3

4.7K 1K 360
                                    

Pemakaman Song Hyungjun baru saja selesai. Ketujuh lelaki tampan itu tampak masih berduka menatap makam Hyungjun yang masih segar.

"Ayo pulang"

Ajak Junho saat melihat langit yang begitu mendung seperti mau turun hujan.

Yang lain mengangguk. Lalu mereka perlahan meninggalkan pemakaman itu.


Donghyun tadinya mau menarik lengan Yunseong untuk membicarakan sesuatu, tapi Minhee yang menyadari itu segera merangkul pundak Yunseong menjauhkannya dari Donghyun.

Donghyun menghela nafasnya kasar, terlalu kasar sampai Minkyu bisa dengar helaan nafasnya.

"Lo kenapa?"  Tanya Minkyu merangkul pundak adik kelasnya itu

Donghyun hanya menggeleng sambil tersenyum sebagai jawabannya.



Namun langkah Donghyun mendadak berhenti. Nafasnya tercekat, menatap lurus ke depan.

"Aduh!"  Dongpyo tak sengaja nabrak Donghyun yang jalan didepannya tiba-tiba berhenti

"Maju Donghyun!" Protes Dongpyo

Donghyun malah diam. Dongpyo berdecak, "kenapa sih? Tiba-tiba berhenti"

Dongpyo akhirnya memilih buat maju duluan bersama yang lainnya.

Minkyu menatap Donghyun bingung, "Lo gapapa?"





Donghyun mematung. Ketika angin dingin tiba-tiba berhembus bersamaan dengan matanya yang menangkap seseorang yang seharusnya tidak ia lihat, sedang menatapnya tajam dibawah pohon besar disana.


"Hyungjun.."

Donghyun tersentak, menoleh horror ke Wonjin saat Wonjin menggumamkan nama seseorang yang ia lihat. Minkyu juga sama, menoleh ke Wonjin.

"Gue bisa ngerasain dia ada disekitar sini" ujar Wonjin dengan wajah datar nan pucat

Mendengar itu, Minkyu dengan susah payah menelan ludahnya.





• • • • •




Ini sudah larut malam, jam sudah menunjukkan pukul 00:53. Tapi Dongpyo masih berkutat di meja belajar untuk menyelesaikan pr matematika nya yang sudah hampir dua minggu belum dia kumpulin.

Waktu minggu pertama pengumpulan tugasnya, dia gak masuk sekolah karena sakit. Akhirnya dia niat ngumpulin di minggu depannya. Eh taunya malah kelupaan ngerjain.

Parah emang.

Jadinya begini, sistem kebut semalam.

Padahal soal yang harus dia kerjakan lumayan banyak. 50 soal matematika. Lumayan kan.

Dongpyo sudah berkali-kali menguap karena ngantuk.

"Mau minta pap yang lain, udah pada tidur"  gumamnya

"Ah kenapa gue gak minta pap dari tadi sore aja sih"  rutuknya sambil mengacak rambutnya






Tuk    tuk    tuk




Dongpyo langsung menoleh ke jendela kamarnya dengan alis yang mengkerut. Ada yang ngelempar batu kerikil ke jendela kamarnya. Dongpyo pikir mungkin itu cuma orang iseng, jadi dia kembali ngelanjutin pr nya.

Tapi lagi-lagi jendela nya dilempari kerikil. Membuat Dongpyo kesal dan segera beranjak melihat keluar jendela.

Matanya langsung mengerjap saat yang ia lihat diluar sana adalah cahaya yang mengarah padanya. Cahaya nya, mirip cahaya senter ponsel?

Padahal sebelah kamar Dongpyo itu kebun milik tetangganya. Ngapain orang malem malem begini main senter di kebun, sendirian pula.

Dongpyo kaget, ditengah keheranannya dengan cahaya itu. Lampu kamarnya tiba-tiba mati.

"Kenapa mati listrik! Pr gue belum beres"  Pekiknya, lalu kembali melihat keluar sana

Tapi yang dia lihat sekarang itu cahayanya jadi berkedip, mati nyala mati nyala. Makin lama tempo mati nyalanya semakin cepet. Begitu seterusnya. Sampai tubuh Dongpyo menegang saat dia mendengar suara langkah kaki seseorang mendekat.


Tubuh Dongpyo benar-benar kaku. Pikirannya jadi kemana-mana. Karena seharusnya cuma Dongpyo yang ada di rumah. Dongpyo anak tunggal. Orang tuanya lagi keluar kota selama satu minggu kedepan.

Dongpyo benar-benar parno. Mengingat kemarin Hyungjun yang baru dimakamkan. Juga mengingat penyebab kematian Hyungjun. Dongpyo ketakutan, tubuhnya jadi gemetar.

Dongpyo takut kalau yang jalan-jalan itu arwah gentayangan. Dan mungkin yang paling parah, orang di kebun sana.. mungkinlah pembunuh Hyungjun.






Dongpyo mau lari, tapi kemana?

Keluar lewat pintu kamar, takut. Lewat jendela, apalagi. Jadi Dongpyo langsung lari keatas kasurnya, bersembunyi dibalik selimut tebal yang satu-satunya bisa melindungi tubuhnya yang gemetar ketakutan.

Yang Dongpyo bisa lakuin sekarang cuma berdoa.








Krieetttt...





Dongpyo menegang. Suara derit pintu kamarnya terdengar jelas dibuka. Ia benar-benar takut, bahkan sampai air matanya netes.

"Halo Dongpyo. Siap untuk mati?"

Dongpyo terbelalak. Ternyata dia salah. Pembunuhnya ada di dalam rumahnya. Dan mengincar dirinya.

Tapi yang lebih mengejutkan adalah, Dongpyo kenal jelas suara ini.

Dengan cepat Dongpyo keluar dari selimutnya. Menatap seseorang dihadapannya dengan tak percaya.

Sampai akhirnya Dongpyo merasakan sakit yang luar biasa menjalar ditubuhnya. Ketika besi dingin menusuk tepat pada dadanya.

Ia terbatuk, namun yang keluar dari mulutnya adalah gumpalan darah.














"Gue gak nyangka, ternyata Lo pelakunya"



































a/n : yang lagi PAS semangat yaa!! Author jga lagi PAS, tapi kangen kalian jadi nyempetin buat update hhe. Semangat buat semuanya!!  Jangan lupa vote komen yaa:)



Next tidak?

01:50  | Produce X 101✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang