✔ Maniac 1

36.4K 983 13
                                    

"Sayang kalau lagi sama aku, bisa nggak sih nggak lihatin paha cewek lain!"

Jennie merengut sebal lalu menarik dagu Lisa agar menatapnya. Lisa mendengus lalu menghempaskan tangan Jennie yang menyentuh dagunya.

"Aku nggak lihatin paha, tapi aku lagi lihatin itunya tuh!"

"Itunya apa maksudnya?" cecar Jennie masih tidak terima jika Lisa melirik bagian-bagian menonjol wanita lain.

"Itu yang gede dan memantul-mantul. Duh, bikin ngiler deh!"

BRUK!!!

"Aduh! Kok kepalaku malah ditimpuk sih! Emangnya aku salah apa sama kamu?" tanya Lisa sambil mengelus kepalanya yang baru saja ditimpuk Jennie dengan tasnya.

"Salah sendiri matanya jelalatan!" kesal Jennie malah menyubit perut Lisa bertubi-tubi.

"Ampun! Ampun! Ampun! Eh, sayang sakit! Udah! Aku nggak jelalatan lagi deh!" Lisa meringis saat Jennie menyubit perutnya di akhir. Rasanya sangat sakit sekali, menurut Lisa. Bahkan mengalahkan gigitan lebah sekalipun.

"Aku mau pulang!" tegas Jennie.

"Tapi, aku laper loh sayang.. Baru aja kita pesen makanan. Udah minta pulang aja sih!" Lisa memelas karena seumur hidup ia baru saja menginjakkan kedua kakinya di restoran jepang ini. Sayang sekali jika ia melewatkan masakan mewah di restoran sebesar ini.

"Pokoknya aku mau pulang, titik!" Jennie masih kesal dan terus meminta ingin pulang. Moodnya sudah benar-benar tidak baik hanya karena mata Lisa yang jelalatan.

"Terus makanannya gimana?"

"Bodo amat!"

"Yaudah, kita pulang. Tapi bayar dulu dong makanannya, sayang."

Jennie yang tadinya kesal semakin bertambah kesal melihat Lisa yang tengah tersenyum manis kearahnya. Jennie meletakkan empat lembar uang seratus ribu di meja lalu pergi begitu saja meninggalkan Lisa yang masih sempat-sempatnya mengambil satu lembar seratus ribuan di meja yang baru saja diletakkan Jennie disana.

"Lumayan buat beli daleman." gumam Lisa lalu mengejar kekasihnya.

○○○

Motor vespa berwarna kuning kini sudah terhenti di sebuah gerbang rumah mewah gang elit. Jennie melepas helmnya lalu melemparnya kearah Lisa. Lisa yang tersadar langsung menangkapnya dan mengaitkannya di kaca spion.

"Sayang, udahan dong marahnya..." Lisa mengejar Jennie dan berhasil meraih lengannya.

"Salah sendiri matanya jelalatan!" Jennie melepas kasar tangan Lisa lalu melangkah memasuki gerbang rumahnya yang sudah terbuka lebar.

"Aku nggak jelalatan kok! Aku cuma jelalatan sama kamu doang." ucap Lisa membuat Jennie semakin igin mencubit bibir tebal Lisanya itu.

"Preet!!! Pulang sana! Aku males lihat wajah kamu!"

"Maaf Mbak Jennie, Tuan Kim sedang mencari Mbak Jennie sejak tadi." sela Pak Derman dengan sopan.

"WHAT?!! Sejak kapan ayah pulang?" tanya Jennie tampak sangat terkejut.

"Sore tadi, Mbak Jennie."

"Kenapa Pak Derman tidak telfon aku dulu?"

"Maaf, Mbak Jennie. Saya tidak punya pulsa." Pak Derman melebarkan senyumnya membuat Jennie langsung menepuk jidatnya.

"Kelar deh hidup gue!" gumam Jennie lalu berlari untuk menemui ayahnya.

"Lhah! Terus apa kabar gue?" gerutu Lisa menatap Jennie yang berlari dengan terburu-buru untuk menemui ayahnya.

ManiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang