Fix You

182 23 1
                                    

Keenan sadar kesalahannya di masa lalu tidak akan mungkin dimaafkan dengan begitu mudah, bahkan tidak pantas dimaafkan. Namun ia bukan tanpa sebab melakukannya. Yang tidak Kirana tahu adalah Keenan tidak pernah berniat untuk mengkhianatinya.

Saat itu, keadaannya memang tidak terlalu baik. Persaingan dalam dunia bisnis yang baru saja ia tekuni kala itu benar-benar tidak mengenal belas kasih. Keenan tidak mungkin membiarkan perusahaan yang dibangun keluarganya dengan susah payah harus berakhir ketika dirinya baru akan memulai.

Jalan satu-satunya adalah dengan mengumpulkan para investor baru agar bergabung dan Keenan berusaha keras untuk meyakinkan mereka semua, dengan cara apa pun.

Salah satu calon investor mereka saat itu adalah seorang kakek yang memiliki seorang cucu perempuan. Secara kebetulan, Keenan diberitahu bahwa cucu tersebut sudah lama ingin sekali bertemu dengannya. Sang kakek yang mengetahui keinginan cucunya tersebut akhirnya membuat persyaratan.

Keenan harus mau menerima ajakan cucu dari kakek tersebut. Dan sebagai balasannya, kakek tersebut akan memberikan dana berapa pun yang Keenan inginkan untuk menyelamatkan perusahaannya.

Keenan menyanggupi karena percaya diri bahwa ia bisa mengembalikan uang tersebut hanya dalam hitungan beberapa bulan tanpa diketahui Kirana. Namun Kirana memergokinya hanya dalam selang satu bulan.

Saat itu dirinya memang ada janji untuk makan malam dengan Jessi -cucu dari kakek yang menawarkan investasi besar. Keenan sebenarnya sudah cukup gerah dengan perilaku Jessi yang kekanakan, manja dan merengek jika keinginannya tidak dipenuhi. Sungguh, daripada bersama wanita ini, Keenan lebih ingin berada di apartemen dan menghabiskan waktu dengan Kirana.

Ah, Kirana pasti sedang menunggunya di apartemen sekarang.

"Kak, kita tunangan aja, gimana?" Ucapan ngawur Jessi yang sedang bergelayut di lengannya ini membuat Keenan sukses menoleh dengan tatapan horor.

"Apa?"

"Kalau kita tunangan dan menikah, uang keluargaku juga uang kamu. Kamu gak perlu cari investor kesana-kemari."

Seketika kepala Keenan berdenyut ketika memikirkan masalah perusahaan. Dirinya memang membutuhkan banyak sekali uang untuk menstabilkan kondisi perusahaannya saat ini. Cara lain yang sedang ia persiapkan untuk mendapat bantuan dana juga belum menunjukkan kemajuan dan hal itu membuat kepalanya sakit beberapa hari ini.

Keenan benar-benar butuh pulang secepat mungkin dan memeluk Kirana agar kegelisahannya menghilang sejenak.

***

"Baby?"

Keenan agak heran ketika melihat kondisi apartemen yang gelap. Setelah menemukan kontak lampu dan menyalakannya, baru ia menyadari Kirana duduk di lantai dekat jendela dengan kedua lutut yang dipeluk. Wajahnya begitu sedih dan Keenan merasa ada yang tidak beres.

"Baby, kenapa duduk disitu?" Keenan bertanya lagi setelah mendekat.

Kirana menoleh dengan pipi yang sudah basah oleh airmata. Gadisnya menangis, tentu saja Keenan terkejut bukan main.

"Hei, kamu kenapa? Kok nangis? Siapa yang jahatin kamu?" Keenan menangkup wajah Kirana dengan kedua tangannya, tapi gadis itu hanya diam dan airmatanya kembali mengalir.

"Lepasin!" Kirana berontak ketika Keenan ingin mendekapnya.

"Kamu kenapa?" Kening Keenan berkerut, bingung pada kelakuan gadisnya malam ini.

"Kamu dari mana?" Kirana bertanya dengan suara bergetar.

"Aku ketemu calon investor."

"Calon investor?" Kirana sinis. "Calon investor yang meluk-meluk kamu?"

Deg.
Jantung Keenan rasanya seperti ditendang setelah mendengarnya. Kirana tahu? Gadisnya itu tahu? Bagaimana mungkin?

"Itu..."

"Apa?" Sentak Kirana. "Kenapa? Kenapa kamu begini? Apa ada yang kurang dari aku? Apa ada yang salah dengan hubungan kita? Kenapa kamu tega?"

"Kamu gak akan paham." Keenan memilih membuang tatapannya.

Menceritakan masalahnya pada Kirana hanya akan membuat gadis itu terbebani. Ia tidak mau karier Kirana yang sedang bagus akan terganggu jika gadis itu ikut memikirkan masalahnya.

"Apa selingkuh itu harus dipahami? Apa yang harus dipahami dari pengkhianatan?"

Keenan diam seribu bahasa. Kepalanya kembali berdenyut karena lelah. Ia hanya ingin memeluk Kirana saat ini agar hati dan pikirannya menjadi tenang, tapi justru permasalahan baru yang ia dapatkan.

"Jawab aku, Keenan!"

"Maafin aku." Hanya itu yang bisa Keenan ucapkan dengan kepala tertunduk.

"Aku gak butuh maaf kamu. Aku butuh penjelasan."

"Siapa yang kasih tau kamu soal ini?" Keenan bertanya. Dirinya sudah sedemikian rupa membuat setiap pertemuannya dengan Jessi tetap tersembunyi dari Kirana, pasti ada yang memberitahu gadisnya ini.

"Kenapa? Kamu mau nyalahin orang itu?" Kirana menatapnya sinis.

"Siapa?"

"Gak ada siapa-siapa. Aku yang lihat dengan mata kepalaku sendiri. Puas?"

Keenan memijat pelipisnya. "Kita bahas ini nanti. Aku capek banget. Kepala aku sakit dan kita berdua butuh istirahat."

"Kamu bercanda?" Kirana menatapnya kesal.

"Baby, please. Aku beneran capek."

"Kamu anggap masalah ini sepele?"

"Nanti kita bahas lagi." Keenan mencoba menenangkan.

"Kenapa harus nanti? Kenapa gak sekarang? Apa kamu perlu waktu supaya bisa bohongin aku lagi?"

"Aku gak pernah bohongin kamu!" Sentak Keenan akhirnya yang membuat Kirana terkejut dan langsung terdiam menatapnya dengan wajah takut. Keenan buru-buru menyadari kebodohannya sendiri karena sudah membentak gadisnya itu. "Sayang, aku minta maaf."

"Gak." Kirana mundur, menolak tangan Keenan yang ingin menyentuhnya. Gadis itu langsung berdiri dan menyambar tas miliknya yang ada di sofa.

"Na, maafin aku. Aku gak bermaksud bentak kamu." Keenan menyusul. Berdiri menghadang Kirana yang kembali terisak pelan.

"Kamu berubah. Kamu bukan lagi Keenan yang dulu."

"Bukan, bukan gitu. Aku minta maaf. Tadi aku emosi."

"Kalau kamu udah bosan, kamu seharusnya jujur. Aku lebih suka kamu jujur daripada harus berbohong."

"Aku minta maaf."

"Percuma minta maaf. Hatiku terlanjur sakit."

Keenan seperti ditampar oleh ucapan Kirana. Itu artinya ia gagal menjaga gadisnya. Jika Kirana merasakan sakit karenanya, maka Keenan harus bagaimana?

"Aku pergi kalau gitu." Keenan menunduk.

"Pergi?"

"Aku yang udah nyakitin kamu. Aku harus tau diri."

"Jadi aku semudah itu kamu buang? Kamu lebih memilih perempuan itu?"

"Maafin aku."

"Apa kamu udah gak sayang aku lagi?" Suara Kirana terdengar begitu menyedihkan dan Keenan sungguh tidak sanggup melihat wajahnya.

"Maafin aku." Keenan berbalik. Menyembunyikan setetes airmatanya yang jatuh akibat keputusan berat yang ia ambil.

Dalam hati ia berjanji akan menyelesaikan semua masalahnya dengan cepat dan jika berjodoh, ia akan kembali menjemput Kirana. Ia akan memperbaiki semuanya.
Ia berjanji.

Tunggu aku, Na.

***



Marchelina's
Feb, 10th 2020

Call Me BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang