Bagian 30

200 10 0
                                    

“Band kita mau tampil dimana lagi ini?” tanya ku kepada anggota yang lain

“Ini kak, kita ada job weeding. Kak Zahra bisa kan?” Shanty menunjukkan pesan dari salah seorang Event Organizer

“Bisa kok, asalkan gak barengan sama jadwal latihan paduan suaraku aja”

“Oke deh kak, aku kabarin lagi EO nya”

Band ini sudah berdiri sejak dua tahun yang lalu, aku sudah menganggap mereka seperti keluarga. Chemistry di antara kami juga sudah terjalin dengan baik, meskipun seringkali berganti pemain musik, tapi aku dan Shanty bisa beradaptasi dengan cepat.

Guys, sorry ya aku gak bisa ikut latihan sampai malem, soalnya Ivan udah mau jemput aku”

“Mau kemana kak?”

“Ada urusan hehe” aku pun meraih totebag pink ku dan pergi keluar dari studio pribadi kami.

Di sana sudah ada Ivan menunggu, aku pun menghampiri nya

“Kita mau kemana?”

“Udah naik aja, ini helm kamu”
Aku mengikuti semua perintah Ivan, dia terlihat jutek sekali tidak sumringah seperti biasanya. Di perjalanan pun kita juga saling diam, aku yang tak tau apa permasalahannya jadi serba salah harus bagaimana.

Kemudian kita berhenti di salah satu cafe dekat alun – alun kota, aku pun turun dan melepas helm.

“Mau kesini beb?” tanya ku menunjuk café tersebut

“Iya”

Aku merasa dongkol sekali dengan jawaban super duper juteknya Ivan

“Ya udah ayo buruan masuk”

Dia meninggalkan aku, tanpa menggandeng tanganku. Aku semakin bertanya – tanya ada apa sama dia?

Setelah memesan minum kami pun memilih duduk di rooftop café ini, sepertinya dia sengaja mencari tempat yang sepi agar kita bisa mengobrol dengan enak.

“Ra, kamu sayang gak sih sama aku?”

“Ha?” aku terkejut mendengar pertanyaan Ivan yang to the point tanpa basa basi terlebih dahulu

Aku pun memukul telapak tangannya

“Ya sayang lah, apaan sih nanya nya kok gitu”

“Perasaanmu ke Devano gimana?”

“Kan aku udah bilang bakalan di hilangin”

“Hmm”

“Kenapa lagi sih Van?”

“Kamu kayaknya tadi lupa gak log out akun Instagram mu di hp ku”

“Ya meskipun lupa gak masalah kok, kan di hp nya pacar aku”

“Serius gak masalah?”

“Iya Ivan”

“Kalau aku baca Direct Messenger juga masih tetep gak masalah?”

Aku mengernyitkan dahi

“Maaf ya Ra, tadi aku baca DM kamu sama Devano” Kata Ivan lagi

Aku menatap Ivan kecewa

“Van, aku tau kamu pacar aku tapi menurut ku untuk membaca pesan seseorang itu terlalu privasi, kamu boleh kok pegang Instagram milik ku meskipun sebenarnya tadi aku memang kelupaan log out, tapi alangkah lebih baiknya kalau kamu minta ijin dulu dari aku kalau mau baca DM. Bahkan mama dan papa ku saja tidak ku perbolehkan untuk membaca pesan milikku tanpa seijin dari aku. Apalagi kamu yang cuma pacarku” aku berusaha tenang dalam mengucapkan kalimat ini

Irreplaceable ❤ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang