Tentunya bukan aku yang kelak akan menemanimu menanti fajar di batas timur.
Tentunya bukan aku pula yang akan menemanimu merajut asa dan mimpi di musim panas.
Tentunya bukan aku yang kelak akan menemanimu menghapus duka lara.
Aku membisikan mimpiku, mimpi tersisa ku yang tertinggal di pucuk kerongkonganku.
Aku bertanya kepada angin tentang siapa yang kelak akan mencintaimu?
Tidak. Dia berkata tentunya bukan diriku.
Aku berbisik.
Aku meraung.
Aku sakit saat melihatmu hancur.
Demi raga yang tak lekang abadi.
Ku ucapkan padamu, bahwa rasaku tetap abadi untukmu.
Ia ada bersatu dengan serpihan rinduku juga kenangan yang perlahan tersapu angin pilu.
***
"Kau bilang, kau malaikat pelindungku?"
Sejujurnya, Kun tidak begitu memahami soal teori malaikat pelindung yang belakangan ini gencar sekali di filmkan oleh para sutradara drama televisi.
Kun masih berada di antara garis percaya dan tidak. Sebab, menurutnya mengharapkan kehadiran dan eksistensi seorang malaikat pelindung untuk menunjang keselamatannya, itu terasa sangat mustahil.
Kun tadinya ingin tetap percaya pada keyakinannya bahwa para malaikat pelindung itu hanya berada dalam drama saja.
Tapi setelah melihat dan menyaksikannya sendiri, Kun rasa ia harus menarik ucapannya. Dan memikirkannya ulang.
"Sudah kubilang berkali-kali aku ini bukan malaikat. Kenapa kau bodoh sekali sih?"
Dengan rahang yang mengeras, si pria berambut merah itu menjawab pertanyaan Kun.
Ini pertanyaan sama yang ke lima kali ngomong-ngomong. Terhitung sejak Kun bangun dari tidur lelapnya dan dibuat terkejut saat tiba-tiba saja di kamarnya telah berdiri seorang pria asing tak di kenal dengan wajah datar, pakaian keren bak bangsawan lengkap dengan rambut merah yang indah.
Kun tadi berteriak. Seketika mencurigai bahwa pria ini adalah seorang pencuri. Tapi setelah ia ingat bahwa semalam ia telah mengunci rapat pintunya, pun dengan jendelanya. Jadi sedikit mustahil jika masih saja ada pencuri yang berhasil masuk terlebih flatnya berada di lantai ke tujuh.
Lagipula penampilan dan visualnya terlalu mewah untuk di kategorikan sebagai seorang pencuri.
Kembali kepada kerumitan yang tengah terjadi. Setelah di jawab demikian, bukannya mengerti Kun malah merasa semakin pusing karena memikirkan asal-usul pria aneh ini.
"Kalau bukan malaikat, lalu kau ini apa?"
Kun bertanya dengan segenap frustasi dalam jiwanya. Bukan main. Kalau pria ini tidak bisa memberinya jawaban yang masuk di akal, Kun berjanji akan segera menendangnya keluar dari flat.
Kehadirannya yang misterius dan tiba-tiba seolah memperumit kehidupan Kun yang memang sudah tak terbentuk.
Di tanya seperti itu lantas tak membuat si pria gusar ataupun menurut. Ia malah terlihat santai dengan memainkan ujung rambut merahnya yang sedikit menyentuh daun telinganya.
Di tambah dengan pose berpikir seperti itu, Kun bersumpah bahwa kadar ketampanan pria tidak jelas ini makin bertambah berkali lipat.
"Aku ini bukan malaikat, asal kau tahu saja aku ini seorang bangsawan."