu. Semua wanita-wanita itu adalah incaran para pengelana malam seperti kita. Banyak di luaran sana yang mati-matian mengejar mereka, tapi mereka malah berbalik untuk mengejarmu,"
Dengan lihai dan sengaja Doyoung menghembuskan nafas panas pada daun telinga Johnny, "tapi kau dengan lancangnya menolak semua itu. Kau pikir aku tidak cukup pintar untuk menyadari kalau nyatanya kau tidak normal sama sepertiku?"
"John, aku tahu kau sudah punya jalang yang kau simpan rapat dalam istanamu."
Kata jalang yang di ucapkan Doyoung berhasil membuat amarah Johnny terpancing naik.
Sekalipun yang di katakan Doyoung tak sepenuhnya salah, kata jalang bukanlah suatu hal yang bisa Johnny terima.
"Jaga mulutmu, Kim. Kalau aku mau aku bisa membunuhmu sekarang juga."
Johnny mengancam seraya membenarkan jasnya. Ia membuang pandangan, lalu meraih wine miliknya dan meminumnya dalam sekali tegukan.
Tapi Doyoung tak gentar sedikitpun.