Keesokan harinya, Rian telah bersiap siap untuk mengantar Aiq ke tempatnya sekolah, sebelum dia berangkat ke tempatnya bekerja.
"Aiq jadi anak baik ya, nurut sama bu guru, sama om clinton juga." pesan Rian pada Aiq.
"Iya ayah, Aiq kan selalu jadi anak baik" jawab Aiq riang
"Ayah berangkat dulu ya, doain ayah ya" kata Rian lagi
"Pasti ayah, ayah yang semangat ya" balas Aiq.
Rian mencium pucuk kepala Aiq dan memeluknya untuk beberapa saat. Sebelum dia berpamitan pada Clinton
"Bang titip Aiq" rian memandang clinton
"iya Ian, kamu gimana hari ini?" tanya Clinton
"Entahlah bang, aku juga nggak tau harus gimana. " jawab rian ragu
"Kamu mau gimanapun, aku akan dukung kamu ian. " clinton mwncoba memberi semangat pada Rian.
"iya bang makasih."
Rian melanjutkan perjalanannya menuju kantor, tidak seperti biasanya, hari ini rasanya Rian sangat malas berangkat ke tempat kerjanya.
Dia tahu dia akan bertemu dengan Fajar lagi. Dia tahu Fajar pasti akan mencarinya lagi. Dan Rian belum siap.Di tikungan jalan di dekat pintu masuk gudang, ada sebuah mobil yang cukup mewah terpakir. Di dalamnya seorang Fajar Alvian tengah menantikan kehadiran Rian. Dia bertekad untuk berbicara dengan Rian, dia ingin menjelaskan semuanya.
Tidak lama terlihatlah sosok Rian yang berjalan dengan gontai, Fajar yang melihat itu tersenyum lebar dan mulai merapikan bajunya. Saat Rian sudah cukup dekat dengan mobilnya, dia kemudian turun dan memanggil Rian.
"Jom . . ."
Rian yang mendengar suara itu langsung mendongak, dia menatap wajah Fajar. Rian lalu mempercepat langkahnya tanpa menghiraukan Fajar.
Fajar yang melihat hal itu langsung menangkap tangan Rian.
"Jom please dengerin aku dulu, aku pengen ngomong sama kamu Jom."
"Maaf pak, saya rasa tidak ada hal yang perlu kita bicarakan. "
"Jom, aku tahu aku salah, tapi please jangan kayak gini. Aku mau jelasin semuanya."
"Maaf pak, saya bisa terlambat. Permisi. "
Rian menghempaskan tangan Fajar dan segera bergegas masuk ke dalam gudang.
"Jom tunggu Jom. . Jom. . "
Rian tidak menggubris panggilan Fajar. Sesampainya di dalam, Rian tidak dapat menahan air matanya. Dia menangis tanpa suara, hanya air mata yang terus jatuh di pipinya.
Ahsan yang memang sudah datang terlebih dahulu, manyaksikan hal tersebut. Selama ini dia tidak pernah melihat seorang Rian ardianto menangis. Tapi sejak kedatangan Fajar, Rian berubah. Dia menjadi semakin diam, dan selalu terlihat bersedih.
"Ian, kamu nggak pa2? Kamu sakit?" Ahsan bertanya dengan nada khawatir.
Rian yang mendengar pertanyaan itu terisak semakin keras. Tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Rian lelah. Dia membutuhkan orang untuk bersandar.
Rian menubrukkan tubuhnya memeluk Ahsan. Dia menangis sejadinya di pelukan Ahsan.
Ahsan yang memang sudah menganggap Rian seperti adiknya sendiri hanya bisa mengelus punggung Rian."Kamu kalau ada apa apa boleh ngomong kok Ian. Kita semua akan bantu sebisanya."
"Aku nggak tau harus gimana bah, aku bingung bah. Tapi maaf bah aku belum bisa cerita"
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Takdir (End)
RomancePertemuan kembali Rian dengan masa lalunya. Masa lalu yang telah menghancurkan hidupnya, masa lalu yang juga memberikan harta terindah untuk Rian. Dan sebuah rahasia besar akan terungkap Boy x boy / Mpreg