Bekasi, 2019
Hari ini, langit terlihat cerah. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Kakiku terus melangkah menuju pinggir danau. Dari kejauhan, aku melihat sosok yang sangat kukenali. Ia hanya diam, duduk di sebuah bangku dengan pundak yang menyandar.
Dalam diam, langkahku semakin mendekat. Hingga aku benar-benar berada di sisinya. Arah pandangku, mengikuti pandangannya.
"Udah lama?" tanyanya tanpa menoleh.
Aku menggeleng. "Baru aja."
"Duduk." Tangannya menepuk bagian bangku yang kosong.
Aku menurut.
"Kok bisa ke sini?" tanyanya, lagi.
"Tadi ke rumah, terus dikasih tau ibu kamu kalau kamu di sini. Ngapain, sih? Bosen banget liatin danau."
"Lagi pengen aja."
Kedua mataku meliriknya diam-diam.
"Ngapain ngelirik? Nengok aja, nanggung."
"Ih, kok tau?!"
Ia hanya tersenyum tipis.
"Lagi ada masalah, ya?" tanyaku dengan hati-hati.
Tidak ada jawaban.
"Lagi mau sendiri, ya?"
Tiba-tiba, tangannya menahan lenganku. "Pernah kepikiran ada apa di dalem danau?"
"Ada air."
Ia tertawa, membuatku memajukan bibir bawahku, kesal.
"Bukan itu maksudnya."
"Terus?"
"Danau itu keliatan tenang."
Aku mencoba menahan mulutku yang sudah tidak sabar untuk membalas perkataannya.
"Tapi, siapa yang sangka kalau di dalemnya, ikan-ikan atau binatang lain lagi berantem? Atau lagi ada sesuatu tapi kita gak pernah tau. Karena dari luar, dia keliatan tenang."
Kepalaku mengangguk, paham. Aku tahu jika lelaki di sampingku ini sedang memiliki masalah. Banyak kata-kata yang ingin aku keluarkan untuk menyemangatinya.
"Gak ada yang tau karena gak dikasih tau." Itulah kalimat yang mampu aku ucapkan di hadapannya.
"Karena danau gak bisa. Dia gak terbiasa atau emang ditakdirkan gak bisa cerita."
Aku terdiam. Merasa bingung harus merespons apa.
Tiba-tiba, ia mengubah posisi duduknya menjadi menghadap ke arahku. Kedua matanya menatapku lekat, membuatku menunduk dengan refleks. Aku mengaku lemah jika sudah ditatapnya seperti ini.
"Udah selalu ada, itu cukup."
Aku memberanikan diri untuk mendongak, membalas tatapannya. "Aku di sini."
"Makasih." Kini, ekspresinya berubah. Senyumnya terukir lebar. "Mau peluk, tapi belum halal."
Aku terbahak. Tanganku refleks memukulnya. Terkadang, aku merasa sifatnya begitu menggemaskan meskipun lebih sering menyebalkannya.
Tetapi, aku menyayanginya.
Sebagai seorang teman.
*
Tema hari ke sembilan: Danau yang Tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imajinasi Secuil Cilok: NPC's 30 Daily Writing Challenge
Short StoryPESERTA NUSANTARA PEN CIRCLE'S 30 DAILY WRITING CHALLANGE. Kali ini, saya akan kembali mengikuti tantangan menulis setiap hari dengan tema yang berbeda selama tiga puluh hari. Cover oleh @Alizarinlake