2015
"Aku sayang kamu."
Kirana terpaku menatap sosok laki-laki di hadapannya yang baru saja menyatakan cinta. Laki-laki yang sudah ia kenal selama delapan tahun lebih karena memang keduanya bersahabat. Laki-laki bernama Keenan Djudistira.
Kirana menatap lekat-lekat laki-laki yang kini juga tengah menatapnya penuh harap. Ia tidak memungkiri bahwa dirinya juga menyimpan perasaan pada sahabatnya itu. Sudah satu tahun terakhir dirinya merasakan perasaan yang lebih dari sekadar sahabat. Ia pun pernah merasa cemburu ketika Keenan beberapa kali bercerita tentang perempuan lain.
Dan ia tidak menyangka bahwa laki-laki itu akan menyatakan perasaan padanya saat ini. Kirana masih ingat ketika Keenan menanyakan padanya tentang cara menyatakan perasaan pada seorang wanita beberapa hari yang lalu. Ia tidak menyangka cara yang ia beritahukan pada Keenan malah ditujukan padanya.
Jika tahu begini, ia akan menyarankan Keenan membuat pesta kejutan romantis bukannya cara spontan saat mereka tengah berada di pesta menunggu detik-detik pergantian tahun seperti saat ini.
"Na?"
Kirana mengerjap ketika suara Keenan kembali terdengar. Kedua pipinya mulai memanas setelah menyadari situasi mereka saat ini.
"Jadi gimana?" Keenan kembali bertanya.
Kirana menatap Keenan sekali lagi dan membuat keputusan. Ia mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Keenan padanya.
"Aku juga sayang kamu." Kirana melanjutkan.
"Jadi kamu mau jadi pacar aku?"
"Iya, mau." Kirana mengangguk sekali lagi yang membuat Keenan tersenyum senang.
Kirana sedikit terkejut ketika Keenan membawanya ke dalam pelukan laki-laki itu. Memang bukan yang pertama kali, tapi kali ini terasa berbeda setelah keduanya menyatakan perasaan masing-masing. Ada perasaan membuncah di dalam hatinya hingga Kirana tidak bisa menahan senyuman.
Kedua lengannya balas memeluk Keenan dan Kirana bisa merasakan laki-laki itu menciumi rambutnya.
"Kamu cantik malam ini." Keenan mengusap pipi kirinya setelah pelukan mereka terlepas.
Kedua pipi Kirana kembali memanas. Ia sudah sering mendengar pujian semacam itu karena profesinya sebagai model yang kini tengah semakin menanjak, tapi rasanya menyenangkan ketika Keenan yang mengucapkan.
"Lucu gini pipinya merah." Keenan terkekeh dan Kirana memilih menunduk. Ia malu.
"Jangan godain aku."
"Pergi yuk?!"
"Kemana?" Kirana menatap Keenan dengan kening berkerut samar.
"Kabur." Jawab Keenan asal.
"Gak bisa. Nanti Tiani ngomel kalau aku pergi gak bilang." Kirana menanggapi.
Tiani adalah sahabat sekaligus manajernya saat ini. Tiani lebih tua tiga tahun dari Kirana dan kalau bisa dibilang, Kirana sudah menanggap Tiani seperti kakak perempuannya sendiri.
"Aku udah minta ijin."
"Kamu serius?" Kedua mata Kirana melebar tak percaya.
Keenan mengangguk dan langsung menarik satu tangan Kirana untuk mengikutinya. Mereka menuju mobil Keenan yang terparkir di halaman, meninggalkan ruangan tempat pesta tahun baru berlangsung.
"Kita mau kemana?" Kirana bertanya ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
Keenan tidak menjawab, hanya memberikan sebuah senyuman jenaka dan mulai menjalankan mobilnya menuju jalan besar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Baby
Romantika"Baby." Kirana mendelik tajam mendengar sebutan itu. Pria di hadapannya saat ini benar-benar pengacau. Kalau bukan karena tuntutan pekerjaan, Kirana sudah pasti tidak akan tahan berdekatan dengan pria ini. "I'm not your baby anymore. Stop calling me...