Drunk To Love

199 20 0
                                    

Kirana meneguk kembali cairan bening yang sejak setengah jam lalu menemaninya. Minuman yang membantunya sedikit melepaskan beban yang membuat dadanya sesak. Minuman yang sudah tidak asing baginya sejak putus cinta dan ditinggalkan.

Sambil bertopang dagu, ia menghela napas berkali-kali. Berharap dengan begitu bisa mengusir kegundahan di dalam hati.

Sudah botol kedua yang ia habiskan. Kedua pipinya sudah mulai memerah dan kedua matanya mulai berat untuk tetap terbuka. Kirana sudah menghubungi Tiani sebelumnya dan manajernya itu mengatakan akan datang secepatnya. Namun sudah hampir satu jam, batang hidungnya belum juga terlihat.

Merasa kepalanya semakin berat, Kirana meletakkan kepalanya di atas meja sambil memejamkan mata. Airmata kembali menetes dari sudut matanya. Bahkan saat memejamkan mata, wajah Keenan selalu terlintas.

"Aku benci kamu. Aku harus benci kamu." Kirana bergumam.

"Na?"

Kirana sedikit terusik mendengar namanya dipanggil oleh suara bariton yang mampu membuatnya meremang. Tidak mungkin pria itu ada disini, kan? Ia pasti hanya sedang berhalusinasi.

"Na, kamu kenapa begini?"

Kirana langsung membuka kedua matanya setelah suara itu kembali terdengar lebih dekat dan usapan di rambutnya terasa. Saat itu juga Kirana mendapati wajah khawatir Keenan berada di depannya. Pria itu tersenyum sedih.

"Sejak kapan kamu minum minuman ini?" Keenan kembali bersuara, tapi Kirana hanya diam dan menatap dalam-dalam.

Ini pasti mimpi. Ini pasti..mimpi yang indah.

"Sejak kamu ninggalin aku." Kirana menjawab setelah beberapa saat. Jika ini memang hanya mimpi, ia tidak akan menyia-nyiakannya. Ia akan mengutarakan apa saja yang selama ini terpendam di dalam hatinya.

"Maafin aku, Na." Keenan kembali mengusap rambut dan menghapus airmata Kirana yang jatuh.

Kirana menegakkan kembali tubuhnya pada posisi duduk tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Keenan. "Aku harus benci kamu karena tega ninggalin aku. Aku tahu aku harus, tapi aku gak bisa." Ia menggeleng dan terisak pelan.

"Aku akan berusaha untuk memperbaiki semuanya. Kasih aku kesempatan sekali lagi, Na."

"Kamu gak cinta aku lagi." Nana menggeleng.

"Gak, kamu salah sangka. Aku tau aku salah. Gak seharusnya aku ninggalin kamu."

"Kamu gak akan bisa bayangin gimana menderitanya aku selama ini." Kirana menangis dan Keenan mendekapnya erat. Dekapan yang sudah lama ia rindukan. Dekapan yang selalu terasa seperti rumah baginya.

"Aku tau, aku menyesal." Keenan mengecup keningnya berkali-kali sambil terus menenangkan. "Aku janji gak akan bikin kamu nangis lagi."

"Aku sayang kamu." Bisik lirih Kirana di atas dada Keenan.

Pria itu merenggangkan pelukan mereka dan kini saling menatap. "Aku masih dan selalu mencintai kamu."

Pengakuan Keenan membuat Kirana terharu. Walau ini hanya mimpi, Kirana tidak peduli. Asalkan untuk sebentar saja ia bisa kembali menikmati waktu bersama Keenan.

Kedua matanya terpejam seiring wajah Keenan yang semakin mendekat hingga akhirnya bibir mereka bertemu. Kirana kembali merasakan bibir Keenan diatas bibirnya. Terasa begitu tepat dan benar. Terasa seperti nyata.

Ia bisa merasakan pergerakan bibir Keenan diatas bibirnya yang begitu lembut dan hati-hati. Pergerakannya membuat Kirana ikut terbuai. Ia melingkarkan kedua lengannya memeluk leher Keenan dan mulai membalas setiap perlakuan pria itu.

Call Me BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang