Jennie tercengang melihat dua garis biru pada tespack yang baru saja ia beli dari apotik pagi tadi. Tangannya tampak gemetar melihat tespack yang sedang ia genggam. Pikirannya tiba-tiba langsung melayang kemana-mana. Ia takut menghadapi resiko kedepannya.
"A-aku hamil? Benarkah aku hamil? Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?" gumamnya sambil menggigit jari-jarinya.
"Apa aku harus memberi tahu Lisa? Apakah dia senang? Tentu saja! Dia harus senang! Karena bagaimana pun dia yang selalu menggenjotku setiap kita bertemu!" gumamnya kemudian mendecih mengingat bagaimana seorang Lalisa selalu memperkosanya setiap bertemu.
"Tenanglah di dalam perut momy, sayang! Dadymu pasti akan menerima kehadiranmu. Kau tenang saja disana. Momy akan memotong penisnya kalau dadymu berani menolakmu!" ucapnya seraya mengelus perutnya yang masih rata.
Usia kandungan Jennie masih terbilang sangat muda. Kira-kira masih berusia dua mingguan. Awalnya Jennie ragu dengan jabang bayi yang ada didalam kandungannya tetapi setelah mengingat bagaimana kelakuan Lalisa yang terkadang jelalatan membuat Jennie berniat mempertahankan jabang bayi ini. Bahkan Jennie tidak peduli dengan resiko kedepannya. Karena yang terpenting, ia selalu bersama Lisanya kedepannya.
"Awas aja kalau dia nggak mau tanggung jawab, aku akan melempar tubuhnya di kandang anjing peliharaan ayah saat itu juga!"
○○○
"Sayang!"
Jennie berteriak didalam kost Lisa. Ia sudah membeli banyak makanan untuk Lisa. Karena Jennie tahu kalau Lisa sedang malas kemana-mana hari ini.
"Sayang! Aku bawain banyak makanan buat kamu." Jennie meletakkan makanan yang ia bawa diatas meja. Beberapa saat kemudian Lisa muncul dari kamar mandi dengan ekspresi datar.
"Ngapain cemberut kayak gitu?!" tanya Jennie sangat tidak suka kalau Lisanya menjadi tidak seperti biasanya.
"Aku laper mau makan!" jawab Lisa ketus dan sengaja menggeret kursi dengan tidak biasa sehingga membuat suara yang gaduh.
"Biasa aja dong kalau mau duduk!" ketus Jennie membuat Lisa makin membuat gaduh dengan menggeret kursinya berkali-kali.
"BISA NGGAK SIH BIASA AJA KALAU MAU DUDUK!!!" Jennie sengaja menendang penis Lisa dengan jemari kakinya sehingga membuat Lisa memekik kesakitan.
"SAKIT BEGO!" umpat Lisa sambil memegangi penisnya yang nyeri akibat tendangan kekasihnya. Jennie terbelalak saat Lisa mengumpatinya.
"Kamu berani mengumpat lagi, hah?!" sentak Jennie membuat Lisa menelan ludahnya kasar.
Lisa menggeleng lalu mencium punggung telapak tangan Jennie berkali-kali.
"Ampun, sayang! Ampun! Enggak lagi deh."
○○○
"Sayang!"
"Apa?" sahut Lisa merasa terganggu karena tiba-tiba Jennie membangunkannya disaat jam tengah malam seperti ini.
"Jalan-jalan yuk!"
"Aku ngantuk, yang. Tidur aja nggak usah aneh-aneh." Lisa kembali tidur dan kembali memeluk Jennie lagi.
"Sayang, aku pengen jalan-jalan naik motor." pinta Jennie mencoba membangunkan Lisa lagi tetapi Lisa terlihat enggan membuka matanya.
"Besok aja ya?" Lisa menyahut tanpa membuka matanya lalu ia sengaja menggenjot tiga kali penisnya yang sedari tadi bersarang divagina milik Jennie dari belakang. Padahal penisnya sedang tertidur didalam vagina Jennie.
"Lisa! Kok malah digenjot sih! Aku tuh pengen jalan-jalan sama kamu naik motor! Bukan minta digenjot!" Jennie memukul lengan Lisa sementara yang dipukul sama sekali tak menghiraukannya.
