4 -Sambutan Bapak untuk Lisa-

2.6K 117 4
                                    

Bismillahirrahmanirrahiim

Allahumma shali'ala Muhammad wa'ala ali Muhammad

Happy reading

and

Sorry for typo
🙏🙏🙏

"Argggh!" pekik Lisa.

Para preman tadi langsung mengambil langkah seribu ketika melihat Lisa terluka. Lisa langsung jatuh terduduk sambil memegangi lengan kanannya yang tergores pisau kecil tadi. Beberapa orang datang akibat teriakan perempuan berhijab tadi menolong Lisa.

"Aduh, Teh darahnya banyak banget!"

"Bawa aja ke puskesmas di dekat sini," ucap salah seorang pemuda.

Akhirnya perempuan berhijab itu membantu Lisa untuk berdiri. Ia memapah Lisa dan menemaninya naik angkutan umum agar segera tiba di puskesmas.

Begitu tiba di puskesmas, Lisa langsung ditangani oleh dokter yang sedang berjaga. Perempuan berhijab tadi juga menunggui Lisa hingga selesai. Setelah lukanya dibalut perban, Lisa pun diperbolehkan kembali melanjutkan perjalanannya ke Bandung.

Perempuan berhijab yang menunggu di kursi tunggu langsung menghampiri Lisa begitu Lisa keluar dari ruangan dokter.

"Gimana lukanya, Teh? Parah?"

Lisa hanya tersenyum menanggapi kekhawatiran perempuan di depannya. "Nggak apa-apa kok, jangan khawatir gitu."

Perempuan berhijab tadi langsung membantu Lisa untuk duduk di kursi tunggu. "Maaf ya, Teh. Gara-gara aku teteh jadi luka gini," ucap perempuan itu dengan rasa bersalah.

"Udah gak apa-apa. Ini bukan salah kamu kok."

"Oh ya nama aku Annisa. Nama teteh siapa?" ucap perempuan berhijab yang ternyata bernama Annisa itu.

"Charlisa, panggil aja Lisa gak usah pake teteh. Kayaknya kita seumuran deh."

"Oh, oke, Lisa. Kamu mau naik bis kemana?"

"Aku mau pulang Bandung."

"Wah, sama dong, aku juga mau ke Bandung."

Annisa pun menanyakan tujuan lengkap Lisa dan betapa terkejutnya Annisa ketika tahu bahwa tujuan mereka adalah desa yang sama. Annisa sangat senang karena ia jadi mempunyai teman pulang. Kedua perempuan itu memutuskan langsung kembali ke terminal karena takut terlalu malam tiba di Bandung.

===

Lisa menyandarkan kepalanya pada jendela bis. Ia melihat Annisa yang lelap tertidur di sebelahnya sambil memeluk tas. Perempuan yang cantik, lugu dan polos, pikir Lisa. Pantas saja tadi Annisa digoda oleh preman-preman. Pasti perempuan ini menjadi kembang di desanya karena kecantikan ditambah keshalihannya. Annisa menggunakan baju lengan panjang warna merah muda, rok jeans berwarna biru dan jilbab phasmina merah muda.

Setelah mengamati Annisa, Lisa kembali memandang keluar jendela. Pemandangan membosankan karena bis sudah memasuki jalan tol. Lisa menghela napas panjang. Ia memutuskan mengambil smartphone dan headsetnya. Pertama ia mengabari Dimas terlebih dahulu, baru setelah itu ia mendengarkan MP3 dari smartphonenya.

Tiba saat lagu favoritnya dan Revan mengalun di kedua telinganya. Lisa jadi ingat Revan dan hubungannya yang sudah bertahun-tahun. Lisa sudah mengenal Revan sejak SMA tak menyangka bahwa lelaki itu akan mengkhianatinya. Perasaannya pada Revan sudah terlalu dalam. Ia kira, ia bisa menikah dengan Revan, kekasih yang sangat ia cintai. Ia berharap Revan bisa menjadi suami dan ayah yang baik untuk ia dan anak-anaknya kelak.

Love After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang