8. Maaf dan Selamat Ultah

30 5 0
                                    

Keep reading the Holy qur'an first!

Don't forget to vote and comment!

. 🙏🙏

💕💕💕

Ayah pov

Untuk pertama kali aku marah besar pada nya. Melontarkan tuduhan, semua keburukan pada tingkah nya.

Berkali-kali beristighfar, memohon pada Allah tak menjadikan tuduhan ku nyata terjadi padanya. Penyesalan dari setiap kata terburuk yang keluar. Khawatir menjadi doa yang nyata.

Aku merutuki diri sendiri yang tak mampu bertabayun dengan baik. Tak mendengarkan penjelasan nya. Membuat emosi meluap-luap, dan syaitonirozim tertawa bahagia melihat kami bertengkar. Khusus nya pada kata-kata bodoh yang ku lontar kan.

Aku membuka perlahan pintu kamar yang tak pernah dia kunci. Kecuali saat mandi atau berganti pakaian.

Dia terlelap tidur. Memeluk guling tanpa selimut. Muka sembab, dengan mata dan hidung yang memerah.

Aku memeriksa telapak tangan nya yang terluka.

Yulia. Ibu Arkan menceritakan semuanya. Rasa bersalah ku semakin menjadi-jadi ketika ingat ucapan nya tentang ibu nya.

Sesak rasanya. Aku menahan diri untuk tak memeluk nya. Agar tak terbangun dari tidur nya.

"kenapa mama? Kenapa bukan Syifa" air mata ku menetes deras dengan sesak di dada. Kata-kata yang menyayat hati ku. Luka nya yang kembali terbuka bersama ingatannya ulah ku. Membayangkan rasa kecewa yang dia rasa. Begitu sakit seolah selalu menjadi beban menyusahkan. Mungkin begitu yang dia pikirkan.

"bagaimana bisa aku hidup tanpa kalian Syifa. Ketika Allah titip kan kamu yang kami nanti kan bertahun-tahun. Dan merelakan mama mu dengan keikhlasan". Ucap ku mulai bermonolog.

"bahkan mama mu tetap berjuang demi kamu. Dia ingin kamu selalu baik-baik saja. Dia harus merelakan diri nya Syifa. Ayah sayang Syifa dan mama" air mata ku masih menetes tak tertahan.

Mengingat kembali kejadian itu. Membuat aku kembali berkedik ngeri. Kenangan yang tak ingin ku ingat, malah selalu membayang.

Saat itu Syifa masih empat tahun. Entah kenapa dia lolos dari jangkauan kami.

Berlari menuju jalanan mengejar bolon nya yang terbang lepas dari kaitan batu di ujung tali.

Seperti adegan dalam sinetron. Sebuah mobil kijang inova melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Tak bisa menghindari, entah untung atau apalah. saat itu mama nya bisa meraih nya mendekap erat syifa dalam gendongan nya. Sayang tetap kecelakaan masih tetap tak ter-elakkan. Dia berdiri Memasang punggung badan nya, mengusahakan Syifa tak tersentuh body mobil.

Aku yang saat itu jauh dari mereka hanya bisa menyaksikan, adegan demi adegan terjadi. Menyadarkan diri ketika melihat istriku sudah terjatuh hampir dua meter dari tempat nya tertabrak. Iya, dia terpental saat Body mobil menghantam tubuh nya.

Dia tak sendiri. Dia bersama syifa yang menangis dalam dekapan nya.

Syok, pasti. Dia bahkan masih sering berteriak mengigau dalam tidur nya, mungkin tidur nya tak pernah nyenyak.

Hari ini aku membuat dia terluka. Tak cukup beban yang dia tanggung sendiri. Yang selalu diam-diam menangis di kamar mandinya. Atau diam-diam pergi kemakam mama nya.

Tak punya mama. Setiap kegiatan yang mengharuskan ibu-ibu yang hadir disekolah. Dia selalu bilang "gak papa ada bunda Rayyan. Rayyan harus bagi bunda sama Syifa". Tak ingin terlihat sedih dan membuat ku ikut sedih. Begitu lah dia selalu tersenyum ceria.

Dia tak pernah merepotkan ku. Bahkan dia berani naik angkutan umum ketika dia melihat ku sibuk.

Dia juga jarang sekali meminta sesuatu kalau tidak begitu penting. Pengertian sekali. Mirip mama nya.

Aku mengusap lembut telapak tangan nya yang terbaret karena aspal. Perih pasti. Bahkan lutut kanan nya sampai terkelupas memperlihatkan daging putih yang masih memerah bekas darah. Aku meringis melihat nya.

"nak maafkan ayah" bisik ku. aku mengusap lembut rambut nya.

"kamu belum makan, udah tidur. Pasti laper." setetes air mata ku biarkan mengalir mengingat kembali apa yang ku lakukan tadi dan melihat dia tertidur sebelum makan.

"maafkan ayah Syifa" aku mencium kening nya dan berbisik "jangan tinggalkan ayah Syifa, ayah cuman punya Syifa, sayang" ku selimuti dia sebelum akhirnya beranjak keluar dan kembali ke kamar ku.

💕💕💕

Rutinitas pagi sholat subuh berjama'ah di masjid. Sampai dirumah seperti biasa, hal yang wajib adalah mengucapkan salam ketika masuk rumah. aku langsung masuk mengucap salam pelan. Meski kadang tak ada jawaban, tak ingin ada jin yang ikut masuk rumah membersamai ku.

Mencium aroma bumbu-bumbu ditumis dengan bau manis kecap. Nasi goreng.

Aku menghampiri dapur. Melihat Dia berdiri di depan kompor gas yang ada wajan penggorengan diatas nya dan spatula di tangan kanan. Mengoseng nasi yang ada di dalam wajan.

Aku terdiam memerhatikan kelihaian nya memasak. 'kapan dia belajar?' pertanyaan yang terlintas.

"eh!.. a-ayah!" ucap nya canggung. Entah kenapa aku pun jadi canggung melihat dia yang tiba-tiba melihat ku memerhatikan nya.

"biar- ayah aja dek" ucap ku, berdiri kaku di ujung pintu dapur

"em, ini udah yah" balas nya. Mematikan kompor dan memindahkan nasi goreng ke dalam piring yang di bagi dua.

..

"yah! - dia diam beberapa saat "maafin adek ya? " ucap nya tertunduk. Saat kami sudah duduk canggung di meja makan bersebrangan.

'deg' seperti mendapat benturan di dada. Dia minta maaf, sedangkan aku yang bersalah.

" adek! " ucap ku lembut

"iya yah" saut Syifa, pelan. Masih tertunduk

"adek gak salah, ayah yang salah"

Dia menatap ku.

"adek gak hubungin ayah ... hp adek mati" jelas nya

"iya. Maafin ayah semalam gak percaya sama adek"

"maafin Syifa buat ayah susah" Lagi-lagi dia minta maaf. dia menangis tertunduk. Begitu terluka kah dia?

Aku menghampiri nya. Memegang kedua bahu nya yang bergetar menangis.

"gak dek. Adek gak pernah buat ayah susah. Maafkan ayah dek" jelas ku pada nya. Sebelum akhirnya membawa dia kedalam pelukan ku

"ayah" dia semakin sesegukan menangis dalam pelukan ku.

"ayah cuman khawatir. Maafkan ayah ya"

Terasa anggukan kepala nya mengiyakan.

"happy birthday Adek. Barakallah fii umrik" bisik ku pada nya "maafkan ayah ya"

💕💕💕

📌tuba, 09.11.2019
🖇️rasama

🕊️revisi. 24noveber2019

Cinta itu DIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang