Lantai terasa seperti ada kulkas di bawahnya. Sangat dingin. Tatapan intimidasi dari lelaki di hadapanku juga berhasil membuat suhu ruangan ini semakin dingin.
"Sekali lagi aku tanya, dia siapa?"
Tidak ada yang salah dari pertanyaannya. Ia baru saja melihat sebuah pesan yang masuk ke dalam ponselku. Pesan yang disertai dengan emot cium.
"Temen SD," jawabku dengan suara yang menciut. Aku tidak pernah bisa mendapat tatapan mengintimidasi darinya. Tubuhku sedikit gemetar.
"Kenapa pake emot kayak gini?"
Nadanya tetap tenang, meskipun ada sorot kekesalan di matanya.
"Kata temen aku, dia suka." Kini, kutatap kedua matanya. "Tapi, aku gak pernah ngasih harapan ke dia. Aku respons dia sama kayak aku respons temen-temen aku yang lain."
Ia menghela napasnya.
"Gak percaya?" tanyaku memastikan.
"Wajar kalau banyak yang suka sama kamu. Dengan cara kamu sendiri, kamu bisa bikin banyak orang tertarik dan merasa nyaman. Lagian, aku gak ada hak buat ngelarang kamu, kan?" Kulihat ekspresi sedih di wajahnya. "Ternyata, kamu bener-bener gak peka, ya? Untuk tau orang suka kamu aja harus dari temen kamu."
Keningku mengernyit. "Maksudnya?"
"Aku sayang kamu dan aku takut buat kehilangan."
Kini, aku merasa bingung. Takut membuatnya kecewa sekaligus takut untuk jatuh cinta.
"Kamu ... tau, kan kalau aku belum siap pacaran? Aku cinta kebebasan."
Ia mengangguk dan tersenyum getir. Apa benar lelaki itu menyukaiku seperti aoa yang teman-temanku bilang?
*
Tema hari ke 18: Buat kalimat yang diawali dengan lantai terasa seperti....
KAMU SEDANG MEMBACA
Imajinasi Secuil Cilok: NPC's 30 Daily Writing Challenge
Short StoryPESERTA NUSANTARA PEN CIRCLE'S 30 DAILY WRITING CHALLANGE. Kali ini, saya akan kembali mengikuti tantangan menulis setiap hari dengan tema yang berbeda selama tiga puluh hari. Cover oleh @Alizarinlake