6 -First Impression-

2.4K 105 3
                                    

Bismillahirrahmanirrahiim

Allahumma shali'ala Muhammad wa'ala ali Muhammad

Happy reading

and

Sorry for typo
🙏🙏🙏

Lisa langsung terdiam begitu mengetahui lelaki di hadapannya ini. Seperti yang dibilang oleh dua keponakannya, lelaki di hadapannya ini memang kasep (tampan). Namun, ia tetap tidak mau tahu, siapa dan bagaimana pun lelaki ini, ia telah membuat keponakan kesayangannya terluka. Lisa tidak bisa membiarkannya begitu saja.

"Aduh, mana yang luka, Sayang?" tanya Lisa cemas.

"Sakit, Bi," keluh Diva pada Lisa sambil menangis.

"Duh, kan ceuk urang ge urang weh anu mawa mobilna, Ras. Jadi nabrak anak batur kieu pan," (Duh, kata saya juga saya aja yang bawa mobilnya. Jadi nabrak anak orang gini kan) ucap seorang lelaki yang tiba-tiba menghampiri Faraz dan Lisa.

"Yah, namanya juga gak sengaja, Sep. Mana lah saya sengaja nabrak anak orang. Saya nggak sejahat itu juga kali," ucap Faraz membela dirinya.

"Ya udah cepet tanggung jawab, bawa ke rumah sakit atau ke puskesmas gitu. Ini ponakan gue kesakitan nih," ucap Lisa emosi.

"Atuh geura dibawa aja ka puskesmas yang deket. Rumah sakit mah jauh dari sini, biar diperiksa ku dokter di puskesmas sekalian diobatin," ucap Asep.

"Oke, biar Diva saya yang bawa pakai mobil ini," ucap Faraz tegas. Ia pun segera menggendong Diva dengan hati-hati.

"Asep, tolong bukain pintunya," perintah Faraz pada sahabatnya Asep yang tadi ikut berada di dalam mobil tahu bulat dengannya. Faraz dan Asep membawa Diva ke puskesmas menggunakan mobi, sedangkan Lisa dan Dafa mennyusul mereka dengan menggunakan sepeda. Sepeda Diva yang rusak, Lisa tinggalkan begitu saja. Ia akan meminta ganti rugi nanti pada Faraz.

Tadinya Faraz menawarkan agar Lisa dan Dafa ikut di belakang mobilnya, tetapi Lisa menolak. Ia lebih memilih menggunakan sepeda meski jarak yang harus ditempuh menuju puskesmas cukup jauh.

===

Lisa, Faraz, Asep dan Dafa sedang menunggu di kursi tunggu depan IGD. Diva sedang ditangani oleh dokter yang berjaga di puskesmas. Lisa yang cemas berulang kali bolak-balik duduk dan berdiri. Faraz jengah melihat tingkah Lisa.

"Om Kasep kok bawa mobil tahu bulat sih? Om Kasep jualan tahu bulat?" tanya Dafa polos.

Faraz hanya tersenyum mendengar pertanyaan Dafa. "Nggak, Om Cuma bantuin Om Asep aja."

"Tahu gini mah, saya aja yang bawa, Ras," ucap Asep. Asep memang berjualan tahu bulat di sela-sela waktunya bekerja di perkebunan Abah Ramli. Entah kenapa, hari itu Faraz memaksa Asep agar mengizinkannya membantu menyetir mobil tahu bulatnya. Asep percaya saja, toh selama ini Faraz bisa menyetir mobil dengan baik. Namun, naas hari ini Faraz tak sengaja menabrak Diva.

"Makanya kalo gak bisa nyetir yang benar lain kali gak usah bawa mobil, bikin celaka orang aja," celetuk Lisa sinis.

Tiga lelaki di sampingnya langsung menatap Lisa. Dafa dengan tatapan polosnya, Asep dengan tatapan herannya sedangkan Faraz dengan tatapan tidak sukanya.

"Saya minta maaf. Saya gak sengaja nabrak Diva. Kok kamu kelihatannya susah banget ya nerima permintaan maaf saya?" tanya Faraz heran.

"Ck. Ya iyalah. Lo udah bikin ponakan gue sakit. Mana ada bibi yang tega lihat ponakannya kesakitan gitu?"

Love After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang