chapter 12.

563 38 3
                                    

Rian dan teman temannya kini tengah berada di gudang melakukan pekerjaannya seperti biasa. Ada yang tengah merapikan barang,  membersihkan lantai ada pula yang tengah melakukan pembukuan.

Dari kejauhan nampak seorang wanita berjalan menuju ke arah gudang tersebut. 

"Permisi."

Wanita paruh baya itu berdiri di depan gudang, wajahnya terlihat sangat berantakan. Matanya terlihat sembab. Kentara sekali jika wanita itu habis menangis.

Ahsan yang berada di bagian depan menghampiri wanita itu. 

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ahsan

"Bisa bertemu dengan saudara Rian?" jawab wanita itu

Ahsan yang mendengar itu segera memanggil Rian yang ada di  bagian belakang. 

"Ian,  ada yang nyariin." kata Ahsan

"Siapa bah?" tanya Rian

"Aku juga nggak tau ian, kamu temuin dulu aja."

"Iya bah."

Rian berjalan ke depan gudang, dia melihat sesosok wanita paruh baya yang belum pernah dia lihat. Wajah wanita itu terlihat sangat sedih dan penuh kekhawatiran. Matanya sembab tanda dia habis mengangis. Rian merasa heran, siapa wanita itu.

"Permisi bu,  saya Rian, ada yang bisa saya bantu?"  tanya Rian mengawali pembicaraan. 

Wanita itu memandang wajah Rian,  tanpa bicara apapun dia menghambur memeluk Rian dan mulai menangis. 
Tanpa tahu apa-apa Rian balik memeluk wanita itu untuk menenangkannya.

"Fajar, dia koma nak!" isak wanita itu yang ternyata adalah mamanya Fajar.

Rian terbelalak mendengar hal itu. Baru kemarin dia bicara dengan Fajar.  Tapi hari ini di mendengar kabar ini. Seakan tidak ingin mempercayainya. 

"Fajar? Fajar Alfian?" tanya Rian meyakinkan

"Iya nak,  semalam dia mengalami kecelakaan." tangis mama Fajar semakin keras

"Di mana dia sekarang bu?" Rian merasa khawatir

"RS Cipayung, tolong ikut ibu sekarang ya nak." pinta ibu fajar

Rian hanya mengangguk tidak dapat berkata apa apa lagi. Di merasa khawatir pada Fajar.  Dan entah mengapa Rian juga merasa bersalah pada Fajar, atas penolakannya kemarin. 

Rian mengikuti mama fajar memasuki mobilnya. Mereka berdua duduk di bagian belakang.

Dalam perjalanan,  mama Fajar masih terus menangis. Rian hanya bisa memegang tangannya dan menenangkannya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Fajar.

"Apa yang sebenarnya terjadi bu?"

"Ibu juga tidak tahu nak,  kemarin sore Fajar menelepon ibu, dia bilang semuanya sudah berakhir." kata mama fajar lirih

Rian terdiam, apakah maksud kata kata Fajar ada hubungannya dengan Rian.

"Lalu pada malam harinya teman Fajar menelepon ibu,  katanya Fajar mabuk dan mengalami kecelakaan."  tangis mama Fajar semakin keras

Rian merasa semakin bersalah,  apa ini benar gara gara dia? Waktu terasa sangat lama,  Rian berharap agar segera sampai di rumah sakit.  Dia ingin segera melihat wajah Fajar.  Wajah yang kini sangat ia rindukan. 
Tak dapat  dipungkiri bahwa dia sebenarnya masih mencintai Fajar. Namun egonya lebih besar. 

Beberapa saat kemudian mereka telah sampai di rumah sakit,  mama Fajar berjalan di depan membimbing Rian menuju ke ruangan Fajar.  Fajar sudah dipindahkan dari ruang emergency beberapa saat yang lalu. 

Permainan Takdir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang