chapter 14. (END)

651 32 2
                                    

Fajar sudah keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu. Sejak saat itu pula Fajar meminta Rian untuk tinggal di apartemennya. Fajar beralasan agar ada seseorang yang bisa mengurusnya. Rian menyanggupi hal itu, dia merasa dia juga punya andil atas apa yang terjadi pada Fajar.

Rian dengan telaten mengurus keperluan fajar, mulai dari makan, sampai menyiapkan baju kerja fajar. Fajar pun kini merasa sangat bahagia karena Rian dan Aiq kini telah bersamanya.

"Dek, nanti pulangnya kamu tunggu mas dulu ya, kita jemput Aiq sama sama?" kata fajar sebelum masuk ke dalam mobil.

"Memangnya mas pulang cepet hari ini?? Tanya Rian sambil mendudukkan Aiq di kursi belakang menggunakan kursi balita.

"Iya, nanti kita mampir bentar ke satu tempat."

Fajar dan Rian kini sering berangkat bersama, namun Rian biasanya pulang lebih dulu dibandingkn Fajar. Karena memang sebagai seorang bos Fajar sering pulang lebih sore dari pegawai yang lainnya.

Setelah mengantarkan Aiq kesekolah Fajat menuju jalan di gudang belakang untuk mengantar Rian.

"Aku duluan ya mas" kata Rian sambil mencium tangan Fajar.

Rian hendak turun dari mobil, tapi Fajar menahan tangannya. Seketika Rian menoleh ke arah Fajar. Dia melihat fajar menunjuk pipinya sendiri dengan jarinya. Rian yang mengerti hal tersebut langsung mencium pipi fajar dengan cepat.

"muachhh. . ., udah kan, sekarang lepasin tanganku.!" perintah Rian dengan muka memerah

"Yah kok gitu doang sih dek? Kata Fajar dengan muka cemberut.

"Ihhh, mas aku nanti terlambat nih, nanti aku dimarahin sama babah." rengek Rian.

"Tenang aja, kan aku yang punya perusahaan, nanti biar dia aku yang urus," jawab Fajar

"jangan gitu ah mas, kok seenaknya sih, mereka temen aku lho, mereka juga orang baik." Rian terlihat cemberut

"Bercanda atuh dek, jangan cemberut, nanti cantiknya ilang,"Fajar mencoba menenangkan Rian.

"Apaan sih mas gombal banget, aku ini ganteng ya nggak cantik. Udah ah aku turun, Assalamualaikum." Rian kemudian melepaskan tangan Fajar dan turun dari mobil

"Walaikumsalam cintaku." jawab Fajar diikuti dengan kissbye

Rian kemudian masuk ke dalam gudang tempatnya bekerja. Sebernarnya Fajar sudah meminta Rian untuk berhenti bekerja. Namun Rian menolak, karena dia tidak ingin bergantung pada Fajar dan ini adalah salah satu tempat di mana rian bisa bertemu dan berkumpul dengan teman temannya.

Sesampainya digudang rian memulai pekerjaannya seperti biasa, teman teman nya sudah mengetahui semua masalah rian dan fajar.

Hari sudah mulai sore, rian keluar dari gudang menuju ke jalan depan gudang bersama dengan teman temannya. Di ujung jalan terlihat mobil fajar sudah menunggu. Rian kemudian berpamitan pada teman temannya.

"Bah, nik, vin, aku duluan ya, udah di tunggu." kata Rian pada teman temannya.

"Iya ian, ati ati ya. " jawab antony disertai dengan anggukan kedua orang lainnya.

Rian kemudian bergegas menuju ke mobil fajar, dia langsung masuk ke dalam mobil dan kemudian mencium tangan fajar.

Mereka kemudian pergi menuju ke sekolah aiq untuk menjemputnya. Sesampainya di sana mereka lalu menjemput aiq dan berpamitan pada guru yang menjaga di sekolah tersebut.

Didalam mobil rian dan fajar berbincang bincang satu sama lain, tak lama mobil tersebut berhenti di sebuah tempat, yang tak asing untuk rian. Dia memandang fajar dalam.

" mas, ini kan. . ." gumam rian pada fajar.

Fjar yang sedari tadi memandang rian hanya menggangguk, dan mengajak rian untuk turun.

" yuk turun, aiq biar mas yang gendong." ajak fajar pada rian.

Mereka berdua lali turun, fajar meraih tangan rin dan menggenggamnya erat. Mereka kemudian berjaln bersama memasuki area tersebut yang ternyata adalah sebuah pemkaman.

Fajar ternyata mengajak rian untuk mengunjungi makam kedua orang tua rian.

Mata rian nampak berkaca kaca memandng nisan kedua orang tuanya. Rian kemudian terduduk di samping nisan itu.

" bapak, ibu, ian dateng, maaf kalau selama ini ian jarang mengunjungi bapak sama ibu. " kata ian sambil terisak.

Fajar lalu ikut terduduk di samping rian, dia memeluk pundak rian.

" bapak, ibu, maaf saya baru bisa berkunjung, saya sungguh mint maaf." fajar berhenti sejenak.

" kedatangan saya kemari adalh untuk meminta restu dan ijin untuk menikahi rian." kata fajar yang membuat rian terkejut.

Rian yang mendengar hal itu seketika menatap wajah fajar dengan mata yang membulat.

" saya juga ingin meminta maaf, karena saya pernah menyakiti rian dengan sangat buruk. " tambah fajar

" tetapi saya berjanji saya akan menjaga rian dan aiq, dan saya akan membahagiakan mereka." kata fajar kemudian.

Rian yang mendengar hal itu meneteskan air mata, bukan karna bersedih tetapi karena rasa bahagia.

"Terimakasih, karena telah membesarkan seorang lelaki hebat seperti rian, mulai sekarang rian dan aiq adalah tanggung jawab saya, dan saya pastikan mereka akan baik baik saja. " Fajar melanjutkan perkataannya yang disambut dengan pelukan dari rian.

"bapak, ibu, sekarang rian ada yang jagain, jadi bapak sama ibu nggak perlu khawatir lagi, " kata rian sambil terisak.

Hari mulai gelap, fajar dan rian meninggalkan tempat itu dengan tangan yang saling bertaut, dan aiq yang berada di gendongan fajar. Mereka menuju rumah mereka dengan senyum terkembang, dan kebahagiaan di hati mereka.



-----@@@ END @@@-----










Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Permainan Takdir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang