9

4K 836 400
                                    

Mereka berpencar untuk mencari minkyu sampai matahari mulai terbenam. Tapi hasilnya tetap nihil, mereka gak menemukan minkyu dimanapun.

Hari udah mulai gelap, mereka juga lelah belum lagi besok masih sekolah. Jadi mau gak mau mereka harus pulang dengan berat hati.

"Sialan si donghyun kemana sih enak banget gak ikut nyari"

"Atau jangan bilang, kita juga harus ikut nyari dia"

"Lo ngedoain dia ilang hah?!"

Wonjin menghela nafas mendengar pembicaraan hangyul dan eunsang.

Pencarian minkyu hari ini gak full team, gak ada junho dan donghyun. Mereka bingung, donghyun gak keliatan dari tadi pagi. Bahkan eunsang yang sekelas pun bilang kalau donghyun gak masuk sekolah hari ini.

"Guys!"

Semua menoleh pada yunseong, yang nunjuk nunjuk layar ponselnya dengan wajah sumringah.

"Minhee udah sadar!"

Ucapan yunseong membuat semuanya berseru senang dan menghampirinya yang tengah melakukan video call dengan minhee.

Syukurlah, akhirnya minhee udah bangun.






















Disisi lain, di sebuah rumah yang sepi minkyu terus-terusan dihadang seseorang dihadapannya.

"Biarin gue pergi"

"Gak. Gue gak akan biarin lo pergi"

"Gue mohon. Gue bakal lakuin apapun asalkan gue boleh pergi"

Kemudian orang dihadapannya tersenyum miring.





















• • • • •








Entah kenapa aura malam ini terasa begitu mencekam. Apa mungkin karena malam Jumat dan ini tengah malam? Bisa jadi.

Suara siulan seseorang memecah keheningan malam, siapapun yang mendengarnya pasti bakal merinding.

Terdapat tetesan darah di jalan yang ia lalui. Darah yang menetes dari pisau kesayangannya bagai suatu mahakarya baginya.

Lalu tiba-tiba orang itu berhenti jalan, dan tertawa mengerikan.

"Makanya jadi orang tuh jangan kepo. Tau rasa kan sekarang hehe"

"Lo kepo? Habis di tangan gue. Iya, lo yang lagi baca juga hehe"

Sialan.





Tiba-tiba ia berhenti dan menatap sebuah rumah didepannya sambil memikirkan sesuatu.


"Boleh juga"


Sambil memainkan jari, ia pun menghampiri rumah tersebut dan menyeringai.

Sebelum ia memasuki rumah didepannya melalui jendela, tiba-tiba saja kepalanya menjadi sangat sakit.

Sampai sampai dirinya hampir oleng kalau gak pegangan pohon disampingnya.

"Aduh kepala gue sakit banget" ringisnya

"Hhhh kayanya gue habis kejedot kenangan deh"

Mohon bersabar. Psikopat emang gila. Emang minta dihujat. Hujat aja itu psikopat, silahkan. Kolom komentar tersedia.

Setelah kepalanya terasa mendingan, akhirnya ia berhasil masuk kedalam rumah tersebut dengan mulus meski melalui jendela.
































Pagi hari datang, beruntung hari ini cukup cerah menggantikan suasana semalam yang mencekam menjadi lebih hangat.

Hangyul bernyanyi sambil mengendarai motornya, melewati setiap rumah yang ada untuk menuju ke jalan raya.

Hangyul melambatkan lajunya saat hendak melewati rumah salah satu sahabatnya, yunseong. Siapa tau mereka bisa berangkat bareng. Kan mobil yunseong beberapa hari yang lalu rusah parah, nabrak pohon.

Jadi hangyul berniat ngasih tebengan buat yunseong, ya walaupun yunseong masih bisa pakai mobil lamanya sih.

Hangyul ngeberhentiin motornya di depan rumah yunseong.






"AAAAAAKKH!!"

Hangyul melotot, dia tau betul ini suara yunseong. Dengan segera hangyul terus memencet bel rumah yunseong dan berakhir menggedor gerbang rumah yunseong.

Karena gak dibukain, akhirnya hangyul manjat pagar dan langsung lari ke sumber suara.


"Yunseong!"

Mata hangyul langsung menangkap yunseong yang terjongkok di kamarnya dengan wajah pucat.

"Yunseong, lo kenapa?!" Tanya hangyul panik

Yunseong masih diam, dia keliatan berusaha ngomong tapi mulutnya kaku. Bahkan badannya gemeteran.

"Kenapa? Ada apa? Bilang sama gue anjir"

Yunseong dengan berusaha mungkin mengangkat dagunya, untuk menunjuk sesuatu. Tapi sepertinya hangyul malah makin bingung.

"Apa?? Ngomong anjir ah susah bener lo ngomong doang"

Yunseong akhirnya menunjuk ke atas meja belajarnya. Dan hangyul baru menyadari, kamar yunseong bau amis.

Hangyul mengikuti arah tunjuk yunseong, ia membelalakkan matanya. Seketika perutnya terasa mual.

Beberapa jari tangan bersimbah darah tergeletak diatas meja belajar yunseong. Bahkan ada sedikit genangan darah di jari-jari itu.

Sungguh, kepala hangyul jadi pusing karenanya.

Yang lebih membuat hangyul bergidik adalah, di salah satu jari itu tersemat sebuah cincin dengan bentuk sayap dibagian depannya. Dan hangyul tau betul siapa pemilik jari tersebut.















































Vote comment nya jangan lupa dong ㅠ.ㅠ



Next? Or not?

01:50  | Produce X 101✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang