Sudah satu minggu sejak kejadian Fajar membawa Aiq. Selama itu pula Fajar terkesan menjauh dari Rian dan Aiq. Dia tidak lagi menampakkan dirinya di hadapan Rian, dia juga tak lagi pergi ke tempat Aiq sekolah ataupun mendatangi rumah Rian.
Fajar sengaja melakukan ini karena dia sedang menunggu sesuatu. Dia sedang menunggu bukti bahwa yang menunjukkan aiq adalah anaknya.
Hari ini Fajar mendatangi rumah sakit untuk mengambil hasil tes dna nya dengan Aiq. Ya satu minggu yang lalu saat Fajar membawa Aiq, mereka sempat ke rumah sakit untuk tes dna. Dan hari ini hasilnya telah bisa dilihat.
Fajar membuka kertas itu dengan perlahan, hatinya berdebar debar. Dia yakin Aiq adalah anaknya. Tapi dia harus membuktikan pada Rian jika Aiq adalah anaknya.
Fajar tersenyum lebar, wajahnya penuh dengan kebahagiaan. Kertas itu menyatakan Aiq adalah anaknya!
Sekarang Fajar bisa sedikit tenang.Fajar langsung teringat dengan seseorang. Dia harus memberitahu mereka tentang Aiq segera. Agar mereka tak lagi membuat Fajar gila dengan menyuruh Fajar segera menikah. Fajar segera bergegas pergi ke rumah orang tuanya.
Setelah mengendarai mobil untuk beberapa saat Fajar kini sudah tiba di kediaman orang tuanya.
"Assalamualaikum, mah, pah." fajar memasuki rumah itu dengan mengucap salam
"Walaikumsalam, eh anak kesayangan mama tumben pulang kerumah?" jawab mama fajar
"Nggak boleh Fajar pulang?"
"Ya boleh dong sayang, apalagi kalau bawa gandengan, mama sama papa pasti tambah bahagia."
"Iya jar, kapan kamu mau menikah? Papa kenalin sama anak temen papa kamu juga nggak mau." Ayah Fajar menyahut.
"Fajar ada kabar, tapi nggak tau ini bikin papa sama mama gembira atau marah." Fajar menjawab dengan sedikit ragu.
"Maksud kamu apa?" mama Fajar sedikit bingung.
Fajar menyerahkan selembar amplop pada mamanya. Wanita paruh baya itu membuka amplop itu dengan rasa penasaran. Di kertas itu tertulis nama Fajar Alvian dan Fariq Putra Ardianto. Dan tulisan 'kecocokan 99%'.
"Apa maksudnya ini?" Mama Fajar bertanya dengan wajah kebingungan.
"Aku sudah punya anak ma." kata fajar dengan nada lirih
"Apa?" mama dan papa Fajar terkejut.
"Kamu menghamili anak orang tanpa menikah? Dasar anak kurang ajar." papa Fajar melayangkan pukulan ke arahnya hingga Fajar tersungkur.
"Pa, sabar pa, kita dengarkan dulu penjelasan Fajar." mama Fajar menenangkan.
"Mama ingat waktu kuliah dulu aku sempat patah hati sampai jadi seperti orang gila?" Fajar mulai menjelaskan
"Yang waktu kamu kerjaanya marah marah nggak jelas itu kan?"
"Iya ma, mama ingatkan apa yang aku ceritakan saat itu?" Fajar berkata dengan wajah yang memelas.
"Kamu menjadikan adik kelas kamu taruhan kan, eh tapi kamu malah jatuh cinta beneran, tapi saat dia tahu dia langsung menghilang dari kehidupan kamu, nah kamunya jadi seperti orang gila."
Mama Fajar menceritakan sambil berusaha mengingat kembali."Ohh, kamu jadi seperti orang gila gara-gara itu jar." Papa Fajar menyahut.
"Iya pa, dan sebelum itu Fajar sempat memaksa dia untuk melakukan 'nya' dengan Fajar."
"Memaksa? Sampai dia punya anak? Bener bener kurang ajar kamu ya jar." papa Fajar menunjukkan kemarahannya.
"Pa aku tahu aku salah, tapi saat itu aku tidak bisa menahan diri." Fajar membela diri.
"Tunggu, kalau itu terjadi saat kamu kuliah, berapa usia anak itu sekarang?" mama Fajar bertanya
"Aiq saat ini berumur 5 tahun ma, dia sangat lucu, dan dia sangat mirip denganku saat kecil."
Fajar mengambil handphonenya, dan memperlihatkan foto Aiq, dia memgambilnya seminggu yang lalu saat menjemputnya.
Papa dan mama Fajar memperhatikan foto itu, timbullah rasa sayang di hati mereka. Ingin rasanya mereka bertemu."Jadi namanya Aiq?? Nak, mama ingin bertemu dengan cucu mama." hati mama fajar luluh seketika
"Mungkin akan sedikit sulit ma, karena ayahnya sangat keras kepala." Fajar menimpali,
"Ayah? Gadis itu sudah menikah lagi?"
"Orang yang melahirkan Aiq bukan perempuan ma, dia laki-laki." jawab fajar ragu
"Apa maksud. . . ,?" mama Fajar terdiam sejenak
"Dia seorang 'male pregnant' ma." Jawab Fajar dengan wajah tertunduk.
"Jadi kamu menghamili laki-laki? Papa Fajar terkejut bukan main.
"Maafin Fajar pa, tapi Fajar sangat mencitainya pa." Fajar terlihat sangat bersedih.
Papa Fajar memandang anaknya dengan seksama. Belum pernah selama ini dia melihat anaknya serapuh itu. Apakah ini karena Fajar telah menjadi ayah? Hati papa Fajar meluluh, akhirnya anaknya telah menemukan cintanya.
"Kalau begitu bawa mereka kemari,"
Titah papa Fajar.Fajar takut kalau kalau Papanya tidak menyukai Rian, dan akan melakukan hal yang buruk, memisahkan mereka misalnya. Namun katakutan Fajar segera sirna.
"Berani sekali dia menolak anak papa, pokoknya dia harus terima." kata papa Fajar yang dibuat seolah marah.
"Terimakasih, pa ma." Fajar memeluk mereka.
"Kebahagiaan kamu itu kebahagiaan kami juga nak," jawab papa Fajar sambil mengelus kepala anknya.
"Oh iya, siapa nama ayahnya itu nak?? Tanya mama fajar lagi
"Namanya Rian ma, dia sangat tampan dan juga sangat baik ma, mama pasti suka." cerca fajar pada mamanya
Mama fajar yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum bahagi melihat anaknya bahagia.
"Oh iya ma pa, Rian saat ini bekerja di perusahaan cabang yang aku pegang,"
"Kok bisa kebetulan?" tanya mama Fajar heran.
"Sebenarnya sebelum perusahaan itu jadi milik kita, dia sudah bekerja di sana ma."
"Wah ini benar benar takdir Tuhan nak, kamu harus bawa dia pulang."
"Doain aku ya mah, masalahnya dia susah banget orangnya." adu fajar pad mamanya
"Walaupun dia tahu kamu direktur perusahaan?" Tanya mama Fajar terheran.
"Iya ma, kenapa memangnya?"
"Pokoknya mama nggak mau tahu, dia harus jadi menantu mama!" Perintah mama Fajar.
"Iya ma, semoga saja hatinya luluh."
Fajar tersenyum bahagia, satu rintangan sudah dia lewati. Kini tinggal tantangan terbesar yang harus dia lalui. Menaklukkan dan merebut kembali hati Rian.Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Takdir (End)
RomancePertemuan kembali Rian dengan masa lalunya. Masa lalu yang telah menghancurkan hidupnya, masa lalu yang juga memberikan harta terindah untuk Rian. Dan sebuah rahasia besar akan terungkap Boy x boy / Mpreg