"Lama tak berjumpa" ucap seseorang yang muncul di balik pintu bersama, dengan pria berambut jingga dan bermata besar.
"Tetsuna?" ucap Kuroko hampir terjatuh, sangking pucat dan paniknya.
"Nii-san, bolehkah kami masuk?" ucap Tetsuna tampak sangat tenang.
"Tetsun-a~" Kuroko akan pingsan tepat di depan sang adik kembar, membuat keduanya panik.
"Nii-san!?" Tetsuna langsung memeluk Kuroko dan meminta bantuan Ogiwara mengangkat sang kakak.
"TETSUNA~ TETSUNA~" kuroko menangis sekencang kencangnya, tepat setelah Tetsuna memeluknya.
"Nii-?"
Setelah itu ia berhenti dan terdiam, sembari memeluk tubuh Tetsuna.
"Nii-san, bukankah sedang masak?" ucap Tetsuna mengalihkan kesedihan sang kakak.
"Ah benar ~" ucap Kuroko masih memeluk adiknya.
"Bi-biar saya saja yang mengurus sisanya, kalian bisa melepas kerinduan" ucap Ogiwara berjalan kearah dapur.
"Nii-san setidaknya kita bicara di dalam, ya~" ucap Tetsuna.
"Emp~"
Lalu tanpa melepaskan pelukannya mereka berjalan sampai ke ruang tengah, lalu Tetsuna kembali bertanya. Mengapa sang kakak bersikap seperti ini.
Dan Tetsuya yang tak bisa menahan perasaan nya pun mengungkapkan semua perasaan yang terpendam.
PRAK
"Dipikir dari manapun dia telah mengkhianatimu!! Apa kau buta!!!" sang adik sangat kesal kepada kakak nya sampai memukul meja dengan sangat keras.
"Te-tetsuna, jangan menggebrak seperti itu. Kau bisa melukai tanganmu" ucap pria itu mendekati mereka.
"???"
"Ah, nii-san aku belum mengenalkan dia dengan nii-san. Ini suamiku Ogiwara Shigeru" ucap Tetsuna memberitahu.
"Su-suami?" ucap Tetsuya terkejut.
"Emp, akupun baru mengetahuinya beberapa hari setelah nii-san menjengukku"
"Begitu Kah, kalau begitu. Tolong jaga adik saya, tolong jangan buat ia menangis seperti yang aku lakukan, karena kau pasti akan menyesal sama sepertiku saat ini" ucap Tetsuya, menyentuh lembut pipi sang adik.
"Hai~"
"Nii-san~" ucap Tetsuna lembut.
"Ini adalah karmaku dan aku akan menjalaninya semampuku" ucap Tetsuya menatap Tetsuna lembut.
"Hahaha, sudahlah. Aku menyiapkan makan maukah kalian menemaniku?" ucap Kuroko tersenyum kecil.
"Mulai sekarang nii-san bisa memanggilku atau Ogiwara-san kalau nii-san butuh bantuan kami" ucap Tetsuna.
"Emp~ arigatou, Tet-chan" ucap Tetsuya akhirnya memanggil nama sang adik dengan nama kecilnya.
"Nii-chan~"balas Tetsuna manja.
"Dan shige-chan. Mulai sekarang kau adikku juga, bolehkah aku memanggilmu seperti itu?"
"Tentu saja, nii-san"
.
.
.
Malam hari Kuroko berada di toilet kampus dan entah mengapa, ia memuntahkan semua isi perutnya.Dan untuk menghilangkan rasa mual nya ia membeli minuman kopi panas, berharap aromanya dapat menghilangkan rasa mual nya.
"Tetsuya, apa kau sudah lama menunggu?" seseorang turun dari mobil hitam yang sangat di kenal Tetsuya.
"Ti-tidak aku baru sampai"
"Apa ini?" ucap Akashi merampas paksa minuman Kuroko yang mengakibatkan kopi itu terjatuh.
"A-. (Kuroko ingin memanggil nama Akashi namun di tarik kembali) maaf Akashi-kun" ucap Kuroko tersenyum pahit kembali.
"Hentikan" ucap Akashi tiba tiba.
'Bisakah kau hentikan senyum pahitmu itu, Tetsuya. Itu sungguh menyiksaku' ucap Akashi di dalam hati.
"Eh?" Akashi tiba tiba tertegun.
"Ah, tidak, bukan apa apa. Masuklah ke dalam mobil" ucap Akashi tanpa menatap Kuroko. sebenarnya ia khawatir karena kopi bisa mengganggu kandungan, takut hal itu terjadi kepada Kuroko.
"Wakarimashita" Kuroko tanpa sadar menggunakan bahasa formal pada Akashi yang berstatus sebagai suaminya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesawat Kertas
Randompernikahan yang di atas dasarkan peraturan pemerintah, untuk menanggulangi populasi di jepang, mengatur generasi alpa, beta, omega, pernikahan Akashi dan Kuroko akankah terselamatkan?