13; Last Goodbye

376 25 45
                                    

Yogyakarta, 2008

Aku ini sudah terbiasa jadi tembokmu.

Pelindungmu. Yang selalunya ku usahakan memberimu segala yang terbaik, yang ku punya, semampu dan sekuat tenaga ku.

Aku bangga pada diriku.

Sebab bisa menuruti dan menciptakan senyuman itu di wajahmu.

Aku kadang berpikir.

Mungkin Tuhan menciptakan ku untuk melindungimu.

Untuk bertugas menjaga agar senyuman manis itu tak menguap terbakar duka.

Kalau memang takdir menyuruhku begitu.

Aku takkan menolak sebab aku rasa cinta saat melakukannya.

Tapi apa di kata.

Apa yang dapat ku jadikan harapan.

Kala dirimu, malah di miliki yang lain.

Aku yang baru bisa mengagumi dan mencintaimu dalam diam hanya bisa menunduk menitihkan air mata.

Segalanya mungkin sudah berakhir bagiku.

Tinggal aku saja yang harus memantapkan hati.

Menyambutmu dengan senyum merekah bersampul luka.

Tak ada yang salah denganmu.

Ini hanya salahku yang datang di saat tidak tepat.

Cinta kita terjalin dalam waktu yang salah.

                                       ***

Saat itu kami berjanji untuk bertemu di ujung stasiun.

Aku duduk. Bersandar pada motorku yang khusus ku keluarkan hari ini.

Omong-omong aku biasanya pergi dengan mobilku, tapi karena pertemuan ini sedikit spesial maka aku ingin memberinya sesuatu yang berbeda pula.

Aku ingin membuatnya merasakan bagaimana sensasi bermotor denganku, memelukku, dengan sapuan angin pada rambutnya yang lembut.

Baru dengan membayangkannya saja aku sudah bahagia.

Tak sabar aku menanti.

Dalam penuh sesak kerumunan manusia, aku terus menatap pada satu jalur dimana seharusnya dia akan muncul sebentar lagi.

                                        ***

"Mas nunggu lama ya?"

Aku terhenyak dari lamunan ku saat suara merdu itu membisik ke telingaku.

Aku menoleh, dan mendapati dirinya sedang menatapku dengan mata bulatnya.

Oh kesayanganku. Aku sudah menunggumu sejak tadi.

Tak dapat ku tahan hasrat ku untuk ikut tersenyum saat melihatnya tersenyum malu padaku.

Ah. Bagaimana bisa kamu membuatku begitu bahagia hanya dengan tingkah malu-malumu itu?

"Baru satu jam. Gak lama kok."

Aku beralasan. Ku sembunyikan fakta tentangku yang telah menunggumu sangat lama.

"Maaf ya mas, tadi ada sedikit kendala di rumah."

Aku tersenyum paham. Mengangguk saja aku, yang teramat tahu dengan kondisimu.

"Gak masalah, yang penting kamu udah disini," aku berkata tanpa beban.

Kau terdiam lagi mendengar penuturan ku, lalu sorot gerakan matamu tertuju ke arahku.

DuniaKunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang