Hate You

203 24 0
                                    

2019

"Na, tolong, dengerin penjelasan aku dulu."

Kirana melangkah semakin cepat dan terus mengabaikan rengekan pria yang sedari tadi terus mengikutinya. Ia malu menjadi pusat perhatian dari beberapa orang di sekitar mereka.

"Nana."

"Stop." Nana menyentak dengan suara yang cukup keras hingga beberapa orang menoleh. "Aku minta tolong sama kamu, ya. Jangan ikutin aku lagi. Jangan ganggu aku lagi."

"Na, aku.."

"Aku gak butuh penjelasan apa pun dari kamu dan gak ada gunanya lagi sekarang. Kita gak ada hubungan apa-apa."

"Tapi aku sayang kamu, Na."

Ungkapan yang Keenan ucapkan saat ini mungkin akan membuat kedua pipi Kirana merona jika pria itu mengatakannya beberapa tahun lalu. Namun, sekarang Kirana tidak lagi merasakan apa pun kecuali kepedihan. Rasa sakitnya bahkan semakin terasa setiap kali ia menatap wajah Keenan.

"Aku masih cinta kamu."

Kirana menggeleng. "Bukan. Itu bukan cinta. Kamu gak akan pergi kalau memang kamu cinta aku. Kamu gak akan ninggalin aku waktu itu."

"Na, aku bisa jelasin itu semua. Aku tau aku salah. Aku minta maaf. Aku ceroboh dan.." Keenan menghela napas sebelum melanjutkan. "Aku memang brengsek."

"Aku gak bisa terima kamu lagi kalau itu yang kamu harapkan." Kirana menegaskan. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak jatuh ke lubang yang sama.

"Na, kasih aku satu kesempatan lagi. Aku mohon."

"Kamu tau gimana aku. Harusnya kamu siap terima resiko ini disaat kamu memutuskan untuk pergi waktu itu."

"Na, aku minta maaf."

Wajah Keenan memerah dengan tatapan sendu dan Kirana berusaha mengabaikan hal itu. Melihat ekspresi itu justru membuatnya kembali mengingat jelas bagaimana kondisi dirinya sendiri ketika pria itu pergi meninggalkannya demi wanita lain. Sungguh, Kirana tidak akan pernah melupakan kejadian itu.

Kirana menyerahkan segala yang ia punya untuk Keenan. Ia menuruti semua kemauan pria itu. Ia memberikan segalanya, tapi Keenan menghancurkan dirinya sampai tidak bersisa.

Kirana masih ingat bagaimana Keenan mulai terlihat mencurigakan, sering melakukan panggilan telepon secara sembunyi dan masih banyak lagi. Pakaian pria itu bahkan selalu wangi parfum wanita saat pulang, tapi Keenan terus berdalih hingga akhirnya Kirana melihat dengan kedua matanya sendiri. Pria yang dicintainya itu memasuki sebuah hotel bintang lima dengan seorang wanita yang bergelayut manja di lengannya.

Pertengkaran diantara mereka terjadi dan Keenan memilih pergi meninggalkannya. Sungguh Kirana tidak menginginkan hal itu. Jika Keenan meminta maaf, Kirana akan menerima pria itu kembali dan memaafkan kesalahannya. Hanya itu.

Katakan dia terlalu buta, tapi Kirana memang mencintai Keenan sedalam itu. Ia tidak rela jika semuanya berakhir dengan begitu cepat. Mereka bahkan baru merayakan satu tahun hubungan mereka.

"Kamu terlambat dua tahun untuk minta maaf." Kirana berucap pelan.

"Na."

"Kalau kamu minta maaf saat itu, aku pasti maafin kamu. Aku pasti terima kamu lagi." Suaranya sedikit tercekat, tapi Kirana mencoba tersenyum. "Sekarang gak ada gunanya lagi. Kamu dan aku, kita gak bisa berhubungan lagi."

"Aku sayang kamu, Na. Cuma kamu." Keenan menunduk. Wajahnya sudah semakin memerah. "Aku menyesal."

"Harusnya kamu tau resiko dari perbuatan kamu. Saat kamu memilih pergi, itu artinya kamu gak punya hak lagi untuk kembali." Kirana berucap untuk yang terakhir kali sebelum berbalik dan meninggalkan Keenan sendiri.

Ia menyusul Tiani yang sudah menunggu di depan mobil mereka dengan wajah sendu.

"Are you okay?"

"Ya." Kirana memasuki mobil dan Tiani mengikutinya.

Mobil mulai berjalan dan saat itu juga tangis Kirana pecah. Tiani yang duduk di sampingnya langsung mengusap punggungnya.

"Na?"

"Aku benci dia. Aku bener-bener benci dia." Kirana menangis terisak.

Semua rasa sakit yang selama ini ia tahan seperti tidak terbendung lagi dan membuat dadanya semakin sesak.

"Kalau kamu belum siap, aku bisa atur ulang jadwal kamu hari ini. Kamu bisa istirahat dulu di apartemen." Tiani menawarkan dan Kirana mengangguk setuju.

Ia tidak mungkin bisa fokus bekerja dengan keadaan kacau seperti ini. Sudah cukup tadi dirinya dianggap tidak profesional saat menjalani pemotretan dengan Keenan. Ia tidak mau mengambil resiko lain.

Baginya, karir adalah yang nomer satu saat ini karena setelah Keenan meninggalkannya untuk seorang wanita lain yang berasal dari keluarga kaya raya, Kirana sudah berjanji pada dirinya bahwa ia juga akan menjadi seperti itu. Menjadi kaya raya agar orang-orang seperti Keenan yang berasal dari keluarga kaya tidak lagi mempermainkannya.

***

Marchelina's
Dec, 6th 2019

Call Me BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang