Chapter 7.

546 48 1
                                    

Setelah kejadin hari itu Fajar sudah jarang menemui Rian. Dia merasa sudah tidak ada gunanya lagi dia mengejar Rian. Namun fajar tetap tidak bisa menghilangkan wajah rian dari angannya. 

Fajar mulai membuka folder di komputernya,  dia membuka data pegawai di perusahaannya. Dia ingin melihat wajah rian, dia juga ingin mengetahui siapa wanita yang berhasil menaklukkan riannya. 

Ketemu!
Fajar kemudian membuka file yang berjudul Muhammad Rian Ardianto.
Dan mulai menelusuri satu persatu data diri Rian. Mata fajar terhenti di satu baris kalimat. 

Status : Belum menikah. 

Mata fajar terbelalak melihat hal itu.  Apa rian sudah membohonginya?  Atau data tersebut yang belum diperbarui? 
Tapi seingat fajar di perusahaan itu, data diri karyawan akan segera disesuaikan jika ada pergantian. 

Fajar kemudian memanggil bawahannya. Bayu, bawahan Fajar Alfian yang lingkup pergaulannya dari intel sampai preman. 

"Bay,  saya butuh bantuan kamu"

" Ya pak,  anda butuh bantuan apa pak?"

"Kamu liat foto ini?. Dia adalah salah satu karyawan di perusahaan ini.  Saya mau kamu cari informasi tentang dia,  sedetail detailnya."

"Apa dia membuat masalah dengan bapak? "

"Tidak, bukan begitu, aku hanya ingin tahu. Satu lagi jangan sampai dia tahu."

"Baik pak,  saya akan menyampaikan hasilnya secepat mungkin."

"Oh iya,  yang terpenting cari tahu siapa istrinya.!!

"Baik pak." bayu menjawab singkat  sebelum meninggalkan ruangan itu. 

Selama menunggu informasi dari bawahannya, Fajar kerap memperhatikan Rian dari jauh. 
Seperti hari ini,  Fajar diam diam mengikuti Rian yang pulang untuk menjemput Aiq. 

Fajar menyaksikan, seorang anak kecil yang berlari menghampiri Rian,  dan Rian yang tersenyum menyambutnya. Senyum yang selama ini ingin Fajar lihat.

"Jadi itu anak Rian," gumam fajar lirih

Fajar memandang anak itu,  entah kenapa ada rasa sayang yang timbul di hatinya. Fajar mengamati mereka sampai mereka menghilang di tikungan jalan. 

Fajar kembali ke apartemennya,  masih teringat senyum Rian serta wajah anak Rian itu,  dia ingin tahu lebih banyak tentang mereka.  Fajar sudah tak sabar menunggu informasi dari bawahannya. Fajar sungguh ingin tahu wanita seperti apa yang berhasil mendapatkan hati Rian. 

Hati berganti hari,  Fajar kini berada di kantornya,  dia sibuk mengerjakan laporan laporan yang harus dia tanda tangani.  Terdengar suara ketukan di pintunya.

"Masuk" fajar memberi perintah. 

"Selamat siang pak,  saya sudah mendapatkan hasil pencarian tentang saudara Rian."

"Duduk!"

"Terimakasih pak."

"Jadi siapa istri Rian? Apa kamu sudah mendapat informasi yang lengkap?"

Fajar memburu bawahanya itu untuk segera menyampaikan informasinya.  Dia tidak sabar untuk mengetahui wanita yang sudah merebut hati Rian. 

"Saudara Rian tidak memiliki seorang istri, bahkan dia tidak pernah menikah seblumnya pak."

Fajar yang mendengar hal tersebut menjadi bingung. Lalu Aiq itu anak siapa?  Apa Rian mengadopsi seorang anak? 

"Kamu jangan bercanda ya,  Rian itu sudah punya anak. Kalau dia belum menikah lalu itu anak siapa?  Hah!!"

"Ya benar pak, Rian sudah punya anak, dan itu adalah anak kandungnya."

"Maksud kamu apa,  kamu bilang Rian tidak menikah, lalu kamu bilang itu anak kandung Rian, Lalu dari mana dia mendapatkan anak itu,  mana yang benar??"

Fajar berkata dengan nada yang sedikit naik,  menunjukkan ketidaksabarannya. 

"Saudara Rian adalah seorang 'male pregnant' pak."

Fajar terdiam mendengar perkataan bawahannya. 

"Male Pregnant?" tanya fajar lirih"

"Benar pak, Rian punya anak dengan seorang laki laki,  dia dihamili pak."

Fajar bagai tersambar petir di siang hari,  dia tidak menyangka jika Rian adalah seorang male pregnant, Rian tidak pernah mengatakan hal itu padanya. Jika itu benar lalu siapa laki laki yang sudah menghamili Rian? 

"Lalu kamu tau siapa laki laki yang sudah menghamili Rian? 

"Maaf pak untuk identits lelaki tersebut,  saya belum bisa mendapatkannya,  karena saudara Rian sendiri pun sangat merahasiakan hal ini."

Fajar sangat berharap bahwa Aiq adalah anaknya,  mengingat dia pernah melakukan hal tersebut dengan Rian,  meskipun hanya satu kali. 

"Kalau mengenai anak itu,  anaknya Rian?"

"Dia bernama Fariq Putra Ardianto pak, saat ini umurnya sekitar 5 tahun,  dia bersekolah di sebuah taman kanak kanak tidak jauh dari kantor ini pak,  dan saudara Rian selalu mengantar dan menjemputnya setiap hari. "

5 tahun?  Jika ditambah dengan masa kehamilannya,  maka itu sesuai dengan waktu Rian keluar dari kampus dan menghilang darinya. Fajar semakin berharap Aiq adalah anaknya dengan Rian.

Anak buah Fajar itu melanjutkan laporannya. 

"Selain itu, menurut rumor saudara Rian dihamili oleh kakak tingkatnya waktu dia masih kuliah, sehingga dia memutuskan untuk keluar  dan pindah ke kota kecil ini pak."

Fajar yakin sekarang bahwa anak tersebut adalah anaknya. Itulah mengapa Rian marah saat dia bertanya tentang Aiq. Rian tidak ingin Fajar tau tentang Aiq. 

"Baiklah kamu boleh keluar,  dan cari informasi lebih banyak tentang Rian."

"Baik pak,  saya permisi."

Fajar semakin ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi,  apa yang disembunyikan Rian darinya.  Apakah Aiq benar benar anak kandungnya?

"Aku harus memastikan ini."


Bersambung





Permainan Takdir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang