Sweet Baby

245 22 0
                                    

Kirana menyelesaikan pemotretannya hari ini dengan lancar. Semua kru senang karena hasil yang mereka dapatkan hari ini sangat bagus. Begitu pula dengan Kirana. Ia senang karena setelah ini, jadwalnya sudah kosong dan Keenan juga sudah mengatakan akan menjemputnya sebentar lagi.

Hampir empat bulan memulai hubungan sebagai kekasih, banyak perubahan diantara mereka. Khususnya Keenan. Laki-laki itu lebih sering protektif dan cemburu, tapi Kirana menyukai hal itu. Ia merasa disayangi.

"Hai, Baby."

Kirana sedikit tersentak ketika Keenan memeluknya dari belakang secara tiba-tiba. Kirana bahkan tidak mendengar suara langkah kaki Keenan sebelumnya.

"Kamu bikin kaget aja."

"Gimana hari ini? Lancar?" Keenan tidak menggubris protes yang Kirana berikan dan malah membimbingnya keluar dari tempat tersebut.

"Lancar dong. Aku kan udah profesional."

"Pacarnya siapa dulu dong?"

"Pacarnya Keenan." Kirana menjawab malu-malu yang dihadiahi sebuah kecupan gemas di bibir oleh Keenan.

"Lucu gini sih pacar aku." Keenan mengacak rambut Kirana.

"Ih, Keenan, kamu tuh kebiasaan. Jangan main cium sembarangan dong. Kalau ada yang mergokin gimana? Kalau ada wartawan yang fotoin kita diem-diem gimana? Bisa gawat, kan."

"Mereka yang dalam bahaya kalau berani berurusan sama aku. Kamu tenang aja, Babe." Keenan menjawab dengan santai, lalu membukakan pintu mobil untuk Kirana yang dengan senang hati langsung masuk.

"Aku laper deh." Kirana mengeluh ketika mobil mereka sudah berbaur di jalanan. "Tadi pagi cuma sempat makan sandwich."

"Kamu cuma makan itu seharian? Di lokasi gak makan?"

"Cuma minum greentea milkshake."

"Aku gak suka kamu diet. Kita cari tempat makan dulu sekarang." Wajah Keenan menekuk dengan bibir yang mengerucut. Kirana tahu laki-laki itu marah, tapi melihat ekspresinya justru membuat Kirana tersenyum.

"Kamu lucu kalau lagi begini."

"Gak ada lucu-lucu. Aku lagi sebel ya."

"Aku gak niat diet kok." Kirana melakukan pembelaan. "Tapi aku memang gak sempat makan aja tadi. Aku mau jadwal aku cepet selesai supaya bisa ketemu kamu."

Wajah kesal yang tadi dilihatnya berubah. Tatapan Keenan juga melunak padanya disertai sebuah senyuman hangat.

"Kamu kangen aku ya?" Sudut bibir Keenan tertarik ke atas.

"Siapa yang gak kangen ditinggal satu minggu?" Kini justru Kirana yang merajuk.

"Aku juga kangen kamu, Baby. Kangen dipeluk sambil tidur."

"Ih, Keenan! Gak usah ngomongin itu kenapa sih?" Kedua pipi Kirana merona.

"Aku beneran kangen kamu tau." Keenan tergelak mendapatkan beberapa cubitan kecil di lengannya. "Aduh, aduh, sakit, Sayang."

"Biarin. Biar aja besok badan kamu biru-biru."

"Mending merah-merah karena diciumin kamu, Na. Rela aku."

"Ih, Keenan! Kamu salah makan ya di Jepang?"

Tawa Keenan semakin keras melihat Kirana merajuk sekaligus horor menatapnya. Ia tidak berbohong bahwa ia sangat merindukan kekasihnya itu selama berada di Jepang.

"Malam ini nginep di apartemen aku ya?" Keenan bertanya kemudian.

Wajah Kirana langsung memerah walau ini bukan pertama kalinya Keenan mengajaknya. Terhitung sudah lebih dari dua puluh kali selama empat bulan ini ia menginap di apartemen Keenan.

"Gak enak kalau aku sering nginep di tempat kamu."

"Terus aku yang nginep di apartemen kamu gitu? Gak masalah sih, tapi tempat tidur kamu kan kecil. Sempit kalau dipakai berdua."

Kirana ingat pertama kali Keenan menginap di apartemennya. Laki-laki itu tidurnya tidak bisa diam. Kirana hampir jatuh dari tempat tidur karena tergusur badan Keenan.

"Yaudah, aku nginep di apartemen kamu." Kirana menghela napas pasrah.

Sebenarnya ia tidak enak melakukannya karena takut ketahuan oleh media. Kalau sampai itu terjadi, Kirana takut keluarga Keenan akan ikut terseret. Hanya itu yang ia takutkan.

***

Kirana baru selesai mandi ketika melihat Keenan sedang berkutat di depan laptopnya. Laki-laki itu kelihatan serius, jadi Kirana memutuskan untuk duduk di depan meja rias lebih dulu untuk melakukan perawatan pada kulit wajahnya sebelum tidur.

Rambutnya masih setengah kering. Ia memakai piyama Keenan walau terlalu besar untuk ukuran tubuhnya. Kirana menyukainya karena aroma Keenan ada disana.

Setelah selesai mengoleskan krim terakhir dari serangkaian proses perawatan wajahnya, saat itu juga Keenan menutup laptopnya dan menoleh. Tatapan mereka bertemu melalui cermin. Keenan yang hanya mengenakan kaos putih tipis dan sebuah boxer terlihat jelas oleh Kirana.

"Udah selesai?" Kirana bertanya.

"Ehem." Keenan mengangguk sambil merebahkan tubuh dengan helaan napas panjang.

Kirana tahu, Keenan pasti kelelahan. Ia memutuskan mendekat dan duduk di sebelahnya.

"Kerjaan kamu lagi banyak banget ya? Pasti capek."

"It's okay. Kamu tau kan kalau aku kuat." Keenan tersenyum.

"Mau aku pijitin?" Kirana menawarkan. Walaupun tidak bisa membantu dalam pekerjaan, setidaknya Kirana ingin membantu Keenan mengurangi rasa lelah.

"Boleh. Kepala aku sakit banget sebenernya."

Kirana tersenyum. Ia meletakan sebuah bantal di pangkuannya dan meminta Keenan merebahkan kepalanya disana.

"Begini enak?" Kirana bertanya saat mulai memberi pijatan lembut di kepala Keenan. Laki-laki itu memejamkan kedua matanya dengan ekspresi damai.

"Kamu yang terbaik deh pokoknya."

Kirana terkekeh mendengar pujian itu. Melanjutkan pijatannya sampai ke area pundak dan ia menyadari napas teratur dari Keenan. Sepertinya laki-laki itu sudah tertidur.

Kirana menghentikan pijatannya dan berganti mengelus rambut dan kening Keenan. Mengamati wajah pulas di pangkuannya dan tersenyum.

Keenan tampan. Semua wanita sepakat akan hal itu dan ia bersyukur Keenan memilihnya.

"I love you." Kirana berbisik pelan lalu menunduk untuk memberi kecupan ringan di kening Keenan.

"Coba bilang lagi."

Kirana tersentak ketika Keenan membuka kedua matanya setelah kecupan yang ia berikan. Laki-laki itu menatapnya dari bawah dengan senyum sumringah.

"Kamu gak tidur ya?"

"Aku tidur sebentar." Keenan bangkit dan duduk menghadap Kirana yang salah tingkah. "Coba bilang lagi."

"Bilang apa?"

"Yang tadi kamu bilang sebelum nyium aku."

"A-aku gak bilang apa-apa. Kamu salah dengar."

"Susah banget sih bilang cinta ke aku? Cuma kalau lagi make out aja kamu mau bilang, itu pun karena aku yang maksa." Keenan bergumam.

"Ih, Keenan! Malu ah, jangan dibahas kenapa sih."

"Memang begitu kan? Kamu mau bilang cinta ke aku kalau lagi aku enakin." Keenan tertawa dengan seringai jahil.

"Kamu yang maksa." Kirana membuang muka. Wajahnya sudah semerah udang rebus dan Keenan akan semakin tertawa puas kalau melihatnya.

Tiba-tiba saja satu tangannya ditarik hingga tubuhnya jatuh terbaring dan Keenan langsung menahan tubuhnya. Keenan mengurungnya diantara kasur dan tubuh laki-laki itu berada diatasnya.

"Mau aku enakin lagi gak malam ini?"

***


Marchelina's
Nov, 19th 2019.

Call Me BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang