Setelah mengumumkan pada publik tentang rencana pernikahan mereka, banyak pekerjaan Kirana yang harus dijadwalkan ulang bahkan dibatalkan. Beberapa kontrak dengan perusahaan mode yang sudah lama mengikat Kirana pun terpaksa berhenti dan Keenan yang membayar uang ganti rugi untuk itu semua. Awalnya pria itu ingin Kirana berhenti dan tidak perlu memikirkan pekerjaan lagi, tapi ia tahu bahwa ini memang keinginan dan impian calon istrinya. Keenan tidak mau Kirana nantinya merasa dikekang jika mereka sudah menikah.
Saat pengumuman dilakukan, tentu saja banyak pro dan kontra yang terjadi. Kirana yang akan menikah dengan seorang pengusaha sukses dianggap hanya mengincar kekayaannya saja, tapi Keenan bisa dengan cepat membungkam komentar seperti itu. Mudah baginya karena saat ini perusahaan Keenan tidak hanya bergelut di bisnis properti. Ia juga merambah bidang telekomunikasi dan transportasi.
Keenan juga tidak segan melaporkan beberapa orang yang menurutnya terlalu keras mengomentari Kirana. Ia bahkan heran pada Kirana karena bisa begitu tahan menghadapi orang-orang yang berbicara buruk tentangnya. Baginya tidak ada toleransi jika itu menyangkut tentang Kirana. Calon istri sekaligus calon ibu dari anak mereka.
"Yang, kamu masih belum selesai?" Keenan memanggil dari ruang tengah. Kirana masih berada di kamarnya untuk bersiap-siap karena gadis itu minta diajak pergi jalan-jalan hari ini. Bawaan bayi, katanya. Namun sudah lebih dari satu jam, gadis itu masih belum selesai juga.
Pintu kamar terbuka dan Keenan mendapati Kirana dengan balutan dress semi formal sebatas lutut berwarna putih. Gadis itu hanya menunduk dengan wajah sedih dan hanya berdiri di ambang pintu.
"Kamu kenapa?" Keenan bertanya setelah menghampiri gadisnya itu.
"Celana sama rok aku gak muat lagi lingkar pinggangnya. Aku gendutan, ya?" Tatapannya sudah berkaca-kaca tapi membuat Keenan bingung ingin tertawa atau kasihan.
"Ya ampun, Baby, kamu kan lagi hamil. Wajar kalau kamu gendutan."
"Tuhkan! Kamu juga bilang aku gendut." Sahut Kirana kesal.
"Ma-maksud aku bukan gitu. Kamu gak gendut, Yang. Cuma berisi aja." Keenan mencoba menjelaskan tapi wajah Kirana malah semakin sedih.
"Kita gak jadi jalan aja deh. Aku takut kamu malu kalau jalan sama aku."
Keenan tentu terkejut mendengarnya. Rencana hari ini tidak boleh gagal karena ia sudah menyiapkan kejutan saat petang nanti. Ia sudah menyiapkan semuanya.
"Yang, kamu itu cantik, kamu pacar aku, calon istri aku, calon mommy anak kita. Jadi jangan ngerasa rendah diri. Aku cinta kamu apa adanya. Gak peduli kamu gendut atau apa."
"Bohong. Kalau aku jelek, gendut, burik, kucel, kamu pasti gak akan mau sama aku."
"Tapi kan kamu gak jelek, gendut, burik atau kucel." Keenan menunjukkan cengirannya dan Kirana akhirnya ikut terkekeh. "Kamu cantik dan akan selalu seperti itu di mataku."
"Makasih. Aku sayang kamu." Kirana memeluknya dengan kedua tangan. Keenan tidak bisa menahan senyum sebelum ikut melingkarkan lengan kekarnya di sekitar pinggang gadis itu.
"Aku lebih sayang kamu." Bisiknya sebelum menangkup wajah Kirana dengan satu tangan, lalu mempersatukan bibir mereka.
Oke, Keenan memang sudah berjanji tidak akan menyentuh Kirana lagi sebelum mereka resmi menikah, tapi penampilan gadis itu yang hanya menggunakan terusan berbahan tipis sebatas lutut berwarna putih benar-benar menggodanya sejak tadi.
***
"Are you happy, Baby?"
Kirana menoleh setelah mendengar pertanyaan dari Keenan. Sambil tersenyum lebar, ia mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Baby
Romansa"Baby." Kirana mendelik tajam mendengar sebutan itu. Pria di hadapannya saat ini benar-benar pengacau. Kalau bukan karena tuntutan pekerjaan, Kirana sudah pasti tidak akan tahan berdekatan dengan pria ini. "I'm not your baby anymore. Stop calling me...