Seharian ini Kirana hanya berkutat di atas tempat tidur, tidak berniat melakukan apa pun. Ia bahkan belum makan sejak pagi tadi. Suasana hatinya bertambah buruk setelah mimpi buruk yang kembali muncul setelah beberapa tahun berlalu.
Mimpi yang sebelumnya membuat hidup Kirana berantakan. Mimpi yang membuatnya sulit membedakan antara dunia mimpi dan dunia nyata. Mimpi yang membuatnya harus menjalani konsultasi dengan seorang psikolog selama hampir satu tahun.
Mimpi tentang Keenan.
Kirana tahu, mimpi bagi sebagian orang hanya dianggap sebagai bunga tidur. Namun setiap malam memimpikan wajah yang sama benar-benar membuatnya tersiksa. Untuk beberapa kali, Kirana sempat takut untuk tertidur. Ia takut melihat wajah seseorang yang sudah menghancurkannya. Ia takut karena di dalam mimpi sekali pun, ia masih begitu mencintai pria itu.
Lalu semalam mimpi itu hadir kembali setelah proses panjangnya untuk lepas dari semua masa lalu. Ia kembali merasakan kehancuran itu. Kembali merasakan bagaimana dirinya hampir menyerah pada hidup yang seolah mempermainkan dirinya.
Ia kembali lemah.Sekuat atau setegar apa pun seorang wanita, ia tetaplah seorang wanita dengan sejuta perasaan yang tidak akan pernah diketahui siapa pun.
Memang tidak ada yang tahu bagaimana sosok asli Kirana yang biasanya terlihat bahagia di hadapan kamera. Mereka hanya mengetahui sosoknya yang terlihat sempurna, tidak benar-benar tahu bahwa di dalamnya sungguh masih banyak luka yang entah kapan sembuhnya.
Hanya yang pernah merasakannya yang tahu sesakit apa rasanya dikhianati oleh orang yang dicinta.
Kirana memang sudah memaafkan Keenan, tapi bukan berarti ia lupa. Mereka memiliki begitu banyak kenangan indah bersama. Namun entah bagaimana hanya sakit yang terasa tiap kali ia mengingatnya.
Ia bukan hanya kehilangan sosok cinta pertama, tapi juga sosok sahabat yang dulu selalu ada.
Mungkin memang benar. Seharusnya ia tidak jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Seharusnya ia dan Keenan tidak pernah memutuskan untuk berhubungan lebih dari sahabat agar rasa sakit ini tidak pernah ada.
***
"Gak bisa! Lo gak tau gimana keadaan Kirana setelah lo tinggalin. Sekarang dia udah baik-baik aja dan lo mau kembali?!"
Keenan menghela napas sambil memejamkan mata setelah mendengar luapan emosi Tiani. Dirinya hanya meminta pertolongan bukan ocehan.
"Gue gak punya pilihan lain saat itu."
"Terlepas dari semua masalah yang ada, gak seharusnya lo ninggalin dan bohongin dia."
"Jadi gue harus apa? Gue udah coba minta maaf berkali-kali."
"Jangan tanya gue." Tiani menghela napas. "Kirana bahkan harus konsultasi intensif ke psikiater selama hampir satu tahun setelah lo tinggal."
Pernyataan tersebut membuat Keenan serasa disambar petir. Ia tidak tahu sedikit pun mengenai hal itu. Ia tidak menyangka bahwa keputusannya untuk pergi saat itu benar-benar menghancurkan hidup gadisnya.
"Kenapa? Kaget?" Tiani memandangnya sinis. "Perempuan sekuat dia yang selalu bisa senyum dan ketawa diatas semua masalah yang dia punya, nyatanya dia sampai hampir gila hanya karena lo tinggalin."
"Gue gak tau.." Ia kehilangan kata-kata. Mendengar penuturan Tiani hanya membuat Keenan semakin ingin menemui Kirana dan memeluk gadis itu erat.
"Kirana udah gue anggap seperti adik gue sendiri. Gue cuma mau yang terbaik buat dia. Jadi gue minta sama lo, jangan paksa Kirana lagi kalau memang dia udah gak mau kembali."
"Kasih gue kesempatan untuk mencoba sekali lagi. Gue janji, kalau dia memang gak mau, gue gak akan muncul lagi di hadapan kalian. Gue akan pergi."
Keputusan berat harus Keenan ambil sekali lagi. Kalau boleh jujur, ia ingin mengatakan bahwa ia akan berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan Kirana kembali. Ia tidak akan berhenti sampai Kirana menerimanya lagi. Namun benar apa yang Tiani katakan. Dirinya tidak boleh lagi menjadi egois dan menyakiti Kirana.
"Oke. Gue cuma bisa ngebolehin lo deketin Kirana, selebihnya itu urusan lo."
Wajah Keenan yang sedari tadi muram kini mulai menampakkan senyum. "Thanks banget."
"Jangan kecewain Kirana lagi." Pesan Tiani yang langsung diangguki Keenan.
Tentu saja dirinya tidak akan mengecewakan Kirana lagi. Ia akan membuktikan bahwa cintanya pada gadis itu tidak pernah berubah sedikit pun walau sudah beberapa tahun berlalu.
***
Marchelina's
Feb, 24th 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Baby
Romance"Baby." Kirana mendelik tajam mendengar sebutan itu. Pria di hadapannya saat ini benar-benar pengacau. Kalau bukan karena tuntutan pekerjaan, Kirana sudah pasti tidak akan tahan berdekatan dengan pria ini. "I'm not your baby anymore. Stop calling me...