chapter 11.

540 40 0
                                    

Keesokan pagi, Fajar berangkat ke kantor lebih siang. Dia mempersiapkan semuanya untuk bertemu dengan Rian. Dia akan memberikan hasil tes itu pada Rian. Dia akan memint pengakuan Rian.

Fajar tampak berjalan menuju ke arah gudang belakang.  Dia menggenggam sebuah amplop putih.  Fajar mengedarkan pandangannya mencari sosok Rian, setelah memukan sosok Rian yang berada di balik meja Fajar langsung menuju ke arah Rian. 

Tanpa berkata apapun dia menyerahkan amplop tersebut pada Rian. 

"Apa ini?" Rian tampak bingung

"Buka!" Fajar memerintahkan pada Rian. 

Rian membuka amplop itu dan membacanya perlahan. Dia menatap Fajar dengan tajam saat tahu maksud Fajar. Wajahnya mulai memerah karena marah, namun di sini ada teman temannya. Dia mencoba sebisa mungkin untuk menahan amarahnya. 

"Dia anakku Jom, kenapa kamu harus membohongi aku?" kata fajar tegas pada rian

"Dia bukan anak kamu!" Rian menjawab dengan menahan tangis

"Kamu lihat hasilnya kan Jom, dia anakku, Aiq anakku!" Fajar meninggikan suaranya. 

"Hanya karena kamu memberikan spermamu,  bukan berarti dia anakmu, mengerti!" 

Rian berkata dengan air mata yang sudah mengalir,  dia pun kemudian berjalan pergi meninggalkan Fajar. 

Fajar yang hendak mengejar Rian di halangi oleh Ahsan, Anthony dan Kevin yang sedari tadi memperhatikan mereka. 

"Kalian minggir,  ini bukan urusan kalian!" bentak Fajar

"Kami sudah pernah bilang kan, kalau anda menyakiti Rian anda akan berurusan dengan kami!"  Kevin menjawab dengan nada yang tak kalah galak. 

"Sekarang jelaskan pada kami apa yang terjadi sampai Rian bisa seperti itu,  atau kami tak akan pernah mengijinkan anda mendekatinya lagi." Ahsan memberikan ancaman pada Fajar.

Fajar yang tidak memiliki pilihan,  mulai menceritakan apa yang terjadi dulu,  dan dia juga menceritakan jika dia dan Rian memiliki anak laki laki, yang dia pun baru tahu.  Fajar juga menceritakan jika dia jatuh cinta pada Rian dan bagaimana dia hampir gila saat Rian menghilang. 

"Saya tahu saya salah,  tapi saya ingin memperbaiki semuanya."  fajar memelas

"Ternyata anda brengsek juga ya," kevin sangat marah mendengar cerita itu. 

"Vin omonganmu itu lho," Anthony mengingatkan kevin

Ahsan memandang Fajar sejenak,  dia tahu Fajar bukan orang jahat. Dan Ahsan merasa Fajar benar benar mencintai Rian. 

"Kalau menurut saya,  Rian tidak membenci anda, tetapi dia hanya marah dan kecewa." kata Ahsan

"Maksud kamu?" Fajar merasa bingung. 

"Kalau dia membenci anda,  mungkin sudah sejak dulu dia melupakan anda dan menikah dengan orang lain."  Ahsan berhenti sejenak

"Tapi Rian tidak pernah mau kami kenalkan dengan orang lain. Mungkin dia sedang menunggu anda." tukas Ashan

Fajar memandang Ahsan penuh tanda tanya.

"Menungguku?" tanya Fajar

"Ya,  menunggu anda untuk meminta maaf padanya, dan membawanya pulang." Ahsan coba menjelaskan

Fajar masih terdiam mendengar pernyataan Ahsan. Tapi dia sudah pernah meminta maaf sebelumnya. 

"Aku sudah berkata maaf padanya, tapi dia masih saja keras kepala." Fajar merasa bingung.

Permainan Takdir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang