✔ Maniac 6

9K 570 87
                                    

Jennie mengeratkan pelukannya dilengan Lisa. Sejak tadi ia mendengar suara jeritan para wanita pendosa yang sedang melakukan proses aborsi didalam sana. Semakin jelas suara jeritan mengerikan itu hingga membuat Jennie benar-benar ketakutan setengah mati.

"Kamu bisa lakukan itu. Demi hubungan kita." bisik Lisa mencoba menenangkan Jennie yang sedang dilanda ketakutan.

"Nanti kamu temenin aku ya?" suara Jennie bergetar dan pilu. Mungkin bagi orang yang mendengar suara Jennie pasti merasa kasihan.

"Iya."

Lisa mengeratkan genggaman tangannya dijemari Jennie. Bahkan sejak tadi tangan mereka saling menggengam tak ingin lepas. Dan Lisa juga membiarkan bahunya sebagai sandaran kepala Jennie.

"Gue iri sama Lisa. Lisa benar-benar beruntung bisa dapetin Jennie." ucap Bambam berbisik pelan tetapi hanya terdengar oleh Jimin dan Jungkook.

"Ternyata Jennie asline cantik dan putih banget. Beda sama kita yang kusam." sahut Jimin berbisik.

"Bahkan kalau gue lihat Jennie kayaknya udah cinta mati sama Lisa." timpal Bambam ikut berbisik.

"Kok Jennie doyan sama Lisa sih!" bisik Jimin sangat menyayangkan wanita secantik Jennie bisa cinta mati dengan seorang Lisa yang benar-benar berbeda dengannya.

"Ternyata Lisa nggak halu. JENLISA is REAL!" sahut Bambam berbisik.

Tak lama kemudian, salah satu pasien yang sudah selesai aborsi keluar dari ruangan. Ternyata pasien itu adalah gadis SMA. Karena terlihat dari seragam yang ia kenakan. Seharusnya gadis SMA itu ditemani oleh kekasihnya tetapi sayangnya gadis SMA itu hanya ditemani oleh ketiga teman wanitanya. Bisa jadi kekasihnya sudah membuangnya setelah mendengar berita kehamilannya.

"Ini sakit banget!" Gadis SMA itu menjerit kesakitan bahkan Jennie bisa melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri bahwa darah segar terus mengalir di sekujur paha hingga mengenai kaus kaki putihnya.

"Tahan dulu ya? Kita bakal ada buat lo." ucap ketiga temannya terlihat begitu khawatir melihat keadaan sahabatnya.

"SELANJUTNYA!!!"

Teriakan sang dukun aborsi seperti sebuah penggiring lagu kematian bagi Jennie. Jennie benar-benar sangat takut. Bahkan ia semakin mengeratkan tubuhnya pada Lisa. Lisa mengintruksi Jennie untuk masuk kedalam tetapi sepertinya Jennie benar-benar tidak mau mau masuk kedalam.

"Sekarang giliran kamu." ucap Lisa dengan lembut.

"Lisa, lebih baik kita pulang aja. Sepertinya Jennie tidak siap." tahan Jungkook sambil menatap iba pada Jennie.

"Jennie harus siap! Aku yang akan menemaninya. Kau, Jimin dan Bambam bisa pulang lebih dulu. Aku akan didalam bersamanya." ucap Lisa benar-benar berpihak pada egonya.

"Gue serius! Gue nggak main-main!" sela Jungkook mencoba menahan emosinya karena jengah dengan sikap keras kepala Lisa.

"Bahkan gue lebih serius dan nggak main-main!" tekan Lisa setengah emosi. Kali ini Lisa tidak suka jika Jungkook mencoba menahannya.

"Ayo masuk!" ucap Lisa menggiring Jennie masuk kedalam ruangan dengan pelan. Setelah pintu tertutup Jungkook langsung mengusap wajahnya dan menjambak rambutnya sendiri.

"Dasar cowok pengecut!! Tolol! Bego! Anjing!" umpat Jungkook benar-benar muak dengan kelakuan pengecut Lisa. Bahkan Jungkook sangat menyesal telah membawa Lisa di tempat penuh dosa ini.

Sementara didalam Jennie sudah berbaring ditempat tidur yang hanya beralas tikar daun pandan dan juga kain tipis. Bahkan si dukun tua yang sudah tidak cantik lagi itu membawa satu ember berisi air.

Lisa terlihat cemas. Bahkan Lisa sendiri juga merasakan ketakutan luar biasa pada dirinya. Lisa tak henti-hentinya menguatkan Jennie bahkan ia sendiri tak ingin melepaskan genggaman tangannya pada Jennie.

"Kayak pernah kenal?" ucap si dukun tua itu tak berhenti menatap Jennie.

"Kenapa mau aborsi?" tanya si dukun sambil mengunyah daun sirih.

"Hamil diluar nikah ya?" tebak si dukun tua sambil terkekeh. Lisa dan Jennie bungkam. Mereka terlalu malu untuk mengakui.

"Oke, sebaiknya kita mulai sekarang. Mungkin akan mengalami pendarahan hebat. Dan sebagai suaminya kau harus berfikir matang-matang, Nak." ujar si dukun pada Lisa. Lisa hanya bungkam.

"Bagaimana? Kita bunuh atau kita biarkan anakmu hidup?"

"Bu-bunuh saja bayi itu." jawab Lisa terbata-bata.

"AAAAAAAARRRHHHHHHH LISA!! INI SAKITTTTT!!!" jerit Jennie merasa tersiksa setengah mati saat si dukun itu menekan kuat perutnya.

"Tahan sayang. Aku bersamamu. Aku mencintaimu." ucap Lisa terus menciumi wajah Jennie yang berkeringat.

"AAAAAAAAAAAAKKKKK! LISA SAKITTTTT!!!"

Lisa melihat perut Jennie ditekan kuat oleh si dukun aborsi. Dan saat itu juga Lisa sangat takut dan tak tega melihat Jennie.

"Berhenti, Mbah. Saya tidak tega! Saya benar-benar tidak tega! Sebaiknya kita akhiri saja! Maaf telah mengganggu waktumu. Aku harus membawa kekasihku kerumah. Dia kesakitan!" ucap Lisa langsung memakaikan celana dalam dan juga celana training pada Jennie. Jennie meringis meringis kesakitan lalu menggendong Jennie keluar dari ruangan terlarang ini.

"Lisa! Jennie Nuna baik-baik saja?" tanya Jimin dan Bambam bersamaan.

"Ayo pulang! Jennie kesakitan!" ujar Lisa.

○○○

"Aku beli nasi goreng buat kamu. Dimakan ya?"

Lisa mengambil duduk disebelah Jennie lalu tak lupa ia menyiapkan piring sebagai wadah nasi goreng.

Jennie meraih tangan Lisa lalu meletakkannya pada daerah perutnya. Lalu Jennie menatap mata Lisa dengan serius.

"Kamu kenapa? Perutnya masih sakit?" khawatir Lisa.

"Perut aku mulai membesar! Aku ngerasain sendiri, Yang. Ya, meskipun masih kecil tapi aku bener-bener ngerasain." terang Jennie membuat Lisa terkekeh.

"Apa sih, Yang? Perut kamu masih rata. Lagi pula usia kandungan kamu masih kecil." ucap Lisa membuat Jennie kecewa.

"Rasain!" seru Jennie semakin menekan-nekan perutnya menggunakan tangan Lisa. Lisa mulai muak jika Jennie membahas masalah ini. Lisa tidak ingin bertengkar ia masih ingin memperhatikan Jennie, bukan untuk membahas soal ini.

"Apa yang kamu rasain?" ucap Jennie membuat Lisa jengah.

"Ngomong apa sih kamu? Udah deh sekarang kamu makan." seru Lisa.

"Dia masih pengen hidup, Yang!" ucap Jennie sedikit menaikkan suaranya.

"Lisa! Buka mata hati kamu!" pinta Jennie dengan lembut.

"Apa kamu nggak pengen punya buah hati yang lucu?" tanya Jennie lagi kali ini Jennie berkata dengan sangat lembut.

"Apa? Buah hati? Lucu kamu bilang? Emangnya bayi kamu bisa ngadepin resiko kehidupan kita?! Aku masih muda, Jen! Aku masih pengen seneng-seneng, nikmatin dunia luar bareng temen-temen. BUKAN MALAH URUSIN BAYI!!!" bentak Lisa kini benar-benar berada diluar nalar. Jennie sendiri merasa tersakiti dengan semua ucapan Lisa.

"Kalau kamu masih pengen pertahanin bayi itu, mulai sekarang kita putus! Dan urus bayi itu sendirian! Kita jalani hidup kita masing-masing!" ucap Lisa tersedengar begitu serius dan menusuk relung hati seorang Jennie Kim.





Bersambung...








ManiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang